Senin, 03 Oktober 2016



RAJA HABASYAH MEMELUK ISLAM


“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya aku tidak menyia nyiakan amal orang orang yang beramal di antara kamu, baik laki laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku hapuskan kesalahan kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam syurga yang mengalir sungai sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi Nya pahala yang baik". (Q.S.Ali Imran (3) : 195)
           
Ashhamah bin Abhar adalah raja Habasyah  (610 – 630 M) sebuah negeri di Afrika mayoritas penduduknya beragama Nashrani, dia dikenal adil. Ketika tekanan dan siksaan kaum kafir Quraisy makin meningkat Nabi s.a.w. memerintahkan sekelompok sahabat yang dipimpin Ja'far bin Abi Thalib agar hijrah  ke negeri tersebut. Sedang Nabi sendiri masih tinggal di Makkah.

MENYARANKAN HIJRAH
Nabi s.a.w. bersabda kepada mereka : " Sesungguhnya di Habasyah terdapat seorang raja, siapa saja yang berada di sisinya tidak akan didzalimi. Maka pergilah kalian ke sana hingga Allah memberikan kelapangan dan jalan keluar dari kondisi yang sedang kalian hadapi sekarang ini ".

DILINDUNGI
Ternyata saran Nabi s.a.w. benar, mereka mendapat perlakuan yang baik dan tidak dihalangi untuk menjalankan ibadah, walaupun berbeda  agama. Melihat perlindungan raja terhadap kaum Muslimin, kaum kafir Quraisy mengirim utusan yang dipimpin Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabiah (dalam riwayat lain, Umarah bin Walid) sambil membawa hadiah kepada Najasyi dan para panglimanya, dengan tujuan agar mengusir kaum Muslimin dan mengembalikannya ke Makkah.
Dengan tegas Najasyi berkata : "Tidak demi Allah, aku tidak akan mengembalikan mereka sebelum aku berbicara dengan mereka, dan akan kupertimbangkan dengan matang urusan ini. Sungguh mereka telah datang ke negeriku dan memilih perlindunganku daripada perlindungan orang lain, termasuk kalian….". Kemudian raja memerintahkan para pengawal menghadirkan utusan kaum muslimin.

JA’FAR BIN  ABU THALIB TAMPIL 
Ketika Ja'far bin Abu Thalib dan para sahabat menghadap Najasyi, dia menjawab dan menjelaskan panjang lebar tentang Islam. Najasyi meminta agar dibacakan beberapa wahyu yang diturunkan, Ja'far pun membacakan permulaan Surah Maryam. Najasyi dan beberapa uskup di sebelahnya menangis hingga air mata membasahi janggutnya, kemudian raja berkata : " Demi Allah ini dan apa yang dibawa Musa muncul dari misykah (lubang tempat lampu penerangan) yang sama. Pergilah kalian berdua !!,  aku tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian..!"

MEMPENGARUHI RAJA
Ternyata dua orang utusan Quraisy tidak menyerah, keesokan harinya mereka menghadap Najasyi, meminta agar raja menanyakan tentang Isa bin Maryam. Najasyi memenuhi permintaannya, sekali lagi para sahabat dipanggil untuk menjelaskan tentang Isa bin Maryam. Ja'far menjawab :  " Kami berkata tentang dirinya, sebagaimana diajarkan Nabi s.a.w., Isa adalah seorang hamba Allah, Rasul Nya dan Ruh Nya, sekaligus kalimah Nya yang diletakkan Nya pada Maryam, seorang perawan suci yang tidak mempunyai syahwat kepada lelaki".

RAJA SADAR DAN MENERIMA
Mendengar jawaban tersebut, Najasyi memukul tanah dengan tangannya dan mengambil sepotong ranting, kemudian berkata : " Demi Allah, Isa bin Maryam tidak melebihi apa yang kamu katakan, walaupun hanya sepanjang ranting ini. Kalian aman di sini, jika ada orang yang menghina dan mencerca kalian, dia akan menanggung denda. Aku tidak suka seandainya memiliki gunung emas, sedangkan aku menyakiti salah satu dari kalian."

HADIAH DIKEMBALIKAN
Sebagian pembesar dan panglimanya tampak tidak senang dengan perkataan Najasyi, mereka marah. Najasyi berkata : " Aku tidak perduli kalian marah, kembalikan hadiah yang diberikan kedua orang itu (utusan Quraisy), Demi Allah, Allah tidak menerima suap dariku ketika Dia memberikan amanat kerajaan ini, karena itu aku tidak perlu menerima suap dalam urusanNya. Tidak juga Allah menuruti kemauan orang banyak dalam urusanku, sehingga aku tidak perlu menuruti kemauan kalian dalam urusan Nya ".
Akhirnya raja mengembalikan hadiah hadiah tersebut, keduanya keluar dari majelis Najasyi dengan perasaan terhina.

PEMBERONTAKAN
Sikap tegas Najasyi ini ternyata harus dibayar mahal, beberapa panglima dan pembesar bersekongkol ingin merebut kekuasaan Najasyi, sehingga terjadi pertempuran. Tetapi pasukan Najasi dapat bertahan dan menang.

NABI MENGIRIM UTUSAN
Pada Dzulhijjah tahun 6 hijriah atau Muharam tahun 7 hijriah, Rasulullah s.a.w. mengirim seorang utusan Amr bin Umayyah adh Dhamry untuk menemui Najasyi. Amr membawa tiga misi :
1. Menyampaikan surat ajakan Nabi s.a.w. kepada Najasyi memeluk Islam. 2.Menyampaikan lamaran Nabi s.a.w. kepada Ummu Habibah, janda Ubaidillah bin Jahsy yang murtad dan meninggal dalam agama Nashrani. 3. Mengajak para sahabat yang berada di Habasyah untuk berhijrah ke Madinah.

RAJA BERSYAHADAT
Setelah membaca surat Nabi s.a.w., Najasyi menangis, kemudian turun dari singgasana dan bersyahadat di depan Ja'far bin Abu Thalib.             Ketika rombongan akan kembali ke Madinah, Najasyi menyiapkan dua perahu dan perbekalan, juga seorang utusan untuk mengabarkan ke Islamannya dan minta Nabi s.a.w. memohonkan ampunan bagi dirinya.

NABI SHOLAT GHOIB 
Ketika Najasyi (gelar raja raja Habasyah) wafat bulan di Rajab 7 H, Nabi s.a.w. sangat bersedih dan melakukan shalat ghaib untuk kewafatannya.
Begitu mulia sikap sang raja yang berilmu, sehingga bersikap adil, tidak dzalim, sehingga wafat dalam keadaan Muslim, sehingga Nabi sudi menyalatinya.


         KISAH TAULADAN
              KEUTAMAAN BULAN  MUHARRAM
    Alhamdulillah kita diberi kesempatan Allah memasuki tahun baru Hijriyah, orang jawa menyebut bulan suro, bulan yang dianggap sakral dan penuh ketakhayyulan ?!, sehingga orang Islam yang imannya lemah pada takut punya hajat (perkawinan dll), pindah / membangun rumah dll, bahkan pada sibuk memandikan (menjamas) keris (gaman). Na’udzu billaahi min dzaalik.
  Akibat kurangnya memahami agama, sehingga berakibat : “tontonan dijadikan tuntunan, justru tuntunan dijadikan tontonan”. 
  Padahal pada 10 Muharram banyak peristiwa besar terjadi justru diputar balik  setan menjadi sesuatu yang menakutkan !. Bukankah di bulan Muharram terjadi peristiwa penting : 1. Nabi Yunus dikeluarkan Allah dari perut ikan paus. 2. Nabi Ibrahim keluar dengan selamat dari tungku pembakaran raja Namrud. 3. Nabi Musa a.s. berhasil dengan selamat menyeberangi laut merah dari kejaran Firaun. Bulan Muharram yang mengandung peristiwa besar ini mengapa harus ditakuti ?.
   Bahkan di bulan Muharram ada tuntunan puasa berdasar hadits :
  Dari Ibnu Habbas r.a berkata : Nabi s.a.w datang ke Madinah, dan dilihatnya orang orang Yahudi berpuasa pada hari “Asyura” ( Kesepuluh ). Maka Nabi bertanya : “ Ada apa ini ? ” mereka menjawab : “ Ini hari baik, disaat mana Allah menyelamatkan Nabi Musa dan Bani Israil dari musuh mereka, hingga dipuasakan oleh Nabi Musa ”. Maka sabda Nabi s.a.w. : “ Saya lebih berhak terhadap Musa daripada kamu ”. Kemudian beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan kaum muslimin berpuasa”. ( H.R. Bukhari dan Muslim )
Dari Ibnu Abbas r.a : “ Tatkala Rasulullah s.a.w berpuasa pada hari " Asyura ” (kesepuluh) dan beliau memerintahkan berpuasa, mereka ( para sahabat ) berkata : “ Ya Rasulullah itu adalah hari yang dibesarkan oleh orang Yahudi dan Nasrani ! ”. Maka Nabi bersabda : “ Jika datang tahun depan, Insya Allah kita berpuasa pada hari kesembilan ( Tasu’a ) ”. Kata Ibnu Abbas : “Maka belum lagi datang tahun depan Rasulullah s.a.w. wafat. ( H.R. Bukhari dan Muslim )                                                             
Untuk itulah mari melaksanakan tuntunan puasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram tersebut, agar tuntunan Nabi semakin tersyiar dan iman semakin meningkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar