Senin, 23 Mei 2016


                       
                HUKUM MEMAKAI JIMAT        

“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki Nya di antara hamba hamba Nya dan Dia lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Yunus (10) : 107)

Allah sebagai satu satunya Tuhan yang Maha Esa, memiliki sifat  Maha Kuasa, apa yang dikehendaki pasti terjadi, baik berupa kemudharatan maupun kebaikan.
Sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta (Khalik), Dia memiliki ke Mutlakan yang tak terbatas, tidak ada yang sanggup menghalangi kehendak Nya !, karena selain Dia (Allah) adalah makhluk ciptaan Nya belaka !.
Walau Maha Kuasa namun Dia memiliki sifat Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

LENGAH
Namun sayang banyak diantara hamba ciptaan Nya yang lengah dari ketauhidan (meng Esakan Allah) dan menyimpang dari jalan Nya.  Sehingga dalam kehidupan ada yang masih mempercayai dan memakai jimat dengan harapan agar selamat, agar sakti, agar kebal, agar berwibawa, agar tetap bisa bertahan dalam jabatan dan sebangsanya.  

TIDAK DIBAIAT
Sebenarnya begitu hina dan rendahnya bagi yang memakai jimat sehingga Nabi s.a.w. tidak mau membaiatnya.
Dari ‘Uqbah bin Amir Al Juhani r.a. berkata : “Bahwasannya telah datang kepada Rasulullah s.a.w. sepuluh orang (untuk melakukan bai’at), maka Nabi s.a.w. membai’at sembilan orang dan tidak membai’at satu orang. Mereka berkata : “Wahai Rasulullah mengapa engkau membai’at sembilan dan meninggalkan satu orang ini ?”. Beliau bersabda : “Sesungguhnya dia memakai jimat”. Maka orang itu memasukkan tangannya dan memotong jimat tersebut, barulah Nabi s.a.w. membai’atnya dan beliau bersabda : “Barangsiapa yang memakai jimat maka dia telah menyekutukan Allah”. (H.R. Ahmad).
Begitu besar resiko pemakai jimat karena termasuk menyekutukan Allah (syirk), sehingga Nabi s.a.w. tidak mau membaiat, namun ketika jimat dilepasnya baru Nabi s.a.w. mau membaiatnya.

TAWAKKAL
Maka sikap terbaik bagi yang mengaku beriman kepada Allah hanyalah bertawakkal (pasrah) kepada Allah Dzat Pencipta Nya.
“......Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah maka cukuplah Allah sebagai penolongnya.......(Q.S. Al Tholaq (65) : 3)  
Dengan sikap tawakkal kepada Allah, jiwa takkan terombang ambing kepada keyakinan yang bukan bukan, jiwanya akan mantap dan tenang, bahkan takkan terjerumus kepada ketahayyulan dan kemusyrikan yang menyesatkan !.

DIAMPUNI DAN DIMASUKKAN KE SYURGA
Karena ketawakkalan kepada Allah, para sahabat Nabi tak satupun yang memakai jimat, sehingga ketika berperang ada yang terluka, terpotong tangannya bahkan sampai terbunuh dsb. para sahabat faham dan rela resiko ini, karena memahami firman Allah : 
“......Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku hapuskan kesalahan kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam syurga yang mengalir sungai sungai di bawahnya sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi Nya pahala yang baik". (Q.S. Ali Imran (3) : 195)
Berkat memahami ayat tersebut mereka rela berkorban, karena pengorbanan di jalan Allah (fii sabilillah) akan mendapat ampunan dan kelak akan di masukkan kedalam syurga yang penuh kenikmatan.

HIDUP DISISI TUHAN DENGAN MENDAPAT RIZKI
Betapa luar biasa penghargaan Allah terhadap yang mati terbunuh di jalan Nya (fii sabiilillah), karena mereka dinyatakan hidup di sisi Nya bahkan sudah mendapat rizki. Begitu nikmatnya penghargaan bagi yang mati dalam keadaan syahid
“Janganlah kamu mengira bahwa orang orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rizki”. (Q.S. Ali Imran (3) : 169)

PENUH LUKA
Luka dalam berperang merupakan hal biasa karena itu merupakan sunnatullah (ketetapan Allah). Para sahabat Nabi telah memahami hal ini, karena ampunan dan pahala jelas akan didapatnya. Sehingga tidak satupun para sahabat memakai jimat !.
Kenyataan ini terjadi dan dialami Thalkhah bin Ubaidillah ketika di medan perang, walau tubuhnya penuh luka tikaman masih sempat menyelamatkan Rasul yang dicintainya, sehingga Rasul menyatakan ke syahidannya, sebagaimana sabdanya : “ Siapa senang melihat seorang syahid berjalan diatas bumi lihatlah Thalhah r.a.".  Nabi bersabda : "Orang ini termasuk yang gugur dan barang siapa senang melihat seorang syahid berjalan diatas bumi lihatlah Thalhah r.a.".

HUKUM MEMAKAI JIMAT
Namun sayangnya banyak yang mengaku beriman, namun masih saja ada yang memakai jimat, padahal begitu besar resiko dan bahaya memakai jimat, karena tergolong syirik !.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata :  “Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya mantra mantra, jimat jimat dan pelet itu syirik”. (H.R. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)

RESIKO MEMAKAI JIMAT
Begitu besar resiko memakai jimat, karena tergolong syirik yang berakibat amalnya akan terhapus dan tergolong merugi ( masuk neraka).
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (Nabi Nabi) yang sebelummu : "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang orang yang merugi”. (Q.S. Az Zumar (39) : 65)
Betapa nikmat dan tenang bila hidup hanya bertawakkal kepada Allah Ta’ala, betapa rugi bila hidup bergantung kepada jimat berupa benda mati, karena amalnya akan terhapus, apalagi kelak akan menghuni neraka !.
---------------------------------------------------------------------------------------------------

WALAU JIMAT NAMPAK MENARIK DAN MEMIKAT, TETAP SAJA SESAT, KARENA BUAH AJAKAN SETAN TERLAKNAT, LEWAT AGENNYA YANG LIHAI PENUH TIPU MUSLIHAT !!!. 

KISAH TAULADAN 

SYAHID DENGAN KEDUA TANGAN TERTEBAS MEMELUK PANJI

Ja'far bin Abu Thalib adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad yang disegani, termasuk lima orang yang mirip Nabi s.a.w.. Dia puteranya Abu Thalib (paman Nabi Muhammad), juga kakak Ali bin Abi Thalib (Khalifah ke-4).  Termasuk kelompok awal yang memeluk islam. Menikah dengan Asma bin Umais.
Pada awal tahun ke delapan hijriyah, Rasulullah s.a.w. menyiapkan pasukan menyerang tentara romawi di Mut'ah. Beliau mengangkat Zaid bin Haritsah sebagai komandan pasukan, dengan pesan jika Zaid bin Haritsah gugur,  digantikan Ja'far bin Abu Thalib, jika Ja'far bin Abu Thalib gugur diganti  Abdullah bin Rawahah, apabila Abdullah bin Rawahah gugur hendaknya kaum muslimin memilih komandan diantara mereka.           
Sampai di Mut'ah sebuah kota dekat Syam, Yordania pasukan kaum Muslimin mendapati pasukan Romawi berjumlah 100.000. diperkuat pula dengan 1000 milisi Nasrani dari kabilah Arab,sementara pasukan kaum Muslimin yang dipimpin Zaid bin Haritsah hanya berkekuatan 3000 pasukan.
Ketika kedua pasukan tidak seimbang bertemu peperangan dasyat terjadi. Komandan Zaidpun gugur, melihat Zaid gugur Ja'far dengan tangkas  mengambil alih bendera Rasulullah s.a.w. Sambil mengacungkan bendera, Ja'far mengayunkan pedang dengan semangat heroik di tengah musuh yang mengepungnya. 
Suatu saat tebasan pedang mengenai tangan kanannya, dengan sigapnya tangan kirinya mengambil alih bendera dari tangan kanannya yang buntung. Namun secepat kilat pula tangan kirinya putus  terkena tebasan pedang musuh. Dengan tangkas dan sigapnya dipeluknya bendera dengan sisa kedua lengannya. Melihat situasai ini musuh menikamnya hingga Ja'far gugur sebagai syahid di medan Mut'ah.
Secepat kilat Abdullah bin Rawahah merebut bendera dari Ja'far bin Abu Thalib. Komandan kini berada tangan Abdullah bin Rawahah, yang  akhirnya gugur pula sebagai syahid. 
Melihat gugurnya Abdullah bin Rawahah, Tsabit bin Arqam dengan sigapnya mengambil bendera dan berteriak memanggil para sahabat untuk memilih komandan selanjutnya.
Komandan selanjutnya berpindah ke tangan Khalid bin Walid, dengan kecerdikan dan kecermerlangannya, akhirnya kaum Muslimin berhasil memukul mundur pasukan Romawi hingga mengalami kemenangan telak. Demikian hebatnya pengorbanan para sahabat yang rela mengorbankan jiwanya, sehingga tak satupun memakai jimat, karena faham hakekat kematian syahid. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar