Jumat, 17 Maret 2017


MENGUASAI AL QURAN DAN HADITS
         TETAPI BELUM  MUSLIM
          
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah olah dia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”. (Q.S. Al An ‘am (6) : 125)
              Hidayah atau petunjuk memang hak mutlak Allah, berbagai macam hidayah diperoleh : Ada yang karena mendengar suara adzan, karena perkawinan,  karena tersentuh sikap santunnya seseorang, karena nasehat (dakwah), ada pula yang karena keturunan. Betapa beruntungnya yang mendapat hidayah, sehingga memilih Islam menjadi agamanya.
              Namun kisah nyata dibawah ini sungguh luar biasa, betapa tidak ?, bayangkan…..walau banyak menguasai bahasa, bahkan memahami dan hafal Al Quran, hadits, tasawuf namun belum mendapat hidayah Allah, sehingga masih juga belum memeluk agama Islam.

KISAH NYATA          
              Kisah nyata ini diceritakan oleh Habib Quraisy bin Qosim Baharun Cirebon, ketika melakukan perjalanan di tahun 1996. Diantara penumpang pesawat adalah Habib Quraisy serta seorang ibu tua berjilbab disebelahnya.

PENUMPANG BERBAHASA ARAB
             Dalam perjalanan ibu tua  menyapa Habib Quraisy dan menanyakan tujuannya dengan berbahasa arab yang fasih.  “Kemana anda akan pergi ?”, tanyanya, “Saya akan transit ke Yordan kemudian ke Yaman”. Jawab Habib. “Dimana asal Anda ?”, Habib menjawab : “Saya berasal dari Indonesia”.

BERBAHASA INDONESIA
             Mengetahui Habib Quraisy orang Indonesia, ibu tua merubah  bicaranya dengan bahasa Indonesia. Padahal dia wanita warga Negara Jerman. Dengan berbahasa Indonesia yang fasih bertanya lagi :  “Adik di Indonesia dimana?”. Habib Quraisy menjawab : “Saya di Jawa”.

BERBAHASA JAWA HALUS
             Si Ibu  merubah dialognya dengan berbahasa Jawa sangat halus sehingga hampir hampir Habib Quraisy tidak faham, sambil berkata : “Luar biasa, Ibunda begitu banyak menguasai bahasa sampai bahasa Indonesia dan Jawa sekalipun, padahal anda orang Barat”. Ibu tua tersenyum sambil berkata : “Saya Alhamdulillah menguasai 11 bahasa dan 20 bahasa daerah”.

DIALOG  AGAMA
             Kemudian perbincangan mengarah ke soal agama. Ibu tua mulai mengupas pembahasan Al Qur’an dengan indah dan mahirnya. Habib terkagum dan penasaran atas kehebatannya menjelaskan Al Qur’an.

HAFAL AL QURAN DAN BULUGHUL MAROM
             Kemudian Habib Quraisy berrtanya : “Apakah Ibunda hafal Al Qur’an ?”. Si ibu menjawab : “Ya, saya telah menghafal Al Qur’an bahkan saya hapal Tafsir Jalalain dan “. Tidak sampai disini bahkan dia melanjutkan : “Namun Al Qur’an harus bergandengan dengan hadist. Sehingga saya kemudian berupaya lagi menghafal hadist tentang hukum sehingga saya hafal kitab hadist Bulughul Marom di luar kepala”.

HAFAL RIYADHUS SHOLIHIN
               “Lantas saya masih belum merasa cukup, karena di dalam Islam bukan hanya ada halal dan haram tapi harus ada fadhailul amal, maka saya pilih kitab Riyadhus Sholihin untuk saya hafal dan saya hafal”. Kata Ibu itu menuturkan pendalamannya tentang Islam kepada Habib Quraisy.

50 KALI MEMBACA IHYA ULUMUDDIN
              Bahkan ibu tua bertutur : “Di sisi agama ada namanya tasawuf, maka saya cendrung pada tasawuf sehingga saya memilih kitab Ihya Ulumuddin dan sampai saat ini saya sudah 50 kali mengkhatamkan membacanya. 
              Saking seringnya membaca Ihya Ulumuddin sampai sampai Bab Ajaibul Qulub saya hafal di luar kepala”.Habib Quraisy terperangah melihat kehebatan Ibu tua. Namun karena tidak mau percaya begitu saja, Habib pun akhirnya mencoba mentest kebenarannya.
             Setelah melalui beberapa pertanyaan. Ternyata memang benar Ibu itu hafal Al Qur’an bahkan mampu menjawab tafsirnya dengan lancar.   

ILMUNYA LUAS
             Ketika Habib berbicara tentang kitab Bulughul Maram Ibu itu pun menjabarkannya cukup jelas. Ketika Habib membahas tentang hadist Riyadhus Sholihin maka Ibu itu menyebutkan sesuai dengan yang terdapat dalam kitab Dalailul Falihin sebagai syarah kitab hadis tersebut.
            Bahkan dia  menjelaskan juga masalah hati psikologi berbasis kitab Ihya Ulumuddin pada pasal ajaibul qulub. Kembali Habib dibuat heran akan kehebatannya. Menurutnya sejauh ini selain gurunya Habib belum pernah menemukan orang sekaliber Ibu yang duduk di sampingnya.

MEMAKAI SALIB !
             Ketika pesawat mendarat, Habib mencoba membantu mengambilkan tas dan menurunkan tiga tas ke lantai pesawat. Ketika si Ibu menunduk  mengambil tas ternyata Nampak dari balik jilbabnya seutas kalung yang bertanda salib. Habib Quraisy menunduk dengan lemas, si Ibu tersenyum sambil  berkata berkata : “Akan saya jelaskan kepadamu nanti di hotel”.

BUKAN NASRANI
            Sesuai kesepakatan keduanya akhirnya bertemu, kepada Habib Quraisy dia mengatakan : “Saya bukan orang Kristen, mengapa saya keluar dari Kristen ?… karena saya menganggap Kristen itu hanya dongeng belaka. Dan kalung ini bukan berarti saya Kristen, kalung ini pemberian almarhumah ibu saya”.

TIDAK BERAGAMA
             Selanjutnya Ibu tua mengatakan bahwa dia telah mempelajari beberapa agama : Kristen, Hindu juga Islam, juga sempat mengungkapkan ketertarikannya mengenai keagungan wahyu Allah dan hadits Nabi Muhammad s.a.w. “Ibu apa agamanya sekarang ?”, Tanya Habib.
          “Saya tidak beragama” jawabnya. “Seandainya Ibu memeluk agama Islam, begitu membaca syahadat, ibu akan mendapat titel kiyai haji !”, kata Habib.

BELUM MENDAPAT HIDAYAH          
              Ibu tua menjawab : “Mungkin karena saya belum mendapat hidayah dari Allah”. Habib Quraisy menetaskan air mata bersyukur kepada Allah, karena heran bagaimana orang seperti dia masih belum mendapat hidayah Allah.
               Nama ibu tersebut Ann Marie Schimmel ahli literature Islam & mistisisme (tasawuf), sebagai professor mengajar di 3 Universitas terkenal di 3 Negara, dikenal memiliki ingatan fotografis. Wafat tahun 2003 di usia 80 tahun. Namun apakah wafat dalam keadaan beriman ?. Wallahu ‘a’lam.

KISAH TAULADAN
IKRAMAH BIN ABU JAHAL MENDAPAT HIDAYAH
           
         Ikramah bin Abu Jahal adalah seorang pemuda yang semula menentang Islam, kemudian menjadi pembela Islam. Merupakan pemuda Quraisy gagah berani, lahir dari keturunan bangsawan Quraisy, sangat dihormati dan terpandang di Mekah, penunggang kuda yang mahir.
           Ikramah menolak dakwah Islam karena terpengaruh sikap ayahnya Abu Jahal yang menentang Islam. Karena pengaruh ayahnya, dia juga sangat memusuhi Rasulullah s.a.w.
           Dalam perang Badar Ikramah berada di sayap kanan pasukan  ayahnya. Ketika Abu Jahal terbunuh disaksikan Ikramah, namun dia tidak mampu menolongnya karena sibuk menyelamatkan diri. Sejak kematian ayahnya, kebenciannya pada Islam makin memuncak. Dia ingin membalas kematian ayahnya, dalam beberapa peperangan melawan kaum muslimin, dia dibarisan terdepan.
           Dalam perang Uhud Ikramah berada di sayap kiri pasukan Quraisy sedang Khalid al Walid di sayap kanan memimpin pasukan berkuda. Kedua panglima ini dengan heroik memecah belahkan pasukan Islam.
           Ketika pembukaan kota Mekah, Ikramah mengumpulkan pengikut untuk melawannya. Namun terkejut saat melihat Khalid bin Walid yang menyerbunya ketika itu. Tetapi dia tetap nekad melawan pasukan Islam. Akhirnya tenteranya tewas, Ikramah melarikan diri ke Yaman.
       Ummu Hakim isterinya, khawatir keadaan suaminya, kemudian  menyusul ke Yaman, kemudian bertemu suaminya di Pantai Laut Merah. Ummu Hakim meminta agar mau pulang ke Mekah, sambil mengkhabarkan  bahwa Rasulullah s.a.w. telah memaafkannya.
           Ikrimah kemudian pulang ke Mekah, kedatangan Ikramah dan isterinya disambut Rasulullah s.a.w. dan para sahabat. Dihadapan baginda, Ikrimah mengucap dua kalimah syahadah, dia berjanji mengubah perangainya dan bersedia membela Islam, ternyata Ikramah menepati janjinya.

           Dalam perang Yarmuk tentera Islam diserang bertubi tubi tentera Romawi. Ikramah tampil menyerang tentera Romawi dan berhasil menghalau pasukan musuh. Akhirnya gugur sebagai syahid, pasukan Islam mendapat kemenangan gemilang.

Rabu, 15 Maret 2017



KEISTIMEWAAN SHOLAT DUHA.


  KISAH TAULADAN
              ADZAN TERAKHIR BILAL BIN RABBAH YANG MENGHARUKAN            

Sejak Rasulullah wafat, Bilal berniat tidak adzan lagi di Masjid Nabawi Madinah. Lantaran sedihnya sampai permintaan Khalifah Abu Bakar agar dia sudi menjadi muadzin tidak dipenuhi. Dengan kesedihan mendalam Bilal berkata : “Biarkan aku hanya menjadi muadzin Rasulullah saja. Rasulullah s.a.w. telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa siapa lagi”.
Kemudian Bilal meninggalkan Madinah, bergabung dengan pasukan Fath Islamy hijrah ke kota Homs, Syria. Suatu malam Bilal mimpi ditegur Rasulullah s.a.w. : “Hai Bilal, mengapa engkau tak mengunjungiku ?, mengapa sampai seperti ini?“. Kemudian Bilal terbangun, bersiap menuju  Madinah guna ziarah ke makam Rasulullah.            
Setiba di Madinah, segera menuju makam Rasulullah s.a.w., kemudian tampak Hasan dan Husein cucu Rasulullah s.a.w. mendekatinya. Dengan terharu Bilal memeluk keduanya, Umar bin Khattab juga ikut terharu melihatnya. Kemudian salah seorang cucu Rasulullah s.a.w. berkata kepada Bilal : “Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan untuk kami ?, kami ingin mengenang kakek kami ”. Umar bin Khattab juga ikut memohon. Bilal akhirnya mengabulkan, saat tiba waktu shalat, Bilal  mengumandangkan Adzan, saat lafadz “Allahu Akbar” dikumandangkan, seluruh Madinah terasa senyap. Segala aktifitas dan perdagangan terhenti.
Saat Bilal melafadzkan “Asyhadu an laa ilaha illallah“, penduduk Kota Madinah berhamburan dari tempat mereka tinggal, berlarian menuju Masjid Nabawi. Puncaknya saat Bilal mengumandangkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah“, seisi Kota Madinah pada menangis pilu, teringat masa indah saat Rasulullah masih hidup dan menjadi imam. Tangis Khalifah Umar bin Khattab terdengar  paling keras. Bahkan Bilal yang mengumandangkan Adzan ikut tersedu sedu dalam tangis. Bilal pun tidak sanggup meneruskan Adzannya, dia terus terisak tak mampu lagi berteriak melanjutkan panggilan mulia tersebut.