UWAIS ALQARNI
TERKENAL DI LANGIT TAK DIKENAL DI BUMI
“Dan Kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapanya, ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah tambah dan menyapihnya dalam dua tahu, bersyukurlah kepada Ku dan kepada dua orang
ibu bapakmu, hanya kepada Kulah
kembalimu”.
(Q.S.
Luqman 14)
Bermacam
peristiwa terjadi di muka bumi, ada yang biasa biasa saja ada pula yang unik
dan istimewa, diantaranya kisah hamba Allah Uwais Al Kurni. pemuda bermata biru, berambut merah, pundaknya
lapang, berwajah tampan, kulit kemerah merahan, ahli
membaca Al Qur’an, pakaiannya hanya dua helai yang kusut yang satu sebagai penutup
badan, lainnya
sebagai selendang, tiada seorangpun menghiraukan. Walau tak tak dikenal penduduk bumi
tetapi sangat terkenal di langit.
Sebagaimana
disampaikan Rasulullah
s.a.w. : “Dia seorang penduduk Yaman, daerah Qarn dari kabilah Murad, ayahnya
meninggal. Dia hidup bersama ibunya dan berbakti kepadanya. Dia pernah terkena
penyakit kusta. Dia berdo’a kepada Allah, kemudian diberi kesembuhan, tetapi
masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya, sungguh dia adalah pemimpin
para tabi’in”.
PEMUDA SHOLIH
Uwais bin
Amir al Qarani berasal dari
Qaran, sebuah desa dekat Nejed, adalah
pemuda miskin di
Yaman,
berpenyakit sopak, sehingga tubuhnya belang. Walau cacat dia shaleh dan
sangat berbakti kepada ibunya. Ibunya seorang wanita tua yang buta
dan lumpuh,
Uwais dengan tekunnya merawat dan memenuhi
semua permintaan ibunya.
Menggembalakan domba
merupakan pekerjaan guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
TAAT PADA IBUNYA
Selain taat pada
ibunya, Uwais Al Qarni
juga taat beribadah. Suatu saat ibunya berkata : “Anakku mungkin ibu tak lama
lagi bersama denganmu, oleh karena itu usahakan agar ibu dapat menunaikan
ibadah haji”.
KE MEKKAH
SAMBIL MENGGENDONG SANG IBU
Berkat ketaatan pada
ibunya, Uwais berusaha keras agar
bisa memenuhi permintaan ibunya. Mengingat ketiadaan biaya maka diputuskan
menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki sambil menggendong ibunya dari
Yaman ke Mekkah.
Berkat
ketekunan, kesabaran dan ketawakkalan dalam melaksanakan ibadah kepada Allah,
walau perjalanan begitu jauh, berat dan sangat melelahkan, akhirnya Uwais dan
ibunya sampai juga ke Mekkah.
BERDO’A UNTUK
IBU
Ibunya terharu bisa melihat
Baitullah, di depan Ka’bah Uwais berdoa : “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu”,
kata Uwais. “Bagaimana dengan dosamu?”,
tanya ibunya keheranan. Uwais menjawab : “Dengan
terampunnya dosa ibu, maka ibu akan masuk syurga, cukuplah ridlo ibu yang akan
membawaku ke syurga”.
SEMBUH
Berkat ketaatan kepada
ibunya itulah Allah menyembuhkan penyakit sopaknya, hanya tertinggal bulatan
putih. Dengan bulatan kecil inilah kelak sebagai tanda untuk Umar bin Khattab
dan Ali bin Abi Thalib agar bisa mengenal Uwais Al Qurni.
INGIN BERTEMU RASULULLAH
Karena keinginannya bertemu Nabi s.a.w.
suatu hari dia memohon kepada ibunya, meminta izin agar diperkenankan menemui
Rasulullah s.a.w. di Madinah. Dengan terharu Ibunya berkata : “Pergilah wahai Uwais
anakku temuilah Nabi di rumahnya, bila telah berjumpa Nabi segeralah pulang”.
Uwais dengan segera
berkemas dan berangkat, tak lupa dia menyiapkan keperluan
ibunya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani sang ibu.
KE MADINAH
Sampai
di Madinah Nabi
tidak berada dirumahnya, beliau sedang di medan pertempuran. Uwais Al Qarni
hanya bertemu ‘Aisyah r.a. istri Nabi s.a.w. Karena terfikir keadaan ibunya Uwais
dengan terpaksa pamit kepada Aisyah ra untuk segera pulang ke Yaman, Uwais hanya
menitipkan salam untuk Nabi s.a.w.
PENGHUNI
LANGIT
Sesampai di
rumah, Nabi s.a.w. bertanya kepada Aisyah r.a. tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al Qarni
anak yang taat kepada ibunya, dia adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi s.a.w.,
Aisyah ra dan para sahabat tertegun, kemudian Nabi Muhammad s.a.w. melanjutkan : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia
perhatikanlah, dia mempunyai tanda putih di tengah talapak tangannya”.
PESAN NABI
UNTUK UMAR DAN ALI
Nabi s.a.w. memandang
kepada Ali r.a. dan Umar r.a. sambil berkata : “Suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah
doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit bukan orang bumi”.
SELALU BERTANYA PADA KAFILAH
Saat kekhalifahan Abu Bakar telah
digantikan Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda
Nabi s.a.w. tentang Uwais Al Qarni, beliau mengingatkan kembali sabda Nabi s.a.w.
kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang
datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais
Al Qarni.
BERTEMU UWAIS
Suatu ketika, Uwais Al
Qarni ikut bersama kafilah
ke Madinah.
Melihat kedatangan rombongan
kafilah dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi dan menanyakan keberadaan
Uwais Al
Qarni. Rombongan kafilah
mengatakan bahwa Uwais Al Qarni
bersama mereka, dia sedang menjaga unta unta di perbatasan kota.
SABDA NABI
TERBUKTI
Kemudian
Khalifah
Umar ra dan Ali ra menjumpai Uwais Al Qarni. Sesampai di kemah
Uwais, Khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam sambil berjabat tangan, Khalifah Umar ra dengan
segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih di
telapak tangan Uwais, ternyata benar
tampak
tanda putih di telapak tangannya.
Wajah
Uwais Al Qarni tampak bercahaya, benarlah sabda Nabi s.a.w. bahwa dia adalah
penghuni langit. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya
Uwais Al Qarni, apalagi setelah pertemuannya dengan Khalifah Umar ra dan Ali ra, dia meminta agar tetap
merahasiakan keberadaannya.
Barulah di
hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana disabdakan Nabi s.a.w. : “Dialah
Uwais Al Qarni, tidak dikenal penduduk bumi tapi sangat dikenal penduduk langit”
MINTA
DIDO’AKAN
Akhirnya Khalifah Umar
dan Ali ra meminta agar Uwais mendo’akan dan istighfar untuk
mereka. Uwais enggan kemudian berkata : “Sayalah yang harus
meminta do’a pada kalian”. Mendengar
perkataan Uwais, khalifah berkata :
“Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari Anda”.
Uwais Al
Qarni
akhirnya berdoa dan membacakan istighfar,
setelah
itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal
kepada Uwais sebagai jaminan
hidupnya. Segera
saja Uwais menampik dengan berkata :
“Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk
hari hari
selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi”.
WAFAT
Beberapa tahun kemudian,
Uwais Al Qarni
wafat,
saat dimandikan banyak yang berebutan
memandikannya. Ketika
akan dikafani,
di sana sudah ada orang orang
yang menunggu untuk mengafaninya. Demikian pula ketika hendak menggali kuburnya,
juga sudah
ada yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika keranda
dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya
orang pada berebutan
mengusungnya pula.
Meninggalnya Uwais Al
Qarni
menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal hal mengherankan.
Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan mengurus jenazahnya,
padahal Uwais Al Qarni seorang fakir yang tidak dihiraukan orang.
Penduduk kota Yaman pada tercengang, “Siapakah
sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? Bukankah Uwais yang kita kenal,
hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari
hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau
menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak
pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya
mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, untuk mengurus jenazah dan
pemakamanmu”.
Betapa mulia akhlak Uwais Al Qurni, walau sholih dan
mustajab doa’nya, namun dia tidak mau tenar dan tersohor keberadaannya,
Subhaanallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar