Minggu, 19 Juni 2016



UWAIS ALQARNI

TERKENAL DI LANGIT TAK DIKENAL DI BUMI

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah tambah dan menyapihnya dalam dua tahu, bersyukurlah kepada Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada Kulah kembalimu. 
(Q.S. Luqman 14)

Bermacam peristiwa terjadi di muka bumi, ada yang biasa biasa saja ada pula yang unik dan istimewa, diantaranya kisah hamba Allah Uwais Al Kurni. pemuda bermata biru, berambut merah, pundaknya lapang, berwajah tampan, kulit kemerah merahan, ahli membaca Al Qur’an, pakaiannya hanya dua helai yang kusut yang satu sebagai penutup badan, lainnya sebagai  selendang, tiada seorangpun menghiraukan. Walau tak tak dikenal penduduk bumi tetapi sangat terkenal di langit.
Sebagaimana disampaikan Rasulullah s.a.w. : Dia seorang penduduk Yaman, daerah Qarn dari kabilah Murad, ayahnya meninggal. Dia hidup bersama ibunya dan berbakti kepadanya. Dia pernah terkena penyakit kusta. Dia berdo’a kepada Allah, kemudian diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya, sungguh dia adalah pemimpin para tabi’in”.

PEMUDA SHOLIH
Uwais bin Amir al Qarani berasal dari Qaran, sebuah desa dekat Nejed, adalah pemuda miskin di Yaman, berpenyakit sopak, sehingga tubuhnya belang. Walau cacat dia shaleh dan sangat berbakti kepada ibunya. Ibunya seorang wanita tua yang buta dan lumpuh, Uwais dengan tekunnya  merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya.
Menggembalakan domba merupakan pekerjaan guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

TAAT PADA IBUNYA
Selain taat pada ibunya, Uwais Al Qarni juga taat beribadah. Suatu saat ibunya berkata : “Anakku mungkin ibu tak lama lagi bersama denganmu, oleh karena itu usahakan agar ibu dapat menunaikan ibadah haji.

KE MEKKAH SAMBIL MENGGENDONG SANG IBU
Berkat ketaatan pada ibunya, Uwais berusaha keras agar bisa memenuhi permintaan ibunya. Mengingat ketiadaan biaya maka diputuskan menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki sambil menggendong ibunya dari Yaman ke Mekkah.
Berkat ketekunan, kesabaran dan ketawakkalan dalam melaksanakan ibadah kepada Allah, walau perjalanan begitu jauh, berat dan sangat melelahkan, akhirnya Uwais dan ibunya sampai juga ke Mekkah.

BERDO’A UNTUK IBU
Ibunya terharu bisa melihat Baitullah, di depan Ka’bah Uwais berdoa : “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu”, kata Uwais. “Bagaimana dengan dosamu?”, tanya ibunya keheranan. Uwais menjawab : “Dengan terampunnya dosa ibu, maka ibu akan masuk syurga, cukuplah ridlo ibu yang akan membawaku ke syurga”.

SEMBUH
Berkat ketaatan kepada ibunya itulah Allah menyembuhkan penyakit sopaknya, hanya tertinggal bulatan putih. Dengan bulatan kecil inilah kelak sebagai tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib agar bisa mengenal Uwais Al Qurni.

INGIN BERTEMU RASULULLAH
Karena keinginannya bertemu Nabi s.a.w. suatu hari dia memohon kepada ibunya, meminta izin agar diperkenankan menemui Rasulullah s.a.w. di Madinah. Dengan terharu Ibunya berkata : “Pergilah wahai Uwais anakku temuilah Nabi di rumahnya, bila telah berjumpa Nabi segeralah pulang”.
Uwais dengan  segera berkemas dan berangkat, tak lupa dia menyiapkan keperluan ibunya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani sang ibu.

KE MADINAH
Sampai di Madinah Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang di medan pertempuran. Uwais Al Qarni hanya bertemu ‘Aisyah r.a. istri Nabi s.a.w. Karena terfikir keadaan ibunya Uwais dengan terpaksa pamit kepada Aisyah ra untuk segera pulang ke Yaman, Uwais hanya menitipkan salam untuk Nabi s.a.w.

PENGHUNI LANGIT

Sesampai di rumah, Nabi s.a.w. bertanya kepada Aisyah r.a. tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al Qarni anak yang taat kepada ibunya, dia adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi s.a.w., Aisyah ra dan para sahabat tertegun, kemudian Nabi Muhammad s.a.w. melanjutkan : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia perhatikanlah, dia mempunyai tanda putih di tengah talapak tangannya”.


PESAN NABI UNTUK UMAR DAN ALI
Nabi s.a.w. memandang kepada Ali r.a. dan Umar r.a. sambil berkata : “Suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit bukan orang bumi”.

SELALU BERTANYA PADA KAFILAH
Saat kekhalifahan Abu Bakar telah digantikan Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi s.a.w. tentang Uwais Al Qarni, beliau mengingatkan kembali sabda Nabi s.a.w. kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni.  

BERTEMU UWAIS
Suatu ketika, Uwais Al Qarni ikut bersama kafilah ke Madinah. Melihat kedatangan rombongan kafilah dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi dan menanyakan keberadaan Uwais Al Qarni. Rombongan kafilah mengatakan bahwa Uwais Al Qarni bersama mereka, dia sedang menjaga unta unta di perbatasan kota.

SABDA NABI TERBUKTI
Kemudian Khalifah Umar ra dan Ali ra menjumpai Uwais Al Qarni. Sesampai di kemah Uwais, Khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam sambil berjabat tangan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih di telapak tangan Uwais, ternyata benar tampak tanda putih di telapak tangannya.
Wajah Uwais Al Qarni tampak bercahaya, benarlah sabda Nabi s.a.w. bahwa dia adalah penghuni langit. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al Qarni, apalagi setelah pertemuannya dengan  Khalifah Umar ra dan Ali ra, dia meminta agar tetap merahasiakan keberadaannya. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana disabdakan Nabi s.a.w. : “Dialah Uwais Al Qarni, tidak dikenal penduduk bumi tapi sangat dikenal penduduk langit”

MINTA DIDO’AKAN
Akhirnya Khalifah Umar dan Ali ra meminta agar Uwais mendo’akan dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan kemudian berkata : “Sayalah yang harus meminta do’a pada kalian”. Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata : “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari Anda”.   
Uwais Al Qarni akhirnya berdoa dan membacakan istighfar, setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais sebagai jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata : “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi”.

WAFAT
Beberapa tahun kemudian, Uwais Al Qarni wafat, saat  dimandikan banyak yang berebutan memandikannya. Ketika akan dikafani, di sana sudah ada orang orang yang menunggu untuk mengafaninya. Demikian pula ketika hendak menggali kuburnya, juga sudah ada yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika keranda  dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang pada berebutan mengusungnya pula.
Meninggalnya Uwais Al Qarni menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal hal mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan mengurus jenazahnya, padahal Uwais Al Qarni seorang fakir yang tidak dihiraukan orang.
Penduduk kota Yaman pada tercengang, “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu”.
Betapa mulia akhlak Uwais Al Qurni, walau sholih dan mustajab doa’nya, namun dia tidak mau tenar dan tersohor keberadaannya, Subhaanallah.