Senin, 25 September 2017



                 KASIH SAYANG NABI PADA PARA DHU’AFA

                “Dan sesungguhnya engkau benar benar berbudi pekerti yang agung”. (Q.S. Al Qalam (68) : 4)
                
Sebagai utusan Allah, Rasulullah s.a.w. memiliki ketauladanan yang luhur, kasih sayangnya begitu tinggi terhadap umatnya termasuk terhadap kaum lemah, kaum miskin, para pembantu dan juga mantan budak.
Betapa banyak ketauladanan yang beliau buktikan diantaranya :

RASULULLAH MENUNTUN KELEDAI

Uqbah bin Amir pembantu yang mengurusi keledai Nabi s.a.w. bercerita, ketika dalam sebuah perjalanan, dia sedang menuntun keledai yang dinaiki Nabi s.a.w., mendadak Nabi s.a.w. menyuruhnya berhenti. Setelah Beliau turun dan menyuruh Uqbah menaikinya, kemudian beliau menggantikan Uqbah menuntun keledai tersebut. Begitu luhurnya sikap beliau, sehingga sudi mempersilahkan pembantunya naik keledai sedangkan beliau yang menuntunnya.

MENEGUR  ANAS BIN MALIK DENGAN SANTUN

Suatu saat Nabi s.a.w. menyuruh Anas bin Malik untuk suatu keperluan, sesampainya di pasar Anas ikut bermain dengan para remaja lainnya, kemudian Anas bin Malik berkata : “Tiba tiba Rasulullah s.a.w. memegang bajuku dari belakang, kemudian aku melihat kepadanya, beliau tidak marah bahkan tertawa dan memerintahkanku untuk pergi ke tempat di mana aku disuruhnya”.

MENJAGA PERASAAN PEMBERI LIMAU

Suatu hari seorang nenek miskin membawa hadiah buah limau untuk Rasulullah s.a.w. kemudian beliau menyambutnya dengan penuh hormat dan langsung menikmatinya. Si nenek terlihat bahagia dan senang karena pemberiannya dinikmati oleh orang yang dicintainya.
Namun beda dengan sahabat Nabi s.a.w yang berada didekatnya merasa heran melihat sikap Beliau ini, karena biasanya Beliau s.a.w. selalu membagikan hadiah yang didapat kepada para sahabatnya.
Setelah si nenek pergi, para sahabat menanyakan hal itu, kemudian Nabi s.a.w. menjelaskan : ”Limau yang diberikan ibu tadi itu rasanya masam, aku tak ingin membuatnya sedih, maka kumakan beberapa buah, aku memang sengaja tak memberikannya kepada kalian, karena aku khawatir kalian akan mengejek hingga membuatnya malu atau menyesal“.


MENGANGKAT KEDUDUKAN PARA BUDAK

Nabi s.a.w. juga mengangkat martabat para mantan budak seperti Bilal bin Rabah yang pernah dilecehkan, kemudian Rasulullah s.a.w. memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan adzan dari atas Ka’bah.   
Padahal ketika itu memegang dan tawaf di Kakbah merupakan hal yang sakral dan terhormat.
Zaid bin Haritsah dipilih menjadi panglima perang Mu’tah, sementara anak buahnya adalah sahabat sahabat ternama.
Bahkan beliau dalam sebuah riwayat mengangkat derajat para janda dan kaum miskin, Rasulullah s.a.w. bersabda : “Orang yang mengurus janda dan miskin sama seperti mujahid di jalan Allah atau seperti orang yang shalat malam dan puasa di siang hari”. (H.R. Bukhari Muslim ini redaksi Bukhari).


NABI MENDIDIK PENGEMIS

Pada suatu saat datang seorang dari kalangan anshor yang merupakan pengemis meminta minta kepada Rasulullah s.a.w. Kemudian, Nabi bertanya kepada pengemis : “Apa kamu memiliki sesuatu di rumahmu ?”, pengemis menjawab : “Saya hanya memiliki pakaian yang biasa aku pakai setiap harinya dan sebuah cangkir”, Nabi Muhammad s.a.w. pun bersabda :   “Ambil dan berikan kepada saya !”.
Si pengemis kemudian pulang mengambil harta satu satunya yaitu cangkir dan kembali pada Nabi Muhammad s.a.w.

DITAWARKAN
Kemudian Nabi s.a.w.  menawarkan cangkir tersebut kepada para sahabat sambil berkata : “Adakah di antara kalian yang ingin membeli cangkir ini
 ?”. Salah seorang sahabat menyahut : “Saya beli dengan satu dirham”.

DITAWARKAN LAGI
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. kembali melakukan penawaran untuk kedua kalinya : “Adakah salah satu dari kalian yang ingin membelinya dengan harga lebih tinggi ?”.
Kemudian seorang sahabat yang mampu membelinya dengan harga dua dirham.

UNTUK MODAL USAHA
Kemudian Rasulullah s.a.w. memberikan dua dirham tersebut kepada pengemis untuk membeli makanan bagi keluarganya dan sisanya untuk membeli kapak.
Kemudian Nabi bersabda : “Carilah kayu sebanyak banyaknya dan juallah, selama dua minggu ini aku tidak ingin melihatmu”. Nabi s.a.w. juga memberikan uang untuk ongkos pengemis.

MENGHASILKAN 10 DIRHAM
Dua minggu kemudian pengemis datang menemui Rasulullah s.a.w. sambil membawa uang sebanyak sepuluh dirham yang diperolehnya dari penjualan kayu.

BERUSAHA LEBIH MULIA DARI PADA MINTA MINTA
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. menyuruhnya untuk membelanjakan uang tersebut untuk membeli makanan dan pakaian bagi  keluarganya sambil bersabda : “Hal ini lebih baik bagi kamu, karena meminta minta hanyalah akan membuat noda pada wajahmu di akhirat kelak. Sangat tidak layak bagi seseorang untuk meminta minta kecuali dalam tiga hal yaitu fakir miskin yang benar benar tidak memiliki sesuatu, utang tidak dapat terbayarkan dan penyakit  yang dapat membuat seseorang tidak mampu berusaha”.

DARI PENGEMIS JADI PENGUSAHA
Begitu bijak Nabi s.a.w. mendidik umatnya, sehingga semula sebagai peminta minta berubah  menjadi pengusaha, walau hanya sebagai penjual kayu.
Walau dalam bentuk kecil kecilan, tetapi sudah tidak menengadahkan tangan, yang menjadikan kehinaan !.

Bukankah Nabi s.a.w. mengajarka : “Tangan diatas lebih mulia dari tangan yang dibawah”. Begitu indah dan mulia bila ajaran agama dilaksankan, sehingga jauh dari ketergantungan dan kehinaan. Subhaanallah.. 

KISAH TAULADAN

KESABARAN RASULULLAH S.A.W.

Karena kesabaran Rasulullah s.a.w. begitu tinggi, setiap kali beliau melintas di depan rumah seorang wanita tua, beliau selalu diludahi, namun beliau tetap tabah tanpa mempedulikannya.
Suatu hari saat beliau melewati rumah wanita tua tersebut beliau tidak bertemu dengannya. Karena penasaran, beliau bertanya kepada seseorang tentang keberadaannya. Justru yang ditanya merasa heran, mengapa beliau menanyakan kabar tentang wanita tua yang suka berlaku buruk kepadanya.
Kemudian Nabi s.a.w. mendapat jawaban bahwa wanita tua sedang jatuh sakit. Mendengar jawaban tersebut beliau memutuskan untuk menjenguknya. Wanita tua tidak menyangka jika Nabi s.a.w. sudi menjenguknya.
Ketika wanita tua tahu bahwa orang yang menjenguknya adalah orang yang selalu diludahinya setiap kali lewati depan rumahnya, dia menyesal dalam hatinya sambil bergumam : "Duhai betapa luhur budi manusia ini. walau tiap hari kuludahi, justru dialah orang pertama yang menjengukku."    
Dengan menitikkan air mata haru dan bahagia, wanita tua bertanya : "Wahai Muhammad mengapa engkau menjengukku, padahal tiap hari aku selalu meludahimu ?". Nabi s.a.w. menjawab : "Aku yakin engkau meludahiku karena engkau belum tahu tentang kebenaranku. Jika engkau telah mengetahuinya, aku yakin engkau tidak akan melakukannya".           
Mendengar jawaban Nabi s.a.w., wanita tua menangis, dadanya pengap,  tenggorokannya terasa sesak. Dengan penuh kesadaran kemudian  berkata : "Wahai Muhammad mulai saat ini aku bersaksi untuk mengikuti agamamu".  
Kemudian wanita tua mengikrarkan dua kalimat syahadat :  "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah".
Ternyata terbukti bahwa kehalusan dan keluhuran budi menjadi senjata ampuh dan terbaik untuk melawan dan menundukkan kedzaliman. Subhaanallah.
Dengan demikian semakin terbukti dan benar firman Allah :
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan, tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah olah telah menjadi teman yang sangat setia”. (Q.S. Fushilat (41) : 34) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar