Senin, 25 September 2017




RAJA  HABASYAH MELINDUNGI MUHAJIRIN

 “ .........Maka orang orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku hapuskan kesalahan kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam syurga yang mengalir sungai sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah ......”.  (Q.S. Ali Imran (3) : 195)

Ketika tekanan kaum kafir quraisy makin meningkat, maka Rasulullah s.a.w.bersabda kepada mereka: “Sesungguhnya di Negeri Habasyah terdapat seorang raja. Orang di sekitarnya tidak ada yang berbuat dzalim. Pergilah kalian ke negerinya sampai Allah Azza wa Jalla memberikan jalan keluar dan solusi bagi kesulitan yang kalian alami”. Mendengar sabda Rasulullah s.a.w., mereka pergi secara bergelombang.

HIJRAH GELOMBANG PERTAMA
Hijrah ke Habasyah ini merupakan hijrah pertama,  terjadi di bulan Rajab, tahun ke 5 Rasulullah s.a.w. menerima wahyu. Kaum Muslimin meninggalkan Mekkah secara sembunyi sembunyi. Mereka menuju Habasyah  menyewa perahu dagang, berjumlah sekitar 11 laki laki dan 4 wanita. Ada yang mengatakan 12 laki laki dan 4 wanita, ada juga yang mengatakan 12 laki laki dan 5 wanita.

KAUM QURAISY MENGIRIM UTUSAN
Ketika kaum Quraisy mengetahui rencana tersebut mereka mengirim dua juru runding ke raja Najasyi yakni Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah. Keduanya membawa hadiah dari negeri Hijaz untuk raja Najasyi dan pendetanya.
Mereka dipesan agar memberikan hadiah kepada semua pendeta, sebe
lum mereka berbicara dengan raja Najasyi mengenai kaum muslimin.

MEMBAGI HADIAH PADA PARA PENDETA
Sesampainya di Habasyah keduanya langsung membagikan hadiah kepada para pendeta dan berpesan : “ Ada beberapa orang kaumku yang bodoh tinggal di negeri raja. Mereka keluar dari agama nenek moyangnya dan memecah belah persatuan negeri kami. Jika nanti kami merundingkan masalah ini dengan raja, maka bantulah kami mendesaknya agar menyerahkan kaum kami tanpa bertanya tentang agama mereka. Karena tokoh mereka lebih mengetahui agama mereka dan lebih mengetahui keyakinan mereka ”, para pendeta menjetujuinya.

UTUSAN MENGHADAP RAJA
Kemudian kedua utusan menghadap raja Najasyi dan memberikan hadiah. Raja sangat senang dan kagum. Kemudian kedua utusan berkata : “ Wahai Raja, ada beberapa orang jahat dari kaum kami  berlindung ke negerimu. Mereka membawa agama yang tidak kami kenal dan kalianpun tidak mengenalnya. Mereka meninggalkan agama kami dan tidak masuk ke dalam agamamu. Kami diutus agar engkau mengembalikan mereka pada kami, mereka adalah manusia yang paling pandai melakukan fitnah “. Para pendeta berkata : “ Keduanya benar, tokoh mereka lebih mengetahui tentang mereka, kembalikan orang tersebut ke negerinya, biarkan pemuka mereka mengambil tindakan”.

RAJA MURKA
Raja marah dengan perkataan pendetanya sambil berkata : “Demi Allah, aku tidak akan menyerahkan mereka sebelum aku memanggilnya. Aku akan bertanya tentang yang kalian sampaikan. Jika mereka seperti yang dikatakan kedua utusan, aku akan menyerahkan mereka. Tetapi jika tidak aku tetap melindunginya dan berbuat baik dengannya  jika mereka mau tinggal disini ”.

MENGHADAP RAJA TANPA SUJUD
Dengan didampingi para pendeta, raja memanggil rombongan Ja’far, kemudian rombongan Ja’far menghadap raja sambil mengucapkan salam tanpa bersujud, pengawal raja bertanya : “Mengapa kalian tidak sujud ?“. Ja’far menjawab : “Sesungguhnya kami tidak sujud kepada siapun kecuali hanya kepada Allah“.Kemudian Raja Najasyi bertanya : “Apa agama yang kalian sering bincangkan hingga kalian berpisah dengan kaum kalian. Kalian juga tidak memeluk agamaku dan juga tidak memeluk agama manapun”.

JA’FAR BIN ABI THALIB TAMPIL
Ja’far bin Abi Thalib berkata :  “Wahai raja dulu kami adalah kaum jahiliyah
(bodoh). Kami menyembah berhala dan makan bangkai, kami melakukan perbuatan keji dan memutuskan tali persudaraan dan berbuat jahat dengan tetangga. Orang orang yang kuat di antara kami menindas yang lemah. Kami terus menerus dalam kondisi seperti itu hingga Allah mengutus seorang Rasul dari kalangan kami. Kami mengetahui nasabnya, kejujurannya, amanatnya, dan kehati hatiannya dalam menjaga diri. Rasul tersebut menyeru kami menyembah Allah saja dan tidak menyekutukan dengan siapapun. Dia juga memerintahkan kami meninggalkan sesembahan yang dulu kami sembah selain Dia baik itu berupa patung maupun berhala dari batu”.

MEMAPARKAN DENGAN GAMBLANG
“Rasulullah memerintahkan kami berkata jujur, menunaikan amanat, menyambung silaturrahim dan bertetangga dengan baik, menyuruh menghindari hal hal haram dan pertumpahan darah, juga melarang dari perbuatan keji, dusta, memakan harta anak yatim dan menuduh wanita baik baik berzina, Rasulullah memerintah kami untuk meng Esakan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, dan berpuasa di bulan Ramadlan. Kami membenarkan dan beriman dengannya. Kami mengikuti semua yang turun dari Allah. Kami menghalalkan yang Allah halalkan dan mengharamkan yang Allah haramkan untuk kami ”.

MINTA PERLINDUNGAN
“Wahai Raja, sedangkan kaum kami memusuhi kami menyiksa kami dengan siksaan yang sangat pedih agar kami keluar dari agama kami agar  kami kembali menyembah patung. Ketika mereka terus mendzalimi, memaksa,   menyudutkan, dan menghalang dari agama kami, akhirnya kami pergi ke negerimu. Kami lebih menyukaimu, kami lebih senang hidup berdampingan denganmu, dengan harapan agar engkau tidak berbuat dzalim pada kami”.

RAJA BERTANYA
Kemudian Raja Najasyi bertanya : “ Apakah engkau membawa sesuatu yang dibawa Nabimu ?”, Ja’far menjawab : “ya“, raja Najasyi berkata : “ Bacakanlah padaku !”. Kemudian Ja’far bin Abi Thalib membaca : “Kaaf Haa Yaa ‘Ain Shaad.(yang dibacakan Ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba Nya Zakaria, yaitu tatkala dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut“. (Q.S. Maryam (19) : 1-3). Ja’far membaca hingga selesai.

RAJA DAN PENDETA MENANGIS TERHARU              
Mendengar ayat tersebut raja Najasyi menangis hingga air matanya mem
basahi jenggotnya. Para pendetapun  turut menangis.

MENGANCAM
Karena tidak puas, kedua utusan menghadap raja untuk menfitnah kaum Muslimin agar Raja membenci dan mengusirnya, namun raja tidak begitu saja percaya sehingga memanggil kembali kaum Muslimin.

MENJELASKAN AJARAN ISLAM
Raja bertanya : “Apa yang kalian ketahui tentang Isa bin Maryam ?”, Ja’far

menjawab : “Kami mengatakan sesuai dengan yang dikatakan Nabi kami”. Raja Najasyi bertanya : “Apa yang dikatakan Nabi kalian ?”. Ja’far menjawab : “Nabi kami mengatakan Isa adalah hamba Allah dan Rasul Nya. Isa adalah kalimat Nya yang Dia titipkan dalam janin Maryam, wanita yang suci dan masih gadis”.

RAJA PUAS
Ketika raja mendengar jawaban Ja’far, dia memukulkan tangannya ke atas tanah seraya berkata : “Demi Allah, tidaklah Isa bin Maryam keluar seujung rambutpun dari yang kalian sampaikan dari Nabi kalian”. Raja Najasyi mengangkat sebuah tangkai kayu dari atas tanah, lalu ia berseru : “Wahai, orang orang Habasyah, wahai para pendeta, demi Allah, mereka tidak menambahkan perkataan apapun pada keyakinan kita tentang Isa. Kami mengucapkan selamat kepada kalian dan kepada orang yang mengutus kalian. Aku bersaksi bahwa dia adalah Rasulullah. Dialah orang yang kami temukan di dalam kitab Injil. Dialah rasul yang dikabarkan oleh Isa bin Maryam !”.

RAJA MENJAMIN DAN MELINDUNGI
Kemudian raja berkata : Tinggallah kalian di manapun yang kalian inginkan! Demi Allah, kalau bukan karena kekuasaan yang ada padaku, maka sungguh aku datangi dia, sehingga aku menjadi orang yang membawakan sandalnya”.Terdengar suara berisik para pendeta sebagai bentuk ketidak setujuannya terhadap perkataan raja Najasyi. Raja Najasyi berkata : “Meskipun kalian tidak setuju”.

UTUSAN DIUSIR RAJA
Kemudian raja Najasyi berkata : “Kembalikan semua hadiah kepada kedua orang ini !, aku tidak membutuhkannya !”. Maka keluarlah Amr bin Ash dan sahabatnya dalam keadaan malu. Sedangkan kaum Muslimin tinggal di Habasyah selama 10 tahun. Pada tahun 7 H meninggalkan Habasyah menuju Madinah.

RAJA MEMELUK ISLAM
Berdasar hadits hadits shahih, Raja Najasyi yang belum pernah berjumpa
dengan Rasulullah s.a.w. telah memeluk Islam, dan meninggal dalam keadaan Muslim. Sehingga ketika Rasululah mendengar kabar Raja Najasyi meninggal, beliau melakukan shalat ghaib. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar