MENGUASAI AL QURAN DAN HADITS
TETAPI BELUM MUSLIM
“Barangsiapa yang Allah
menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya
untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah
kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah olah dia
sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang
tidak beriman”. (Q.S. Al An ‘am (6) : 125)
Hidayah atau petunjuk memang hak mutlak Allah,
berbagai macam hidayah diperoleh : Ada yang karena mendengar suara adzan,
karena perkawinan, karena tersentuh
sikap santunnya seseorang, karena nasehat (dakwah), ada pula yang karena
keturunan. Betapa beruntungnya yang mendapat hidayah, sehingga memilih Islam
menjadi agamanya.
Namun kisah nyata dibawah ini
sungguh luar biasa, betapa tidak ?, bayangkan…..walau banyak menguasai bahasa,
bahkan memahami dan hafal Al Quran, hadits, tasawuf namun belum mendapat
hidayah Allah, sehingga masih juga belum memeluk agama Islam.
KISAH NYATA
Kisah nyata ini diceritakan oleh
Habib Quraisy bin Qosim Baharun Cirebon, ketika melakukan perjalanan di tahun
1996. Diantara penumpang pesawat adalah Habib Quraisy serta seorang ibu tua
berjilbab disebelahnya.
PENUMPANG BERBAHASA ARAB
Dalam perjalanan ibu tua menyapa Habib Quraisy dan menanyakan
tujuannya dengan berbahasa arab yang fasih.
“Kemana anda akan pergi ?”, tanyanya, “Saya akan transit ke Yordan
kemudian ke Yaman”. Jawab Habib. “Dimana asal Anda ?”, Habib menjawab : “Saya
berasal dari Indonesia”.
BERBAHASA INDONESIA
Mengetahui Habib Quraisy orang
Indonesia, ibu tua merubah bicaranya
dengan bahasa Indonesia. Padahal dia wanita warga Negara Jerman. Dengan berbahasa
Indonesia yang fasih bertanya lagi : “Adik
di Indonesia dimana?”. Habib Quraisy menjawab : “Saya di Jawa”.
BERBAHASA JAWA HALUS
Si Ibu merubah dialognya dengan berbahasa Jawa sangat
halus sehingga hampir hampir Habib Quraisy tidak faham, sambil berkata : “Luar
biasa, Ibunda begitu banyak menguasai bahasa sampai bahasa Indonesia dan Jawa
sekalipun, padahal anda orang Barat”. Ibu tua tersenyum sambil berkata : “Saya Alhamdulillah
menguasai 11 bahasa dan 20 bahasa daerah”.
DIALOG AGAMA
Kemudian perbincangan mengarah ke
soal agama. Ibu tua mulai mengupas pembahasan Al Qur’an dengan indah dan
mahirnya. Habib terkagum dan penasaran atas kehebatannya menjelaskan Al Qur’an.
HAFAL AL QURAN DAN BULUGHUL MAROM
Kemudian Habib Quraisy berrtanya :
“Apakah Ibunda hafal Al Qur’an ?”. Si ibu menjawab : “Ya, saya telah menghafal
Al Qur’an bahkan saya hapal Tafsir Jalalain dan “. Tidak sampai disini bahkan
dia melanjutkan : “Namun Al Qur’an harus bergandengan dengan
hadist. Sehingga saya kemudian berupaya lagi menghafal hadist tentang
hukum sehingga saya hafal kitab hadist Bulughul Marom di luar kepala”.
HAFAL RIYADHUS SHOLIHIN
“Lantas saya masih belum merasa
cukup, karena di dalam Islam bukan hanya ada halal dan haram tapi harus ada
fadhailul amal, maka saya pilih kitab Riyadhus Sholihin untuk saya hafal dan
saya hafal”. Kata Ibu itu menuturkan pendalamannya tentang Islam kepada Habib
Quraisy.
50 KALI MEMBACA IHYA ULUMUDDIN
Bahkan ibu tua bertutur : “Di
sisi agama ada namanya tasawuf, maka saya cendrung pada tasawuf sehingga saya
memilih kitab Ihya Ulumuddin dan sampai saat ini saya sudah 50 kali
mengkhatamkan membacanya.
Saking seringnya membaca Ihya
Ulumuddin sampai sampai Bab Ajaibul Qulub saya hafal di luar kepala”.Habib
Quraisy terperangah melihat kehebatan Ibu tua. Namun karena tidak mau percaya
begitu saja, Habib pun akhirnya mencoba mentest kebenarannya.
Setelah melalui beberapa
pertanyaan. Ternyata memang benar Ibu itu hafal Al Qur’an bahkan mampu menjawab
tafsirnya dengan lancar.
ILMUNYA LUAS
Ketika Habib berbicara tentang
kitab Bulughul Maram Ibu itu pun menjabarkannya cukup jelas. Ketika Habib
membahas tentang hadist Riyadhus Sholihin maka Ibu itu menyebutkan sesuai
dengan yang terdapat dalam kitab Dalailul Falihin sebagai syarah kitab hadis
tersebut.
Bahkan dia menjelaskan juga masalah hati psikologi
berbasis kitab Ihya Ulumuddin pada pasal ajaibul qulub. Kembali Habib dibuat
heran akan kehebatannya. Menurutnya sejauh ini selain gurunya Habib belum
pernah menemukan orang sekaliber Ibu yang duduk di sampingnya.
MEMAKAI SALIB !
Ketika pesawat mendarat, Habib
mencoba membantu mengambilkan tas dan menurunkan tiga tas ke lantai pesawat.
Ketika si Ibu menunduk mengambil tas
ternyata Nampak dari balik jilbabnya seutas kalung yang bertanda salib. Habib
Quraisy menunduk dengan lemas, si Ibu tersenyum sambil berkata berkata : “Akan saya jelaskan
kepadamu nanti di hotel”.
BUKAN NASRANI
Sesuai kesepakatan keduanya
akhirnya bertemu, kepada Habib Quraisy dia mengatakan : “Saya bukan orang
Kristen, mengapa saya keluar dari Kristen ?… karena saya menganggap Kristen itu
hanya dongeng belaka. Dan kalung ini bukan berarti saya Kristen,
kalung ini pemberian almarhumah ibu saya”.
TIDAK BERAGAMA
Selanjutnya Ibu tua mengatakan
bahwa dia telah mempelajari beberapa agama : Kristen, Hindu juga Islam, juga
sempat mengungkapkan ketertarikannya mengenai keagungan wahyu Allah dan hadits
Nabi Muhammad s.a.w. “Ibu apa agamanya sekarang ?”, Tanya Habib.
“Saya tidak beragama”
jawabnya. “Seandainya Ibu memeluk agama Islam, begitu membaca syahadat, ibu
akan mendapat titel kiyai haji !”, kata Habib.
BELUM MENDAPAT HIDAYAH
Ibu tua menjawab : “Mungkin
karena saya belum mendapat hidayah dari Allah”. Habib Quraisy menetaskan
air mata bersyukur kepada Allah, karena heran bagaimana orang seperti dia masih
belum mendapat hidayah Allah.
Nama ibu tersebut Ann Marie
Schimmel ahli literature Islam & mistisisme (tasawuf), sebagai professor
mengajar di 3 Universitas terkenal di 3 Negara, dikenal memiliki ingatan
fotografis. Wafat tahun 2003 di usia 80 tahun. Namun apakah wafat dalam keadaan
beriman ?. Wallahu ‘a’lam.
KISAH TAULADAN
IKRAMAH
BIN ABU JAHAL MENDAPAT HIDAYAH
Ikramah bin Abu Jahal adalah seorang
pemuda yang semula menentang Islam, kemudian menjadi pembela Islam. Merupakan pemuda
Quraisy gagah berani, lahir dari keturunan bangsawan Quraisy, sangat dihormati
dan terpandang di Mekah, penunggang kuda yang mahir.
Ikramah menolak dakwah Islam karena
terpengaruh sikap ayahnya Abu Jahal yang menentang Islam. Karena pengaruh ayahnya,
dia juga sangat memusuhi Rasulullah s.a.w.
Dalam perang Badar Ikramah berada di
sayap kanan pasukan ayahnya. Ketika Abu
Jahal terbunuh disaksikan Ikramah, namun dia tidak mampu menolongnya karena sibuk
menyelamatkan diri. Sejak kematian ayahnya, kebenciannya pada Islam makin memuncak.
Dia ingin membalas kematian ayahnya, dalam beberapa peperangan melawan kaum
muslimin, dia dibarisan terdepan.
Dalam perang Uhud Ikramah berada di sayap
kiri pasukan Quraisy sedang Khalid al Walid di sayap kanan memimpin pasukan
berkuda. Kedua panglima ini dengan heroik memecah belahkan pasukan Islam.
Ketika pembukaan kota Mekah, Ikramah
mengumpulkan pengikut untuk melawannya. Namun terkejut saat melihat Khalid bin Walid
yang menyerbunya ketika itu. Tetapi dia tetap nekad melawan pasukan Islam. Akhirnya
tenteranya tewas, Ikramah melarikan diri ke Yaman.
Ummu
Hakim isterinya, khawatir keadaan suaminya, kemudian menyusul ke Yaman, kemudian bertemu suaminya
di Pantai Laut Merah. Ummu Hakim meminta agar mau pulang ke Mekah, sambil mengkhabarkan
bahwa Rasulullah s.a.w. telah memaafkannya.
Ikrimah kemudian pulang ke Mekah,
kedatangan Ikramah dan isterinya disambut Rasulullah s.a.w. dan para sahabat. Dihadapan
baginda, Ikrimah mengucap dua kalimah syahadah, dia berjanji mengubah
perangainya dan bersedia membela Islam, ternyata Ikramah menepati janjinya.
Dalam perang Yarmuk tentera Islam
diserang bertubi tubi tentera Romawi. Ikramah tampil menyerang tentera Romawi dan
berhasil menghalau pasukan musuh. Akhirnya gugur sebagai syahid, pasukan Islam
mendapat kemenangan gemilang.