KASIH
SAYANG NABI PADA PARA DHU’AFA
“Dan sesungguhnya engkau benar benar
berbudi pekerti yang agung”. (Q.S. Al Qalam (68) : 4)
Sebagai utusan Allah, Rasulullah
s.a.w. memiliki ketauladanan yang luhur, kasih
sayangnya begitu tinggi terhadap umatnya termasuk
terhadap kaum lemah, kaum miskin, para
pembantu dan juga mantan budak.
Betapa banyak ketauladanan yang
beliau buktikan diantaranya :
RASULULLAH MENUNTUN KELEDAI
Uqbah bin Amir pembantu yang mengurusi keledai Nabi s.a.w. bercerita, ketika dalam sebuah perjalanan, dia sedang menuntun keledai yang dinaiki Nabi s.a.w., mendadak Nabi s.a.w. menyuruhnya berhenti. Setelah Beliau turun dan menyuruh Uqbah menaikinya, kemudian beliau menggantikan Uqbah menuntun keledai tersebut. Begitu luhurnya sikap beliau, sehingga sudi mempersilahkan pembantunya naik keledai sedangkan beliau yang menuntunnya.
MENEGUR ANAS BIN MALIK DENGAN SANTUN
Suatu saat Nabi s.a.w. menyuruh Anas bin Malik untuk suatu keperluan, sesampainya di pasar Anas ikut bermain dengan para remaja lainnya, kemudian Anas bin Malik berkata : “Tiba tiba Rasulullah s.a.w. memegang bajuku dari belakang, kemudian aku melihat kepadanya, beliau tidak marah bahkan tertawa dan memerintahkanku untuk pergi ke tempat di mana aku disuruhnya”.
MENJAGA PERASAAN PEMBERI LIMAU
Suatu hari seorang
nenek miskin membawa hadiah buah limau untuk Rasulullah s.a.w. kemudian beliau menyambutnya
dengan penuh hormat dan langsung menikmatinya. Si nenek terlihat bahagia dan senang karena pemberiannya dinikmati oleh orang yang dicintainya.
Namun beda dengan sahabat Nabi s.a.w yang
berada didekatnya merasa heran melihat sikap Beliau ini, karena biasanya Beliau
s.a.w. selalu membagikan hadiah yang didapat kepada para sahabatnya.
Setelah si nenek pergi, para sahabat
menanyakan hal itu, kemudian Nabi s.a.w. menjelaskan : ”Limau yang diberikan
ibu tadi itu rasanya masam, aku tak ingin membuatnya sedih, maka kumakan
beberapa buah, aku memang sengaja tak memberikannya kepada kalian, karena aku
khawatir kalian akan mengejek hingga membuatnya malu atau menyesal“.
MENGANGKAT KEDUDUKAN PARA BUDAK
Nabi s.a.w. juga mengangkat martabat para
mantan budak seperti Bilal bin Rabah yang pernah dilecehkan, kemudian Rasulullah
s.a.w. memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan adzan dari atas Ka’bah.
Padahal ketika
itu memegang dan tawaf di Kakbah merupakan hal yang sakral dan terhormat.
Zaid bin Haritsah
dipilih menjadi panglima perang Mu’tah, sementara anak buahnya adalah sahabat sahabat ternama.
Bahkan beliau
dalam sebuah riwayat mengangkat derajat para janda dan kaum miskin, Rasulullah
s.a.w. bersabda : “Orang yang mengurus janda dan miskin sama seperti mujahid di
jalan Allah atau seperti orang yang shalat malam dan puasa di siang hari”. (H.R.
Bukhari Muslim ini redaksi Bukhari).
NABI MENDIDIK PENGEMIS
Pada suatu
saat datang seorang dari kalangan anshor yang merupakan pengemis meminta minta
kepada Rasulullah s.a.w. Kemudian, Nabi bertanya kepada pengemis : “Apa kamu
memiliki sesuatu di rumahmu ?”, pengemis menjawab : “Saya hanya memiliki
pakaian yang biasa aku pakai setiap harinya dan sebuah cangkir”, Nabi Muhammad
s.a.w. pun bersabda : “Ambil dan berikan kepada saya !”.
Si pengemis kemudian
pulang mengambil harta satu satunya yaitu cangkir dan kembali pada Nabi
Muhammad s.a.w.
DITAWARKAN
Kemudian Nabi s.a.w.
menawarkan
cangkir tersebut kepada para sahabat sambil berkata : “Adakah di antara kalian yang ingin membeli cangkir ini
?”. Salah seorang sahabat menyahut : “Saya beli dengan satu dirham”.
DITAWARKAN LAGI
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. kembali melakukan penawaran untuk kedua kalinya : “Adakah salah satu dari kalian yang ingin membelinya dengan harga lebih tinggi ?”.
Kemudian seorang
sahabat yang mampu membelinya dengan harga dua dirham.
UNTUK MODAL USAHA
Kemudian Rasulullah
s.a.w. memberikan dua dirham tersebut kepada pengemis untuk membeli makanan bagi keluarganya dan sisanya untuk membeli
kapak.
Kemudian Nabi bersabda : “Carilah kayu
sebanyak banyaknya dan juallah, selama dua
minggu ini aku tidak ingin melihatmu”. Nabi s.a.w. juga
memberikan uang untuk ongkos pengemis.
MENGHASILKAN 10 DIRHAM
Dua minggu
kemudian pengemis datang menemui Rasulullah s.a.w. sambil membawa uang sebanyak
sepuluh dirham yang diperolehnya dari penjualan kayu.
BERUSAHA LEBIH MULIA DARI PADA MINTA
MINTA
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. menyuruhnya untuk membelanjakan uang tersebut untuk membeli
makanan dan pakaian bagi keluarganya sambil bersabda : “Hal ini lebih
baik bagi kamu, karena meminta minta
hanyalah akan membuat noda pada wajahmu di akhirat kelak. Sangat tidak layak
bagi seseorang untuk meminta minta kecuali dalam tiga hal yaitu fakir miskin
yang benar benar tidak memiliki sesuatu, utang tidak dapat terbayarkan dan
penyakit yang dapat membuat seseorang tidak mampu berusaha”.
DARI PENGEMIS JADI PENGUSAHA
Begitu
bijak Nabi s.a.w. mendidik umatnya, sehingga semula sebagai peminta minta berubah menjadi pengusaha, walau hanya sebagai
penjual kayu.
Walau dalam bentuk kecil kecilan, tetapi sudah tidak menengadahkan
tangan, yang menjadikan kehinaan !.
Bukankah Nabi s.a.w. mengajarka : “Tangan diatas lebih mulia dari
tangan yang dibawah”. Begitu indah dan mulia bila ajaran agama dilaksankan,
sehingga jauh dari ketergantungan dan kehinaan. Subhaanallah..
KISAH TAULADAN
KESABARAN
RASULULLAH S.A.W.
Karena
kesabaran Rasulullah s.a.w. begitu tinggi, setiap kali beliau melintas di depan
rumah seorang wanita tua, beliau selalu diludahi, namun beliau tetap tabah
tanpa mempedulikannya.
Suatu hari
saat beliau melewati rumah wanita tua tersebut beliau tidak bertemu dengannya.
Karena penasaran, beliau bertanya kepada seseorang tentang keberadaannya.
Justru yang ditanya merasa heran, mengapa beliau menanyakan kabar tentang wanita
tua yang suka berlaku buruk kepadanya.
Kemudian Nabi
s.a.w. mendapat jawaban bahwa wanita tua sedang jatuh sakit. Mendengar jawaban
tersebut beliau memutuskan untuk menjenguknya. Wanita tua tidak menyangka jika
Nabi s.a.w. sudi menjenguknya.
Ketika wanita tua tahu bahwa orang yang
menjenguknya adalah orang yang selalu diludahinya setiap kali lewati depan
rumahnya, dia menyesal dalam hatinya sambil bergumam : "Duhai betapa luhur
budi manusia ini. walau tiap hari kuludahi, justru dialah orang pertama yang
menjengukku."
Dengan
menitikkan air mata haru dan bahagia, wanita tua bertanya : "Wahai
Muhammad mengapa engkau menjengukku, padahal tiap hari aku selalu meludahimu ?".
Nabi s.a.w. menjawab : "Aku yakin engkau meludahiku karena engkau belum
tahu tentang kebenaranku. Jika engkau telah mengetahuinya, aku yakin engkau
tidak akan melakukannya".
Mendengar
jawaban Nabi s.a.w., wanita tua menangis, dadanya pengap, tenggorokannya terasa sesak. Dengan penuh
kesadaran kemudian berkata : "Wahai
Muhammad mulai saat ini aku bersaksi untuk mengikuti agamamu".
Kemudian wanita tua mengikrarkan dua kalimat
syahadat : "Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan
Allah".
Ternyata terbukti bahwa kehalusan dan
keluhuran budi menjadi senjata ampuh dan terbaik untuk melawan dan menundukkan
kedzaliman. Subhaanallah.
Dengan demikian semakin terbukti dan benar firman Allah :
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan, tolaklah
(kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba tiba orang yang
antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah olah telah menjadi teman yang
sangat setia”. (Q.S. Fushilat (41) : 34)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar