“Demi
matahari dan cahayanya di pagi hari (dhuha)”.
(Q.S. Asy Syam 1-10)
“Dan
sesungguhnya
kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari (dhuha)
di dalamnya".
(Q.S. Thaha (20) : 119)
Mengingat pentingnya waktu
dhuha (sinar matahari pagi hari), dimana manusia pada memulai aktifitasnya, sehingga Allah
sengaja mengawali firman Nya bersumpah dengan waktu “dhuha” ini. Istilah “dhuha” terdapat juga di
beberapa surat, diantaranya : Surat AI 'Araf (7) : 98. Surat Thaha (20) : 59, Surat An Nazi'at (79) : 29, 46. S. As Syams (91) : 1.
Maka
betapa penting dan berharganya bila memperhatikan waktu dhuha ini, dengan aktif
melaksanakan sholat dhuha !.
MENYEDEKAHI TIAP RUAS TULANG
Kita
sama memahami bahwa : kepemilikan tanah, rumah, perusahaan, kendaraan dan lain
lain itu ada kuwajiban membayar pajaknya.
Bila harta benda saja dikenakan pajak, apalagi tubuh yang merupakan
karunia Allah yang luar biasa canggih dan bermanfaat ini, betapa lemah dan
hinanya bila tidak diimbangi dengan menyedahinya sebagai rasa syukur terhadap
karunia Nya yang tidak terhingga. “Dari Abu
Dzar r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Hendaklah masing masing
kamu setiap pagi bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu. Maka tiap kali
bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil
adalah sedekah dan setiap takbir adalah sedekah. Memerintah kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah keburukan juga adalah
sedekah. Dan sebagai ganti daripada itu semua, cukuplah mengamalkan dua rakaat
sholat Dhuha”. (H.R. Muslim, Ahmad, Abu Daud)
PENTINGNYA SHOLAT DHUHA
Begitu
penting dan utamanya sholat dhuha, sehingga seakan bisa menggantikan bacaan tasbih, tahmid, tahlil, takbir, memerintah kebaikan, mencegah keburukan, kenyataan ini secara gamblang disampaikan Rasulullah s.a.w.
dengan kalimat : “Dan sebagai ganti daripada
itu semua, cukuplah mengamalkan 2 rakaat sholat Dhuha”.
Mengingat
pentingnya sholat dhuha, sampai Nabi s.a.w. berpesan kepada Abu Hurairah r.a. : “Abu Hurairah
berkata : “Rasulullah s.a.w. wasiat
kepadaku 3 perkara agar jangan ditinggalkan : Puasa tiga hari tiap bulan, dua
raka’at Dhuha dan witir sebelum tidur”.
KE ISTIMEWAAN SHOLAT DHUHA :
1.DIAMPUNI DOSA
Begitu besar balasan Allah terhadap yang tekun
menunaikan sholat dhuha sampai dosanya diampuni : “Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda
: “Barangsiapa memelihara pelaksanaan shalat Dhuha yang genap jumlah rakaatnya,
maka diampunilah dosa dosanya, sekalipun banyaknya laksana buih lautan”. (H.R.
Tirmidzi)
2.DICUKUPI RIZKI SAMPAI PETANG
Keistimewaan
lainnya dalam melaksanakan sholat dhuha yang dilakukan sebanyak 4 rekaat, maka
akan dicukupkan keperluannya sampai petang, maasyaa Allah betapa luas ke
Murahan Nya.
Manusia bersikap tamak, rakus dan merasa kurang, tidak akan puas
tabiatnya, betapa sengsara rasanya bila jiwa tidak merasa cukup. Maka rasa
cukup akan terpenuhi dengan melaksankan sholat dhuha. Ini satu keistimewaan
karunia Nya !. Dari Nuwas bin Sam’an Rasulullah s.a.w. bersabda : “Allah berfirman : “Wahai anak Adam, jangan sekali kali engkau malas
mengerjakan 4 raka’at pada permulaan siang (Dhuha), nanti pasti akan Ku cukupkan keperluanmu sampai ke petang harinya”. (H.R. Hakim
dan Tabrani)
3.DIKARUNIAI LEWAT PINTU DHUHA
Keistimewann sholat dhuha tak hanya itu saja, bahkan
kelak di hari kebangkitan akan menikmati dengan masuk lewat pintu dhuha
: “Inilah pintu kamu silakan masuk ke dalam syurga dengan Rahmat Allah”.
Rasulullah s.a.w. bersabda : “Bahwasanya
di syurga ada pintu yang dinamakan Dhuha. Maka apabila tiba hari kiamat
kelak, berserulah (malaikat) penyeru : “Manakah orang orang yang telah mengamalkan solat Dhuha, Inilah pintu kamu silakan masuk ke
dalam syurga dengan Rahmat Allah”. (H.R. At Tabrani).
Pintu
dhuha merupakan pintu khusus yang hanya diperuntukkan bagi yang tekun
melaksanakan sholat dhuha.
WAKTUNYA
Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilaksanakan setelah terbit matahari sampai menjelang masuk waktu dhuhur, afdolnya dilaksanakan sekitar pukul 08:00 – 11: 00 (saat anak onta bangun
karena sengatan matahari) :
Zaid bin Arqam r.a.
berkata : “Nabi s.a.w. keluar menuju tempat Ahli Quba, saat itu mereka sedang mengerjakan solat dhuha, beliau
bersabda : “Inilah sholat orang orang yang kembali kepada Allah, yaitu waktu anak anak unta telah bangkit karena
kepanasan waktu Dhuha”. (H.R. Ahmad,
Muslim dan Tirmidzi)
JUMLAH
REKAAT
Sholat dhuha dikerjakan minimal
2 rekaat, 4 rekaat, 8 rekaat sampai 12 rekaat, sebagaiman riwayat dibawah ini :
Itban
bin Malik berkata : “Pada suatu pagi Rasulullah s.a.w. berkunjung kepadaku bersama Abu Bakar setelah siang
mulai panas. Maka kami pun membuat shaf di belakang beliau (bermakmum) dan
beliau shalat 2 rakaat”. (H.R. Bukhari)
Dari ‘Aisyah beliau berkata : “Rasulullah s.a.w. shalat
Dhuha 4 rakaat dan menambahnya sesuai dengan kehendak Allah”. (H.R. Muslim)
Dari Ummu Hani’ binti Abi Thalib, Rasulullah s.a.w.
pernah mengerjakan sholat dhuha sebanyak 8 rakaat, pada setiap dua rakaat,
beliau mengucap salam (H.R. Abu Dawud).
Dari Anas bin Malik bahwa Nabi
s.a.w. bersabda : “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 rakaat,
maka Allah akan membangunkan untuknya istana di syurga”. (H.R. Turmuzi dan Ibnu
Majah, hadis hasan).
Semoga
Allah senantiasa memberikan hidayah Nya, agar menjadi hamba yang pandai
mensyukuri nikmat Nya dan memudahkan kita untuk aktif melaksanakan sholat
dhuha, Amiin
KISAH TAULADAN
ADZAN TERAKHIR BILAL BIN RABBAH YANG
MENGHARUKAN
Sejak Rasulullah wafat, Bilal berniat
tidak adzan lagi di Masjid Nabawi Madinah. Lantaran sedihnya sampai permintaan
Khalifah Abu Bakar agar dia sudi menjadi muadzin tidak dipenuhi. Dengan
kesedihan mendalam Bilal berkata : “Biarkan aku hanya menjadi muadzin
Rasulullah saja. Rasulullah s.a.w. telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa siapa
lagi”.
Kemudian Bilal meninggalkan
Madinah, bergabung dengan pasukan Fath Islamy hijrah ke kota Homs, Syria. Suatu
malam Bilal mimpi ditegur Rasulullah s.a.w. : “Hai Bilal, mengapa engkau tak
mengunjungiku ?, mengapa sampai seperti ini?“. Kemudian Bilal terbangun, bersiap
menuju Madinah guna ziarah ke makam
Rasulullah.
Setiba di Madinah, segera menuju
makam Rasulullah s.a.w., kemudian tampak Hasan dan Husein cucu Rasulullah s.a.w. mendekatinya. Dengan
terharu Bilal memeluk keduanya, Umar bin Khattab juga ikut terharu melihatnya.
Kemudian salah seorang cucu Rasulullah s.a.w. berkata kepada Bilal : “Paman, maukah engkau sekali
saja mengumandangkan adzan untuk kami ?, kami ingin mengenang kakek kami ”.
Umar bin Khattab juga ikut memohon. Bilal akhirnya mengabulkan, saat tiba waktu
shalat, Bilal mengumandangkan Adzan, saat
lafadz “Allahu Akbar” dikumandangkan, seluruh Madinah terasa senyap. Segala
aktifitas dan perdagangan terhenti.
Saat Bilal melafadzkan “Asyhadu an
laa ilaha illallah“, penduduk Kota Madinah berhamburan dari tempat mereka
tinggal, berlarian menuju Masjid Nabawi. Puncaknya saat Bilal mengumandangkan
“Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah“, seisi Kota Madinah pada menangis pilu,
teringat masa indah saat Rasulullah masih hidup dan menjadi imam. Tangis
Khalifah Umar bin Khattab terdengar paling keras. Bahkan Bilal yang
mengumandangkan Adzan ikut tersedu sedu dalam tangis. Bilal pun tidak sanggup
meneruskan Adzannya, dia terus terisak tak mampu lagi berteriak melanjutkan
panggilan mulia tersebut.
Hari itu Madinah mengenang kembali
masa saat Rasulullah s.a.w. masih ada diantara mereka. Hari itu, Bilal
melantukan adzan pertama dan terakhirnya semenjak kepergian Rasulullah
s.a.w..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar