BUNUH
DIRI
OLEH
: H. M. FARID ANWAR
" Hai anak-anakku, pergilah
kamu maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus
asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan
kaum yang kafir ". ( Q. Yusuf 87 )
Mendengar kata bunuh diri,
membuat bulu kuduk jadi berdiri, betapa tidak tubuh yang dirawat dan dijaga
setiap hari, diberi makan dan minum agar sehat dan bermanfaat ini, hanya dengan
cepatnya diahiri dengan cara bunuh diri.
Mengapa dengan cepatnya
mengambil jalan pintas diluar akal sehat, dengan mudahnya memutuskan sikap fatal senekat ini ?.
Bukankah masih banyak jalan bisa
dicari, sebagai solusi, namun mengapa masih nekat mengambil keputusan drastis dengan
cara bunuh diri, apakah tak memikirkan akibatnya dikemudian hari !.
KEPUTUSAN FINAL YANG FATAL
Pelaku yang mengambil cara nekat
dan fatal dalam mengambil keputusan, beranggapan bahwa dengan mengambil jalan
pintas, berkeyakinan akan bisa terlepas dari persoalan, akan terbebas dari
semua penderitaan ?!.
Dia lupa bahwa didunia saja akan
membuat keluarga yang ditinggalkan akan merasa malu dan menanggung susah
berkepanjangan. Apalagi kelak pada kehidupan dihari kebangkitan, deritanya
makin berkepanjangan.
TAK TAHAN MENYANGGA BEBAN
Hidup tidak musti mulus seperti
yang dibayangkan, pasti ada saja halangan, ini yang perlu difahami dan
dicamkan, karena hidup memang dirancang demikian.
Ada kaya kaya ada miskin, ada
sehat ada sakit, ada untung ada rugi, ada sukses ada gagal, ada perkawinan ada
perceraian, ada susah ada senang, ada hidup ada mati dan seterusnya, jadi hidup
ada dinamikanya !.
Beda dengan kehidupan Syurga
yang hanya dihiasi dengan kesenangan saja, buah akibat karena dapat menguasai
ujian kehidupan dunia.
Bagi yang tak faham dinamika
ini, penderitaan yang dialami, tak bisa mencari solusi, sehingga dengan
cepatnya mengahiri, dengan cara : minum racun,
menghunjamkan pisau, menggantung
diri, bahkan cara yang paling nekat ahir ahir ini dengan cara membakar diri.
Memang sulit dinalar dengan
akal sehat, betapa beraninya melakukan aksi nekat ini, bukankah terasa tersiksa
dan sakit sekali !, namun mengapa masih berani, padahal ada yang tidak mati !.
Disini bisa diambil kesimpulan
sebagai penyebabnya, pada umumnya karena pelaku tak kuat menyangga beban
jiwanya yang sangat tertekan dan menderita, diantara penyebabnya adalah karena :
Rasa hawatir dan
takut dililit hutang yang tak sanggup dibayarnya.
Rasa hawatir dan takut ditimpa kerugian
yang tak kunjung habisnya.
Rasa hawatir dan malu karena
diberhentikan dari pekerjaan.
Rasa kecewa dan takut karena
ditinggal mati orang yang dicintainya.
Rasa kecewa dan menyesal karena sakit yang tak kunjung
sembuhnya.
Rasa kecewa dan malu yang
selalu membebani, akibat hamil sebelum nikah, ditambah lagi
ditinggal sang pacar yang menghamilinya.
Rasa sesal dan kesal karena perbuatan
dosa yang selalu membayanginya.
AKIBAT LUPA PERINGATAN
" Dan barangsiapa berpaling dari
peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta ". ( Q. S. Thoha 124 )
Orang yang lupa pada peringatan
Al Quran, akan mengalami kebingungan, hidupnya jadi tak nyaman, karena tak tahu
kemana arah tujuan, sehingga himpitan hidup yang dialaminya tak tahu kemana
harus diarahkan, beban jiwa yang semestinya merupakan ujian dihadapinya dengan
rasa hawatir, kalut, takut, malu, kecewa tak berkeputusan, kasihan. Ahirnya
mengambil jalan pintas yang menyengsarakan !.
Beda dengan yang tahu jalan,
yang hidupnya selalu disandarkan pada ajaran dan peringatan, sehingga terarah
dan tak kebingungan, karena misteri hidup hanya Allah yang Maha tahu cara
mengarahkan. Maka beruntunglah yang selalu mau berpegang, pada ajaran yang
telah dituntunkan.
RESIKO DIAHERAT
Betapa beratnya
resiko diaherat akibat bunuh diri, siksa akan ditimpakan berulang kali, dengan
cara seperti yang dilakukan ketika bunuh diri.
" Dari Abu Hurairah
r.a. katanya : Bersabda Rasulullah s.a.w. : " Barang siapa yang membunuh
diri dengan barang tajam, maka barang itu jualah yang akan ditusukkan
keperutnya didalam api neraka kelak, ia akan menetap disana selamanya. Dan
barang siapa yang membunuh diri dengan mempergunakan racun, maka racun itu
jualah yang akan diteguknya didalam api neraka, dimana ia akan menetap selama
lamanya. Dan barang siapa membunuh diri dengan dengan menerjunkan diri dari
gunung atau tempat yang tinggi, maka dari sana pulalah ia akan menerjunkan diri
didalam api neraka, dimana ia akan menetap selama lamanya ". ( H.R. Muslim )
Bila tahu ancaman
siksa bagi yang bunuh diri, tentu akan
berfikir ribuan kali, lebih baik ujian dihadapi, daripada kelak merima adzab
dihari kebangkitan nanti.
HIDUP ADALAH UJIAN
" Apakah manusia mengira
bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : " Kami telah beriman ", sedang
mereka tidak diuji ". ( Al Ankabut 2 )
Hidup memang penuh liku liku
dan hambatan, harus dihadapi dengan tabah, tenang dan penuh kesabaran. Karena
pada hakekatnya hidup adalah ujian, ini kata kuncinya bagi yang faham. Sehingga
apapun yang terjadi tak akan kaget, kelabakan dan kebingungan, karena jiwanya
sudah siap, tahu dan faham akan romantika kehidupan. Ujian ada yang baik
ada yang tak mengenakkan.
" Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan ( yang
sebenar-benarnya ). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan ". ( Q. S. Al Anbiya 35 )
BERAMAL
SHOLIH BERLANDASKAN IMAN
Satu satunya resep
agar jiwa tetap tegar, tak hawatir dan tak bersedih hati dalam menghadapi
berbagai persoalan, hanya kembali pada iman, disertai melaksanakan kebaikan,
dan tetap melaksanakan sholat sebagai kewajiban, dan selalu bersikap dermawan, karena memang
demikian menurut yang Menciptakan.
" Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak ( pula ) mereka bersedih hati ". ( Q.S. Al Baqoroh 277 )
IMAN SEBAGAI LANDASAN
Dengan didasari iman, jiwa akan mantap dan tenang, karena punya sandaran, dan merasa tiap prilakunya merasa diawasi dan dicatat Tuhan, sehingga ada tumpuan yang bisa diharapkan, berupa pahala dan ampunan kelak dihari pembalasan, dengan demikian jiwanya merasa tentram.
AMAL SHOLIH
Jiwa yang dilandasi iman akan membuahkan sikap yang cenderung dan selalu berbuat kebaikan, dengan berbuat kebaikan jiwa akan puas dan senang, karena memang demikian fithrah jiwa menurut Al quran. Semakin banyak berbuat kebaikan, iman akan meningkat tajam, sebaliknya akan berkurang bila suka pada kemaksiatan.
MENEGAKKAN SHOLAT
Dengan melaksanakan sholat 5 waktu sehari semalam, berarti jiwa akan senantiasa menghadap pada Sang Penciptanya, memang jiwa punya fithrah tenang bila diajak mengingat Nya. Maka dengan sholat berarti tidak akan lengah, karena selalu menghadap pada waktunya.
BERSIKAP DERMAWAN
Tidak hanya beriman, amal sholih dan sholat saja, namun jiwa diingatkan agar selalu bersikap dermawan, dengan menunaikan zakat atau shodaqoh kepada yang membutuhkan, jiwa yang sehat adalah yang suka bersikap memberi dan tak suka menengadahkan tangan. Dengan demikian jiwa akan merasa puas dan tenang, karena telah ikut meringankan beban yang kesusahan.
BERPAHALA, JAUH DARI RASA TAKUT DAN KHAWATIR
Bila iman sudah jadi landasan, amal sholih jadi kebiasaan, sholat tetap ditegakkan, dan selalu bersikap dermawan. Maka balasan pasti akan diberikan, berupa pahala dan ampunan.
Dengan demikian maka jiwa akan merasa tenang, tidak sedih, tak akan merasa hawatir apalagi ketakutan. Bahkan dijamin akan terhindar dan jauh dari sifat keputusasaan, sebagaimana telah difirmankan.
KISAH
TAULADAN
BALASAN
BAGI PEMAAF
Anas r.a. berkisah, Ketika
kami berkumpul bersama Rasulullah s.a.w., tiba-tiba beliau tersenyum hingga
gigi depannya kelihatan. Umar bin Khattab kemudian bertanya : " Ya
Rasulullah, apa yang membuatmu tersenyum ? ". Rasulullah menjawab
: " Ada dua orang umatku yang berlutut di hadapan Allah, kemudian salah seorang
berkata, " Ya Allah, biarkan kesalahan saudaraku yang pernah diperbuatnya
kepadaku aku yang menanggungnya. Jangan Engkau bebankan kepadanya, ya Allah
".
Allah berfirman :
" Bagaimana kau bisa berbuat demikian, sementara kau sendiri tidak
mempunyai kebaikan sedikit pun ? ".
Hamba itu kembali
menjawab : " Ya Allah, hari ini hari yang sangat agung, saat setiap orang
mengharapkan agar kesalahan dan kejahatannya ada yang menanggungnya ".
Allah berfirman
kembali : " Angkatlah penglihatanmu, wahai hamba. Lihatlah di sana ".
Si hamba kemudian
mengangkat pandangannya dan berkata : " Ya Allah, aku melihat logam-logam
emas dan istana emas berkilauan. Untuk Nabi yang mana atau untuk orang syahid
yang mana tempat ini, ya Allah ? ".
" Tempat ini
bagi mereka yang dapat membeli harganya ", firman-Nya.
" Ya Allah,
siapakah yang dapat membelinya ? ", tanya sang hamba.
" Kau yang
dapat membelinya ", kata Allah.
" Aku ? Dengan
apa aku dapat membelinya ? ", tanya si hamba terheran-heran.
" Dengan
memaafkan dosa dan kesalahan saudaramu ".
" Ya Allah,
bagaimana dengan saudaraku ini, bukankah kesalahannya kepadaku telah aku
maafkan ? ".
" Kalau begitu,
masuklah kau dan saudaramu ini ke suyrga yang tadi aku tunjukkan ".
Selesai berkisah,
Rasulullah s.a.w. kemudian bersabda : " Bertakwalah kalian kepada Allah
dan damaikanlah orang orang yang berselisih di antara kalian, karena
sesungguhnya Allah senantiasa mendamaikan pertikaian di antara sesama muslim
". (
H.R. Hakim dan Baihaqi, Hadist ini sanadnya sahih )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar