BERKAT KEBESARAN JIWANYA DERAJATNYA MENINGKAT
“ Dan
di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan
Allah,
dan Allah Maha Penyantun kepada hamba hamba Nya “. ( Q.S. Baqarah 207 )
Suhaib ar Rumi adalah salah
seorang di antara sahabat senior Rasulullah s.a.w. yang tidak banyak dikenal oleh kaum muslimin.
Termasuk as sabiquna lawwalun (orang orang yang pertama memeluk Islam).
Saat jumlah kaum muslimin bejumlah sekitar 30 an orang, Suhaib telah menyatakan keislamannya di hadapan
Rasulullah s.a.w. dalam keadaan takut ancaman kafir Quraisy Mekah.
Suhaib
bukanlah penduduk asli Mekah, dia perantau yang datang dari Bashrah. Nama belakang ar Rumi artinya orang Romawi, bukan menunjukkan jati dirinya yang
asli, karena dia adalah orang Arab.
LATAR BELAKANG
Suhaib
adalah anak dari salah seorang hakim di wilayah dekat Bashrah. Saat orang orang Romawi menyerang, Suhaib pun menjadi seorang budak Romawi dia tumbuh besar
di wilayah Romawi, karena itulah dia dipanggil Suhaib ar Rumi.
Nama
aslinya adalah Suhaib bin Sinan bin Malik, panggilannya Abu
Yahya. Ternyata, kisah pilunya sebagai budak membawanya kepada suatu hikmah, seorang penjual budak menjualnya kepada orang kaya Mekah, bernama Abdullah bin Jad’an.
DIBEBASKAN
Beberapa
lama bersama tuan barunya tersebut, Suhaib memperlihatkan kualitas diri yang
menunjukkan dia tidak layak menjadi seorang budak, dia memiliki kecerdasan, etos kerja
tinggi dan ketulusan hati. Kemudian Abdullah bin Jad’an pun membebaskannya.
SEBAGAI
PEDAGANG SUKSES
Setelah merdeka, Suhaib memulai menjalani hidupnya di Mekah, berkat bakat
kecerdasannya yang terpendam, ditunjang lagi ajaran agama yang mendorongnya untuk giat bekerja, dia
mulai berusaha dengan tangannya sendiri, sebagai pedagang, berkat
ketekunannya dalam berdagang, sehingga akhirnya menjadi pedagang yang sukses di Ummul Qura tersebut.
MEMELUK ISLAM
Ammar bin
Yasir berkisah : “ Aku
berjumpa dengan Suhaib bin Sinan di depan pintu rumah al Arqam, saat itu Rasulullah s.a.w. berada di dalamnya. Aku berkata kepada Suhaib : “ Apa yang
kau inginkan? ”, Suhaib bahkan balik bertanya : “ Kamu juga, apa yang kau inginkan?”, kujawab : “ Aku ingin masuk ke dalam rumah ini menemui Muhammad, lalu
mendengarkan apa yang dia sampaikan ”. Kata Suhaib : “Aku juga
menginginkan hal yang sama ”.
Ammar
melanjutkan : “ Kami berdua pun masuk ke dalam rumah al Arqom menyatakan
keislaman kami. Kemudian kami berdiam di rumah tersebut hingga sore, kemudian keluar dari rumah dalam keadaan
ketakutan ”.
Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Empat orang pendahulu, Aku adalah yang paling awal dari kalangan Arab, Suhaib
paling awal dari kalangan Romawi, Bilal paling awal dari orang orang Habasyah, dan Salam yang paling awal dari orang Persia ”.
IKUT HIJRAH
Semula Suhaib adalah seorang yang tidak memiliki apa apa, kemudian datang ke Mekah dan menjadi salah seorang pedagang kaya raya.
Kemudian datanglah panggilan hijrah, Suhaibpun menyambut panggilan
tersebut.
HARTA DISITA
Saat
dalam perjalanan dari Mekah ke Madinah, Suhaib dicegat orang orang
Mekah sambil berkata :. “ Wahai Suhaib, engkau datang kepada kami dalam keadaan
miskin dan hina, kemudian hartamu menjadi banyak setelah tinggal di daerah
kami.
Setelah
itu terjadilah di antara kita apa yang terjadi (perselisihan karena Islam).
Engkau boleh pergi, tapi tidak dengan semua hartamu ”.
Kemudian Suhaib pun meninggalkan hartanya tanpa dia
pedulikan sedikit pun.
NABI MENGHIBUR
Sesampai Suhaib di Madinah, kemudian berjumpa dengan Rasulullah s.a.w. yang langsung mengucapkan : “ Perdagangan yang amat menguntungkan wahai Abu Yahya,
perdagangan yang amat menguntungkan wahai Abu Yahya.”
Suhaib
berkata : “ Wahai Rasulullah, tidak ada seorang pun yang melihat apa
yang kualami ”. Beliau menjawab : “Jibril yang memberi tahuku ”.
Kemudian turunlah ayat : “ Dan di antara manusia ada orang yang
mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada
hamba-hamba-Nya ”. ( Q.S. Al Baqarah 207 )
SUKA BERSEDEKAH
Suhaib
dikenal sebagai seorang sahabat dermawan dan suka memberi orang orang miskin makan. Saking rajinnya Suhaib dalam bersedekah,
sampai sampai Umar bin Khattab menganggapnya mubadzdzir ( karena sedekah tidak tepat sasaran ). Kata Umar : “ Wahai Suhaib, aku tidak melihat kekurangan pada dirimu kecuali
dalam tiga hal: (1) Engkau menisbatkan diri sebagai orang Arab, padahal logatmu
logat Romawi, (2) engkau berkun yah dengan nama Nabi, (3) dan engkau orang yang mubadzdzir ”.
Suhaib
menanggapi : “ Aku seorang yang mubadzir ?, tidaklah aku berinfak kecuali dalam
kebenaran. Adapun kun yahku, Rasulullah s.a.w. sendiri yang memberinya. Dan logatku logat
Romawi, karena sejak kecil aku ditawan orang orang
Romawi. Sehingga logat mereka sangat berpengaruh padaku ”.
Dia juga selalu turut serta dalam peperangan yang diikuti
oleh Rasulullah s.a.w.
KEUTAMAAN SUHAIB
Berkat
mengamalkan ajaran Islam, derajat Suhaib ar Rumi meningkat dari budak menjadi
orang merdeka, dari orang merdeka menjadi saudagar kaya, kekayaannya
dimanfaatkan dengan banyak bersedekah. Ketika berhijrah harta dirampas oleh
kaum quraisy, harta inipun diserahkannya.
Begitu hebat
ghirohnya dalam melaksankan ajaran agama, sehingga Umar mengagumi dan
menghormatinya, bahkan ketika menjelang wafat berwasiat agar Suhaib sudi
menjadi imam dalam sholat jenazahnya .
WAFAT
Suhaib
wafat di Kota Madinah pada bulan Syawal tahun 38 H. dalam usia 70 tahun. Semoga Allah Ta’ala meridhai beliau dan mengampuni dosa dosanya, Amiin.
KISAH TAULADAN
ARQAM BIN ABIL ARQAM R.A.
Arqam bin Abil Arqam al
Makhzumy adalah sahabat yang memeluk Islam pada hari hari pertama didakwahkannya
Islam, bersamaan dengan Abu Ubaidah bin Jarrah, Bilal bin Rabah, Abu Salamah
dan beberapa lainnya. Mereka disebut sebagai as sabiqunal awwalin ini dijamin
memperoleh keridhaan Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam Surat at Taubah ayat 100, yang artinya
memperoleh jaminan masuk surga.
Ketika kaum Quraisy makin
meningkatkan teror dan penyiksaan kepada para pemeluk Islam, Nabi SAW
memerintahkan para sahabat untuk menyembunyikan keislaman mereka, termasuk
segala aktivitas ibadah dan majelis pengajaran keislaman.
Dari beberapa tempat yang
dipertimbangkan, Nabi SAW memutuskan memilih tempat tinggal Arqam bin Abil
Arqam, karena tempatnya agak terpencil di atas bukit Shafa.
Orang orang Quraisy tidak mudah
melakukan kegiatan pengintaian dan mata mata, karena dengan cepat
bisa diketahui kehadirannya.
Rumah Arqam atau Darul
Arqam menjadi madrasah pertama dalam Islam, sekaligus pusat kegiatan islam
(islamic center) walaupun sifatnya sembunyi sembunyi.
Di rumahnya ini, Nabi SAW
mendidik dan membentuk jiwa jiwa
yang tangguh dalam berdakwah dan membela Islam. Tercatat sekitar 40 sahabat
aktif hadir di rumah al Arqam, yang termuda berusia 8 tahun, yakni Ali bin Abi
Thalib dan Zubair bin Awwam, sampai yang paling tua, yakni Ubaidah bin Harits,
yang berusia 50 tahun.
Ketika Hamzah bin Abdul
Muthalib memeluk Islam, disusul kemudian oleh Umar bin Khaththab tiga hari
kemudian, kegiatan ibadah dan pengajaran mulai bisa dilaksanakan di luar Darul
Arqam, termasuk di halaman Masjidil Haram, berkat pengawalan dan pengamanan dua
tokoh jagoan Quraisy ini.
Tetapi Darul Arqam tetap
menjadi agenda harian Nabi SAW dalam memberikan pengajaran keislaman, sampai
akhirnya kaum muslimin diwajibkan untuk hijrah ke Madinah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar