KEUTAMAAN SHOLAT DHUHA
“Katakanlah
:
"Jika kamu (benar benar)
mencintai Allah ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa
dosamu, Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang”. (Q.S.
Ali Imran (3) : 31)
Mengikuti
tuntunan (ittiba’) Rasulullah
s.a.w. menunjukkan bukti kecintaan
kepada Allah, demikian halnya dengan sholat dhuha, sholat ini merupakan
tuntunan yang diwasiatkan Nabi s.a.w. : Dari Abu Darda’ r.a. ia berkata : “Kekasihku (Rasulullah s.a.w.) mewasiatkan aku untuk tidak
meninggalkan 3 perkara selama
aku masih hidup, puasa tiga hari
di setiap bulan, shalat dhuha dan tidak tidur sampai aku shalat witir”. (H.R. Muslim). Namun
karena dianggap sunnah akhirnya banyak yang pada mengabaikan tuntunan ini.
Padahal betapa betapa banyak karunia
telah diberikan kepada Manusia.
MEMILIKI 360 SENDI
Betapa
Murah, Teliti, Canggih dan Kuasa Nya Allah sehingga manusia dikaruniai perlengkapan
yang rumit, diantaranya 360 sendi guna memudahkan gerak tubuhnya. Dengan ruas /
sendi sebanyak ini manusia bisa bergerak dan beraktifitas dengan sempurna. Dari ‘Aisyah Nabi s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya setiap manusia keturunan
Adam diciptakan dalam keadaan memiliki 360 persendian”. (H.R. Muslim).
TIAP SENDI HARUS DISHODAQOHI
Sebagai rasa syukur maka sangat
wajar bila tiap sendi ini harus dishodaqohi !. Namun karena kemurahan Nya, maka
shodaqoh ini hanya cukup dengan
melaksanakan sholat dhuha.
Dari Buraidah Rasulullah s.a.w. bersabda : “Manusia memiliki 360 persendian, setiap persendian itu memiliki kewajiban
untuk bersedekah. Para sahabat bertanya : “Lalu siapa yang mampu
bersedekah dengan seluruh persendiannya wahai Rasulullah ?”, Nabi s.a.w.
menjawab : “Menanam bekas ludah di masjid atau menyingkirkan gangguan dari
jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup lakukan shalat Dhuha 2
raka’at”. (H.R. Ahmad)
KEUTAMAAN SHOLAT DHUHA :
1.MENYEDAHI 360 PERSENDIAN
Dari Abu Dzar Nabi s.a.w. bersabda : “Pada pagi hari diharuskan
bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih
(subhaanallah) itu sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) itu sedekah,
setiap bacaan tahlil (laa ilaaha illallah) itu sedekah dan setiap bacaan takbir
(Allaahu akbar) itu sedekah. Begitu pula amar ma’ruf
(mengajak kepada kebaikan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah
sedekah. Ini semua bisa dicukupi
(diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at”. (H.R.
Muslim).
Imam Nawawi rahimahullah berkata : “Hadits
dari Abu Dzar adalah dalil yang menunjukkan keutamaan yang besar dari shalat
Dhuha dan menunjukkannya kedudukannya yang mulia. Dan shalat Dhuha bisa cukup
dengan dua raka’at”. (Syarh Muslim). Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al
Arnauth menshahihkan.
2.MENCUKUPI DI AKHIR SIANG
Karena pentingnya shalat dhuha sampai
memiliki keutamaan mencukupi di akhir siang. Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghathafani,
Rasulullah s.a.w. bersabda : “Allah Ta’ala berfirman : “Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan 4 raka’at shalat di awal siang (waktu
Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang”. (H.R. Tirmidzi), dishahihkan
Al Albani.
3.TERMASUK SHOLAT PARA AWWABIN (ORANG
YANG KEMBALI TAAT)
Dari Abu
Hurairah r.a. ia berkata bahwa
Rasulullah s.a.w. bersabda :
“Tidaklah menjaga shalat
sunnah Dhuha melainkan awwab (orang yang kembali taat). Inilah shalat awwabin”. (H.R.
Ibnu Khuzaimah), dihasankan Syaikh Al Albani. Imam Nawawi rahimahullah berkata : “Awwab adalah
muthii’ (orang yang taat).
4.DIHADLIRI DAN DISAKSIKAN MALAIKAT
“. . . . . . Karena shalat ketika itu dihadiri dan
disaksikan (Malaikat), sam
pai bayangan tombak mengecil”. (H.R. Muslim).
WAKTU SHOLAT DHUHA
Sebagian ulama berkata waktu dhuha sekitar 15 menit setelah matahari terbit. Syaikh Abdul Aziz
bin Baz menjelaskan : “Waktu shalat dhuha dimulai ketika matahari meninggi
setinggi tombak bagi, sekitar 15 menit setelah ia terbit”.
Dari Amr bin Abasah r.a. ia berkata : “Nabi s.a.w. datang ke Madinah, ketika itu aku
datang ke Madinah. Maka aku menemui beliau, lalu aku berkata : “Wahai Rasulullah, ajarkan aku tentang shalat. Beliau bersabda : “Kerjakanlah shalat shubuh. Kemudian janganlah shalat ketika matahari
sedang terbit sampai ia meninggi. Karena ia sedang terbit di antara dua
tanduk setan. Dan ketika itulah orang orang kafir sujud kepada matahari. Setelah
ia meninggi baru shalatlah. Karena shalat ketika itu dihadiri dan
disaksikan (Malaikat), sampai bayangan tombak mengecil”. (H.R. Muslim).
MATAHARI AGAK MENINGGI
Dari Zaid bin Arqam r.a.: Zaid bin Arqam melihat sekelompok
orang sedang melaksanakan shalat Dhuha. Kemudian dia berkata : “Mereka mungkin tidak mengetahui bahwa
selain waktu yang mereka kerjakan saat ini ada yang lebih utama. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Shalat awwabin hendaknya dikerjakan ketika anak unta merasakan
terik matahari”. (H.R. Muslim).
SHALAT ISYRAQ = SHALAT DHUHA DI AWAL WAKTU
Dalam Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyyah (27/220-221) disebutkan :
“Dengan menelusuri perkataan perkataan pada fuqaha dan ahli hadits jelas bahwa
shalat dhuha dan shalat isyraq itu sama. Karena mereka semua menyebutkan
waktu pelaksanaannya adalah awal terbitnya matahari hingga zawal. Dan mereka
tidak membedakannya”. Maka shalat dhuha
yang dikerjakan di awal waktunya itulah shalat isyraq.
JUMLAH REKAAT
Shalat dhuha minimal 2 raka’at sebagaimana hadits Abu Dzar
dan Abu Hurairah di atas. Disebutkan dalam hadits dengan kata “dua rakaat
shalat dhuha”. Jumhur ulama
berpendapat maksimal 8 rakaat.
Berdasarkan hadits dari Ummu Hani’:
2 REKAAT, 4 REKAAT, 8 REKAAT
Dari Abu Dzar Nabi s.a.w. bersabda
: “……..Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat
Dhuha sebanyak 2 raka’at”. (H.R. Muslim).
“Dahulu Rasulullah s.a.w. shalat dhuha 4 raka’at dan beliau biasa
menambahkan sesuka beliau”. (H.R. Muslim).
“Nabi s.a.w. di tahun
terjadinya Fathu Makkah beliau shalat 8 rakaat shalat dhuha” (H.R. Bukhari,
Muslim).
DILKASANAKANN 2 REKAAT 2 REKAAT
JIka dikerjakan lebih dari 2 rekaar, cara melaksanakannya 2 reka’at dua
reka’at berdasarkan hadits : Dari Abdullah bin Umar r.a. Nabi s.a.w. bersabda
: “Shalat (sunnah) di malam dan siang hari, 2 rekaat 2 rakaat”. (H.R. Abu Daud, An Nasai), dishahihkan syekh Al Albani.
KEUTAMAAN KALIMAT TAHLIL
Sebuah kisah mulia terjadi pada seorang hamba yang sholih, dimana ketika wafat berakhir dengan husnul khotimah
(akhir yang baik).
Nabi s.a.w. bersabda : “Barang siapa yang akhir perkataannya
adalah “laa ilaaha illallaah”, maka dia akan masuk syurga”. (H.R.
Abu Daud). Dishohihkan Syaikh Al Albani.
Sebuah kisah menakjubkan diceritakan Al
Khotib Al Baghdadi, dalam Tarikh Bagdad sebagai berikut : Abu Ja’far At Tusturi berkata : “Kami mendatangi
Abu Zur’ah Ar Rozi sedang sakaratul maut di Masyahron. Di sampingnya ada Abu Hatim, Muhammad bin Muslim, Al Munzir bin Syadzan dan
sekumpulan ulama lainnya.
Mereka ingin
mentalqinkan Abu Zur’ah sambil menyampaikan hadits tentang talqin sebagaimana sabda Nabi s.a.w. : “Talqinkanlah (tuntunkanlah) orang yang akan meninggal di
antara kalian dengan bacaan: ‘laa ilaha illallah”. (H.R. Muslim)
Namun mereka segan pada Abu Zur’ah untuk mentalqinkannya. Kemudian mereka berkata : “Mari kita menyebutkan haditsnya
(dengan sanadnya/ jalur periwayatannya)”. Muhammad bin Muslim kemudian berkata : “Adh Dhohak bin
Makhlad telah menceritakan kepada kami, (beliau berkata), dari Abdul Hamid bin
Ja’far, (beliau berkata), dari Sholih” Kemudian Muhammad tidak meneruskannya.
Abu Hatim kemudian berkata : “Bundar
menceritakan kepada kami, (beliau berkata), Abu ‘Ashim menceritakan kepada
kami, (beliau berkata), dari Abdul Hamid bin Ja’far, (beliau berkata), dari
Sholih.” Lalu Abu Hatim juga tidak meneruskannya dan mereka semua diam.
Kemudian Abu Zur’ah dalam sakaratul maut
berkata : “…..dari Mu’adz bin Jabal r.a. beliau berkata Rasulullah s.a.w.
bersabda, setelah itu Abu Zur’ah meninggal dunia di akhir bulan Dzulhijjah
264 H.
DO’A SETELAH WUDLU
Rasululullah s.a.w. bersabda : “Tidaklah seorang diantara kalian
apabila berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya kemudian mengucapkan :
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَ اللهِ وَأَشْهَدُ
أَنَ مَحَمَدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهً
(Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Nya) kecuali dibukakan bagi Nya pintu-pintu surga yang delapan dia bisa masuk
dari arah manapun yang ia mau”. (H.R. Muslim dari Umar)