BAHAYA DUSTA
OLEH : M. FARID ANWAR
"
...Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk orang orang yang melampaui batas
lagi pendusta ". ( Q.S.
Al Mukmin 28 )
Dusta adalah perkataan yang
berbeda dengan kenyataan sebenarnya, biasanya dilakukan guna membela diri atau demi
mendapat keuntungan. Dusta sangat
merugikan diri sendiri dan orang lain.
Yang jelas pendusta dijauhi siapa saja, lantaran orang sama tidak percaya. Kerugian
paling fatal bagi pendusta ia tidak akan mendapat hidayah ( petunjuk ) dari
Allah, sehingga sulit menerima kebenaran. Na’udzu billaahi min dzaalik.
MENGHADAP NABI
Suatu hari datanglah seseorang menghadap Rasulullah s.a.w. sambil berkata
: “ Ya Rasulullah saya ini cinta Islam “. “ Ya bagus “ jawab Nabi s.a.w., “
Saya juga mencintai anda sebagai seorang Nabi, tetapi ya Rasul saya ini suka
mabuk mabukan, suka merampok dan suka main wanita “.
Kemudian Rasulullah s.a.w. menjawab : “ Oh nggak apa apa, asal kamu
jangan dusta jika saya tanya, bagaimana setuju ? “. “ Setuju ya Rasul “
jawabnya. Betapa senangnya mendengar jawaban Nabi yang begitu longgar, seakan
masih ada kelonggaran terhadap dirinya dalam berbuat maksiat, yang penting
tidak dusta. Maka pulanglah ia dengan hati puas dan lega.
MERENUNG
Ditengah perjalanan dia berjumpa dengan orang membawa harta dan
perhiasan, maka timbullah niat jahatnya yang sudah menjadi tabiatnya selama
ini, namun ketika hendak merampok hatinya berkata : “ Bisa saja saya merampok, tetapi bagaimana
jika nanti Rasulullah s.a.w. bertanya ? “. Ahirnya ia mengurungkan niatnya.
Di lain kesempatan timbullah keinginannya untuk minum minuman keras, bahkan
sudah memesannya, tetapi lagi lagi hatinya berkata : “ Ini perbuatan jelas
salah, walau saya bisa saja melakukan, tetapi jika Rasulullah s.a.w. bertanya :
“ Kamu hari ini mabuk nggak ? ”. Maka dengan segera ia mengurungkan niatnya.
Suatu saat timbul kebiasaan
yang lain yakni berzina, dan hampir saja terlaksana niatnya, namun lagi lagi
hatinya mengingatkan, ahirnya ia mengurungkan niatnya. Kemudian ia menghadap Nabi s.a.w. guna
menceritakan peristiwa yang telah dialaminya, demi konsekwensi janjinya untuk
tidak berdusta.
Ahirnya dia sadar betapa tinggi hikmah dibalik ajaran tentang larangan
berdusta.
RESAH
Ajaran agama sarat dengan
hikmah, ajaran agama mengajak kepada ketenangan jiwa, jiwa jangan sampai resah, menghindari dusta diantara caranya. Sedang fithrah jiwa suka akan kebenaran, suka
pada kebaikan, suka pada kejujuran !.
Rasulullah s.a.w. bersabda :
" Sesungguhnya
jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu menimbulkan kebimbangan (
keresahan ) ". ( H.R. Turmudzi )
DOSA
BESAR
Begitu
berbahayanya dusta termasuk kesaksian palsu, sehingga Nabi s.a.w. sampai
mengulang beberapa kali.
Dari
Abu Bakrah r.a. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda : " Maukah kamu
sekalian aku beritahu tentang sebesar besar dosa besar ? ".
Kami menjawab : " Baiklah wahai Rasulullah ". Beliau bersabda :
" Yaitu menyekutukan Allah, berani kepada kedua orang tua ", waktu
itu beliau masih bersandar, kemudian beliau duduk seraya bersabda : " Ingatlah
: berkata dusta dan saksi palsu ". Beliau selalu mengulang ulangnya
sehingga kami berkata : " Semoga beliau segera diam ". ( Riwayat Bukhari dan Muslim
)
" Dan orang orang
yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan ( orang orang )
yang mengerjakan perbuatan perbuatan yang tidak
berfaedah, mereka lalui ( saja )
dengan menjaga kehormatan dirinya “. ( Q.S. Al Furqon 72 )
HINA
Begitu hinanya pendusta, sampai Allah
berfirman setelah memerintahkan menjauhi berhala kemudian dilanjutkandengan larangan berdusta.
" Maka jauhilah olehmu
berhala berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan perkataan
dusta ". ( Q.S. AL Hajj 30 )
Larangan berlaku dusta sangat tepat,
karena dengan dusta akan mengakibatkan terjadinya bermacam macam tindak
kejahatan. Ingat kasus korupsi yang menguras uang negara yang mengakibatkan
rakyat jadi sengsara, ujung ujungnya bersumber dari dusta juga. Apalagi sidang
pengadilannya yang mbulet, bukankah akibat dusta dan kesaksian palsu yang
diskenario demikian rupa. Begini akibat bila tidak mengindahkan kaidah agama,
sehingga negara jadi tidak barokah. Na’udzu billah.
MALAIKAT MENAUNGI DENGAN SAYAPNYA
Jabir
berkata : “ Ketika ayahku terbunuh dalam perang Uhud, aku membuka wajah ayahku
kemudian aku menangis, para sahabat melarangku menangis, sementara Rasulullah
s.a.w. tidak berkomentar atas tangisan tersebut, bibiku juga menangis.
Pada saat itu Nabi s.a.w. bersabda : “ Engkau
tangisi dia atau tidak, Malaikat menaungi dengan sayapnya hingga kalian
mengangkatnya “.
Dalam
riwayat lain Jabir berkata : “ Rasulullah s.a.w. bersabda kepadaku : “ Maukah
kamu aku beri tahu bahwa Allah berbicra langsung pada ayahmu ? “. Allah berfirman : “ Inilah hamba Ku,
mintalah engkau kepada Ku niscaya Aku akan mengabulkan permintaanmu ! “, jasad
itu menjawab : “ Aku ingin sekiranya Engkau mengembalikan aku ke dunia,
menghidupkan aku lagi, sehingga aku mempunyai kesempatan untuk ikut berperang
lagi dan terbunuh yang kedua kalinya “.
Allah
s.w.t. menjelaskan : “ Telah aku gariskan bahwa mereka yang telah meninggal
tidak akan kembali “. Jasad itu berkata : “ Jika demikian sampaikan hal ini
kepada orang orang setelahku ! “.
Kemudian turunlah ayat :“ Janganlah kamu
mengira bahwa orang orang
yang gugur di jalan Allah itu mati,
bahkan mereka itu hidup di sisi
Tuhannya dengan mendapat rezki “. ( Q.S. Ali Imran 169 )
Hidup
di
alam lain bukan seperti kehidupan di dunia, mereka hidup
dengan mendapat
kenikmatan kenikmatan
di sisi Allah, hanya Allah lah yang Maha Mengetahui
bagaimana cara hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar