RAJA HABASYAH
MEMELUK ISLAM
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan
berfirman): "Sesungguhnya aku tidak menyia nyiakan amal orang orang yang
beramal di antara kamu, baik laki laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu
adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang orang yang berhijrah, yang
diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan Ku, yang berperang dan
yang dibunuh, pastilah akan Ku hapuskan kesalahan kesalahan mereka dan pastilah
aku masukkan mereka ke dalam syurga yang mengalir sungai sungai di bawahnya,
sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi Nya pahala yang baik".
(Q.S.Ali Imran (3) : 195)
Ashhamah
bin Abhar adalah raja Habasyah (610 – 630 M) sebuah negeri di Afrika mayoritas
penduduknya beragama Nashrani, dia dikenal adil. Ketika tekanan dan siksaan kaum
kafir Quraisy makin meningkat Nabi s.a.w. memerintahkan sekelompok sahabat yang
dipimpin Ja'far bin Abi Thalib agar hijrah ke negeri tersebut. Sedang
Nabi sendiri masih tinggal di Makkah.
MENYARANKAN
HIJRAH
Nabi s.a.w. bersabda kepada
mereka : " Sesungguhnya di Habasyah terdapat seorang raja, siapa saja yang
berada di sisinya tidak akan didzalimi. Maka pergilah kalian ke sana hingga Allah memberikan
kelapangan dan jalan keluar dari kondisi yang sedang kalian hadapi sekarang ini
".
DILINDUNGI
Ternyata saran Nabi s.a.w.
benar, mereka mendapat perlakuan yang baik dan tidak dihalangi untuk
menjalankan ibadah, walaupun berbeda
agama. Melihat perlindungan raja terhadap kaum Muslimin, kaum kafir
Quraisy mengirim utusan yang dipimpin Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabiah
(dalam riwayat lain, Umarah bin Walid) sambil membawa hadiah kepada Najasyi dan
para panglimanya, dengan tujuan agar mengusir kaum Muslimin dan
mengembalikannya ke Makkah.
Dengan tegas Najasyi berkata :
"Tidak demi Allah, aku tidak akan mengembalikan mereka sebelum aku
berbicara dengan mereka, dan akan kupertimbangkan dengan matang urusan ini.
Sungguh mereka telah datang ke negeriku dan memilih perlindunganku daripada
perlindungan orang lain, termasuk kalian….". Kemudian raja memerintahkan
para pengawal menghadirkan utusan kaum muslimin.
JA’FAR
BIN ABU THALIB TAMPIL
Ketika Ja'far bin Abu Thalib
dan para sahabat menghadap Najasyi, dia menjawab dan menjelaskan panjang lebar
tentang Islam. Najasyi meminta agar dibacakan beberapa wahyu yang diturunkan,
Ja'far pun membacakan permulaan Surah Maryam. Najasyi dan beberapa uskup di
sebelahnya menangis hingga air mata membasahi janggutnya, kemudian raja berkata
: " Demi Allah ini dan apa yang dibawa Musa muncul dari misykah (lubang
tempat lampu penerangan) yang sama. Pergilah kalian berdua !!, aku tidak akan menyerahkan mereka kepada
kalian..!"
MEMPENGARUHI
RAJA
Ternyata dua orang utusan
Quraisy tidak menyerah, keesokan harinya mereka menghadap Najasyi, meminta agar
raja menanyakan tentang Isa bin Maryam. Najasyi memenuhi permintaannya, sekali
lagi para sahabat dipanggil untuk menjelaskan tentang Isa bin Maryam. Ja'far
menjawab : " Kami berkata tentang
dirinya, sebagaimana diajarkan Nabi s.a.w., Isa adalah seorang hamba Allah,
Rasul Nya dan Ruh Nya, sekaligus kalimah Nya yang diletakkan Nya pada Maryam, seorang
perawan suci yang tidak mempunyai syahwat kepada lelaki".
RAJA
SADAR DAN MENERIMA
Mendengar jawaban tersebut,
Najasyi memukul tanah dengan tangannya dan mengambil sepotong ranting, kemudian
berkata : " Demi Allah, Isa bin Maryam tidak melebihi apa yang kamu
katakan, walaupun hanya sepanjang ranting ini. Kalian aman di sini, jika ada
orang yang menghina dan mencerca kalian, dia akan menanggung denda. Aku tidak
suka seandainya memiliki gunung emas, sedangkan aku menyakiti salah satu dari
kalian."
HADIAH
DIKEMBALIKAN
Sebagian pembesar dan
panglimanya tampak tidak senang dengan perkataan Najasyi, mereka marah. Najasyi
berkata : " Aku tidak perduli kalian marah, kembalikan hadiah yang
diberikan kedua orang itu (utusan Quraisy), Demi Allah, Allah tidak menerima
suap dariku ketika Dia memberikan amanat kerajaan ini, karena itu aku tidak
perlu menerima suap dalam urusanNya. Tidak juga Allah menuruti kemauan orang
banyak dalam urusanku, sehingga aku tidak perlu menuruti kemauan kalian dalam
urusan Nya ".
Akhirnya
raja mengembalikan
hadiah hadiah tersebut, keduanya keluar dari majelis Najasyi dengan perasaan
terhina.
PEMBERONTAKAN
Sikap tegas Najasyi ini
ternyata harus dibayar mahal, beberapa panglima dan pembesar bersekongkol ingin
merebut kekuasaan
Najasyi, sehingga terjadi pertempuran. Tetapi pasukan Najasi dapat
bertahan dan menang.
NABI
MENGIRIM UTUSAN
Pada Dzulhijjah tahun 6 hijriah
atau Muharam tahun 7 hijriah, Rasulullah s.a.w. mengirim seorang utusan Amr bin
Umayyah adh Dhamry untuk menemui Najasyi. Amr membawa tiga misi :
1.
Menyampaikan surat ajakan Nabi s.a.w. kepada
Najasyi memeluk Islam. 2.Menyampaikan
lamaran Nabi s.a.w. kepada Ummu Habibah, janda Ubaidillah bin Jahsy yang murtad
dan meninggal dalam agama Nashrani. 3.
Mengajak para sahabat yang berada di Habasyah untuk berhijrah ke Madinah.
RAJA
BERSYAHADAT
Setelah membaca surat Nabi s.a.w., Najasyi menangis,
kemudian turun dari singgasana dan bersyahadat di depan Ja'far bin Abu Thalib. Ketika rombongan akan kembali ke
Madinah, Najasyi menyiapkan dua perahu dan perbekalan, juga seorang utusan untuk
mengabarkan ke Islamannya dan minta Nabi s.a.w. memohonkan ampunan bagi dirinya.
NABI
SHOLAT GHOIB
Ketika Najasyi (gelar raja raja
Habasyah)
wafat bulan di Rajab
7 H, Nabi s.a.w. sangat bersedih dan melakukan shalat ghaib untuk kewafatannya.
Begitu mulia sikap sang raja
yang berilmu, sehingga bersikap adil, tidak dzalim, sehingga wafat dalam
keadaan Muslim, sehingga Nabi sudi menyalatinya.
KISAH TAULADAN
KEUTAMAAN
BULAN MUHARRAM
Alhamdulillah kita diberi
kesempatan Allah memasuki tahun baru Hijriyah, orang jawa menyebut bulan suro, bulan yang dianggap sakral dan
penuh ketakhayyulan ?!, sehingga
orang Islam yang imannya lemah pada takut punya hajat (perkawinan dll), pindah
/ membangun rumah dll, bahkan pada sibuk memandikan (menjamas) keris (gaman). Na’udzu
billaahi min dzaalik.
Akibat kurangnya memahami agama,
sehingga berakibat : “tontonan dijadikan tuntunan, justru tuntunan dijadikan tontonan”.
Padahal pada 10
Muharram banyak peristiwa besar terjadi
justru diputar balik setan menjadi
sesuatu yang menakutkan !. Bukankah di bulan Muharram terjadi peristiwa
penting : 1. Nabi Yunus dikeluarkan Allah dari perut ikan paus. 2. Nabi Ibrahim
keluar dengan selamat dari tungku pembakaran raja Namrud. 3. Nabi Musa a.s.
berhasil dengan selamat menyeberangi laut merah dari kejaran Firaun. Bulan Muharram
yang mengandung peristiwa besar ini mengapa harus ditakuti
?.
Bahkan di bulan Muharram ada tuntunan puasa berdasar hadits
:
Dari Ibnu Habbas r.a berkata : Nabi
s.a.w datang ke Madinah, dan dilihatnya orang orang Yahudi berpuasa pada hari
“Asyura” ( Kesepuluh ). Maka Nabi bertanya : “ Ada apa ini ? ” mereka menjawab : “ Ini hari baik, disaat mana
Allah menyelamatkan Nabi Musa dan Bani Israil dari musuh mereka, hingga
dipuasakan oleh Nabi Musa ”. Maka sabda Nabi s.a.w. : “ Saya lebih
berhak terhadap Musa daripada kamu ”. Kemudian beliau berpuasa pada hari itu
dan memerintahkan kaum muslimin berpuasa”. ( H.R. Bukhari dan Muslim )
Dari Ibnu Abbas r.a : “ Tatkala
Rasulullah s.a.w berpuasa pada hari " Asyura ” (kesepuluh) dan beliau
memerintahkan berpuasa, mereka ( para sahabat ) berkata : “ Ya Rasulullah itu
adalah hari yang dibesarkan oleh orang Yahudi dan Nasrani ! ”. Maka Nabi
bersabda : “ Jika datang tahun depan, Insya Allah kita berpuasa pada hari
kesembilan ( Tasu’a ) ”. Kata Ibnu Abbas : “Maka belum lagi datang tahun depan
Rasulullah s.a.w. wafat“. ( H.R. Bukhari dan Muslim )
Untuk itulah mari melaksanakan tuntunan puasa pada tanggal 9 dan 10
Muharram tersebut, agar tuntunan Nabi semakin tersyiar dan iman
semakin meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar