Minggu, 04 Agustus 2019



KEUTAMAAN SHOLAT DHUHA
           
Katakanlah : "Jika kamu (benar benar) mencintai Allah ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Ali Imran (3) : 31)

Mengikuti tuntunan (ittiba’) Rasulullah s.a.w. menunjukkan bukti  kecintaan kepada Allah, demikian halnya dengan sholat dhuha, sholat ini merupakan tuntunan yang diwasiatkan Nabi s.a.w. : Dari Abu Darda’ r.a. ia berkata : “Kekasihku (Rasulullah s.a.w.) mewasiatkan aku untuk tidak meninggalkan 3 perkara selama aku masih hidup, puasa tiga hari di setiap bulan, shalat dhuha dan tidak tidur sampai aku shalat witir”. (H.R. Muslim). Namun karena dianggap sunnah akhirnya banyak yang pada mengabaikan tuntunan ini.
Padahal betapa betapa banyak karunia telah diberikan kepada Manusia.

MEMILIKI 360 SENDI         
Betapa Murah, Teliti, Canggih dan Kuasa Nya Allah sehingga manusia dikaruniai perlengkapan yang rumit, diantaranya 360 sendi guna memudahkan gerak tubuhnya. Dengan ruas / sendi sebanyak ini manusia bisa bergerak dan beraktifitas dengan sempurna. Dari ‘Aisyah Nabi s.a.w. bersabda : Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam keadaan memiliki 360 persendian. (H.R. Muslim).

TIAP SENDI HARUS DISHODAQOHI
Sebagai rasa syukur maka sangat wajar bila tiap sendi ini harus dishodaqohi !. Namun karena kemurahan Nya, maka shodaqoh ini hanya  cukup dengan melaksanakan sholat dhuha.
Dari Buraidah Rasulullah s.a.w. bersabda : Manusia memiliki 360 persendian, setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk bersedekah.  Para sahabat bertanya : “Lalu siapa yang mampu bersedekah dengan seluruh persendiannya wahai Rasulullah ?”, Nabi s.a.w. menjawab : “Menanam bekas ludah di masjid atau menyingkirkan gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup lakukan shalat Dhuha 2 raka’at. (H.R. Ahmad)


KEUTAMAAN SHOLAT DHUHA :

1.MENYEDAHI 360 PERSENDIAN

Dari Abu Dzar Nabi s.a.w. bersabda : Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhaanallah) itu sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) itu sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaaha illallah) itu sedekah dan setiap bacaan takbir (Allaahu akbar) itu sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada kebaikan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at.  (H.R. Muslim).
Imam Nawawi rahimahullah berkata :  “Hadits dari Abu Dzar adalah dalil yang menunjukkan keutamaan yang besar dari shalat Dhuha dan menunjukkannya kedudukannya yang mulia. Dan shalat Dhuha bisa cukup dengan dua raka’at”. (Syarh Muslim). Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth menshahihkan.

2.MENCUKUPI DI AKHIR SIANG
Karena pentingnya shalat dhuha sampai memiliki keutamaan mencukupi di akhir siang. Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghathafani, Rasulullah s.a.w. bersabda : “Allah Ta’ala berfirman : Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan 4 raka’at shalat di awal siang (waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang. (H.R. Tirmidzi), dishahihkan Al Albani.

3.TERMASUK SHOLAT PARA AWWABIN (ORANG YANG KEMBALI TAAT)
Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda :
Tidaklah menjaga shalat sunnah Dhuha melainkan awwab (orang yang kembali taat). Inilah shalat awwabin. (H.R. Ibnu Khuzaimah), dihasankan Syaikh Al Albani. Imam Nawawi rahimahullah berkata : “Awwab adalah muthii’ (orang yang taat).

4.DIHADLIRI DAN DISAKSIKAN MALAIKAT
“. . . . . . Karena shalat ketika itu dihadiri dan disaksikan (Malaikat), sam
pai bayangan tombak mengecil”. (H.R. Muslim).


WAKTU SHOLAT DHUHA

Sebagian ulama berkata waktu dhuha sekitar 15 menit setelah matahari terbit. Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan : “Waktu shalat dhuha dimulai ketika matahari meninggi setinggi tombak bagi, sekitar 15 menit setelah ia terbit”.            
Dari Amr bin Abasah r.a.  ia berkata : “Nabi s.a.w. datang ke Madinah, ketika itu aku datang ke Madinah. Maka aku menemui beliau, lalu aku berkata : “Wahai Rasulullah, ajarkan aku tentang shalat. Beliau bersabda : “Kerjakanlah shalat shubuh. Kemudian janganlah shalat ketika matahari sedang terbit sampai ia meninggi. Karena ia sedang terbit di antara dua tanduk setan. Dan ketika itulah orang orang kafir sujud kepada matahari. Setelah ia meninggi baru shalatlah. Karena shalat ketika itu dihadiri dan disaksikan (Malaikat), sampai bayangan tombak mengecil”. (H.R. Muslim).

MATAHARI AGAK MENINGGI
Dari Zaid bin Arqam r.a.: Zaid bin Arqam melihat sekelompok orang sedang melaksanakan shalat Dhuha. Kemudian dia berkata : “Mereka mungkin tidak mengetahui bahwa selain waktu yang mereka kerjakan saat ini ada yang lebih utama. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Shalat awwabin hendaknya dikerjakan ketika anak unta merasakan terik matahari. (H.R. Muslim).

SHALAT ISYRAQ = SHALAT DHUHA DI AWAL WAKTU
Dalam Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyyah (27/220-221) disebutkan : “Dengan menelusuri perkataan perkataan pada fuqaha dan ahli hadits jelas bahwa shalat dhuha dan shalat isyraq itu sama. Karena mereka semua menyebutkan waktu pelaksanaannya adalah awal terbitnya matahari hingga zawal. Dan mereka tidak membedakannya”. Maka shalat dhuha yang dikerjakan di awal waktunya itulah shalat isyraq.


JUMLAH REKAAT

Shalat dhuha minimal 2 raka’at sebagaimana hadits Abu Dzar dan Abu Hurairah di atas. Disebutkan dalam hadits dengan kata “dua rakaat shalat dhuha”. Jumhur ulama berpendapat maksimal 8 rakaat. Berdasarkan hadits dari Ummu Hani’:

2 REKAAT, 4 REKAAT, 8 REKAAT
Dari Abu Dzar Nabi s.a.w. bersabda : ……..Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at(H.R. Muslim).
“Dahulu Rasulullah s.a.w. shalat dhuha 4 raka’at dan beliau biasa menambahkan sesuka beliau”. (H.R. Muslim).
“Nabi s.a.w. di tahun terjadinya Fathu Makkah beliau shalat 8 rakaat shalat dhuha” (H.R. Bukhari, Muslim).

DILKASANAKANN 2 REKAAT 2 REKAAT
JIka dikerjakan lebih dari 2 rekaar, cara melaksanakannya 2 reka’at dua reka’at berdasarkan hadits : Dari Abdullah bin Umar r.a. Nabi s.a.w. bersabda : “Shalat (sunnah) di malam dan siang hari, 2 rekaat 2 rakaat”. (H.R. Abu Daud, An Nasai), dishahihkan syekh Al Albani.
      
KEUTAMAAN KALIMAT TAHLIL

Sebuah kisah mulia terjadi pada seorang hamba yang sholih, dimana ketika  wafat berakhir dengan husnul khotimah (akhir yang baik).
Nabi s.a.w. bersabda : “Barang siapa yang akhir perkataannya adalah laa ilaaha illallaah, maka dia akan masuk syurga. (H.R. Abu Daud). Dishohihkan Syaikh Al Albani.
Sebuah kisah menakjubkan diceritakan Al Khotib Al Baghdadi, dalam Tarikh Bagdad sebagai berikut  : Abu Ja’far At Tusturi berkata : “Kami mendatangi Abu Zur’ah Ar Rozi sedang sakaratul maut di Masyahron. Di sampingnya ada Abu Hatim, Muhammad bin Muslim, Al Munzir bin Syadzan dan sekumpulan ulama lainnya.
Mereka ingin mentalqinkan Abu Zur’ah sambil menyampaikan hadits tentang talqin sebagaimana sabda Nabi s.a.w. : “Talqinkanlah (tuntunkanlah) orang yang akan meninggal di antara kalian dengan bacaan: ‘laa ilaha illallah.  (H.R. Muslim)
Namun mereka segan pada Abu Zur’ah untuk mentalqinkannya. Kemudian mereka berkata : “Mari kita menyebutkan haditsnya (dengan sanadnya/ jalur periwayatannya)”. Muhammad bin Muslim kemudian berkata : “Adh Dhohak bin Makhlad telah menceritakan kepada kami, (beliau berkata), dari Abdul Hamid bin Ja’far, (beliau berkata), dari Sholih” Kemudian Muhammad tidak meneruskannya.
Abu Hatim kemudian berkata : “Bundar menceritakan kepada kami, (beliau berkata), Abu ‘Ashim menceritakan kepada kami, (beliau berkata), dari Abdul Hamid bin Ja’far, (beliau berkata), dari Sholih.” Lalu Abu Hatim juga tidak meneruskannya dan mereka semua diam.
Kemudian Abu Zur’ah dalam sakaratul maut berkata : “…..dari Mu’adz bin Jabal r.a. beliau berkata Rasulullah s.a.w. bersabda, setelah itu Abu Zur’ah meninggal dunia di akhir bulan Dzulhijjah 264 H.


DO’A SETELAH WUDLU

Rasululullah s.a.w. bersabda : “Tidaklah seorang diantara kalian apabila berwudhu lalu menyempurnakan wudhunya kemudian mengucapkan :

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَ اللهِ وَأَشْهَدُ أَنَ مَحَمَدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهً

(Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Nya) kecuali dibukakan bagi Nya pintu-pintu surga yang delapan dia bisa masuk dari arah manapun yang ia mau”. (H.R. Muslim dari Umar)