Sabtu, 25 November 2017



PENDERITAAN NABI DI THAIF

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Q.S. Al Anbiya (21) : 107)

Begitu berat liku liku perjuangan Nabi dalam mengembangkan agama, diantaranya ketika beliau ke Thaif. Abu Nu'aim memberitakan  dari Urwah bin Az Zubair r.a. katanya : “ Ketika Abu Thalib meninggal, maka semakin bertambahlah penyiksaan kaum Quraisy ke pada Nabi s.a.w. Maka beliau berangkat ke Tha'if untuk menemui suku kaum Tsaqif dengan harapan agar mereka dapat melindunginya.
Beliau menemui tiga orang pemuka suku kaum Tsaqif : Abdi Yalel, Kbubaib dan Mas'ud, mereka putera putera dari Amru, kemudian beliau menawarkan agar  diberikan perlindungan, di samping mengadukan perbuatan jahat kaum Quraisy terhadap dirinya….”. Namun harapan beliau hampa, justru beliau dihina dan dianiaya sampai berdarah darah.

LEBIH BERAT DARI PERANG UHUD
Dari Urwah bahwa ‘Aisyah r.a. isteri Nabi s.a.w. bertanya kepada Nabi s.a.w. : “Adakah hari lain yang engkau rasakan lebih berat dari hari di perang Uhud ?”. “Ya memang banyak perkara berat yang aku tanggung dari kaummu dan yang paling berat ialah yang aku temui di hari Aqabah dulu itu.

DITOLAK
Aku meminta perlindungan diriku kepada putera Abdi Yalel bin Abdi Kilai, tetapi malangnya dia tidak merestui permohonanku aku pun pergi dari situ, sedang hatiku sangat sedih, mukaku muram sekali, aku terus berjalan dan berjalan, dan aku tidak sadar melainkan aku sampai di Qarnis Tsa'alib.

JIBRIL MENAWARKAN BANTUAN
Aku pun mengangkat kepalaku, tiba tiba terlihat sekumpulan awan yang telah meneduhiku, aku lihat lagi maka aku lihat Malaikat jibril a.s. berada di situ, dia menyeruku : “Hai Muhammad sesungguhnya Allah telah mendengar apa yang dikatakan kaummu tadi, dan  jawabannya pula. Sekarang Allah mengutus kepadamu bersamaku Malaikat yang bertugas menjaga bukit bukit ini, maka perintahkan dia apa yang kau kehendaki, jika engkau ingin dia menghimpitkan kedua bukit Abu Qubais dan Ahmar ini ke atas mereka, niscaya dia akan melakukannya”. (H.R. Bukhari)  

MALAIKAT MENUNGGU INSTRUKSI
Bersamaan itu pula Malaikat penjaga bukit bukit menyeru namaku, lalu memberi salam kepadaku sambil berkata : “Hai Muhammad”, Malaikat  tersebut mengatakan kepadaku apa yang dikatakan Malaikat Jibril a.s. tadi. “Berilah aku perintah, jika engkau menginginkan aku menghimpitkan kedua bukit ini niscaya kulakukan !”.

TAWARAN MALAIKAT DITOLAK  
“Jangan jangan, bahkan aku berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah Allah semata, tidak disekutukan Nya dengan apa pun... “, jawab Nabi s.a.w.. 
Demikian tabahnya beliau sehingga tawaran Malaikat penjaga gunung yang akan menghimpitkan kedua bukit kepada mereka ditolak. Bahkan berkat ketabahan beliau, kedzaliman kaumnya dibalas dengan do’a : “Ya Allah berilah hidayah kepada kaumku, karena mereka belum mengerti !”. 

BERBAGAI EJEKAN  DAN PENGANIAYAAN
Abu Nu'aim memberitakan  dari Urwah bin Az Zubair r.a. katanya : “………Maka berkata salah seorang dari mereka : “Aku hendak mencuri kelambu Ka'bah, jika memang benar Allah mengutusmu sesuatu seperti yang engkau katakan tadi”. Yang lain berkata :  “Apakah Allah sampai begitu lemah untuk mengutus orang selain engkau ?”, semua kata kata pemuka Tsaqif kepada Rasulullah s.a.w. tersebar kepada kaumnya, lalu mereka berkumpul mengejek beliau. Ketika beliau hendak pergi meninggalkan Tha'if, mereka berbaris di tengah jalan, mereka melempari beliau, sampai luka berdarah, sambil terus mengejek dan mencaci. 

ISTIRAHAT DI KEBUN
             Kemudian beliau istirahat di kebun anggur, membersihkan darah yang dari kaki dan tubuhnya. Kemudian Utbah bin Rabi'ah dan Syaibah bin Rabi'ah sampai di situ. Beliau enggan menemuinya, disebabkan permusuhan mereka terhadap Allah dan Rasul Nya.

ADDAS MEMBERI MINUM
Tetapi Utbah dan Syaibah menyuruh hambanya bemama Addas men datangi beliau sambil membawa sedikit anggur, Addas beragama kristen dari negeri Niniva (kota lama Iraq), kemudian beliau  memakannya dengan membaca : “Bismillah”, mendengar itu Addas heran, karena tidak pernah mendengar orang membaca kalimat itu sebelumnya.

MENJELASKAN TENTANG NABI YUNUS
“Siapa namamu?”, tanya Nabi s.a.w. “Addas”, “Dari mana engkau ?”,  “Dari negeri Niniva”, jawab Addas. “Oh, dari kota Nabi yang saleh, Yunus bin Matta”, mendengar jawaban Nabi, Addas heran.
Sementara tuannya Utbah dan Syaibah melihat sikap hambanya yang terlihat begitu akrab dengan Nabi s.a.w.. “Dari mana engkau tahu tentang Yunus bin Matta ?”, Tanya Addas keheranan. “Dia seorang Nabi yang diutus Allah membawa agama kepada kaumnya”, jawab beliau. Kemudian Beliau menceritakan apa yang diketahuinya tentang Nabi Yunus a.s.

MAKIN YAKIN KERASULANNYA
Mendengar penjelasan Rasulullah s.a.w. Addas makin yakin bahwa yang berkata dengannya adalah seorang Nabi. Kemudian dia menundukkan kepala sambil mencium kedua tapak kaki beliau yang berdarah. Melihat sikap Addas , Utbah dan Syaibah makin heran. Kemudian bertanya : “Addas! ke mari !. Apa yang kau lakukan kepada orang itu tadi ?”, “Tidak ada apa apa”, jawab Addas. “Saya lihat engkau menundukkan kepala kepadanya, lalu  menciurn kedua kakinya, padahal kami belum pemah melihatmu berbuat seperti itu kepada orang lain ?”. “Orang itu baik, dia menceritakan tentang Nabi yang diutus kepada kaum kami”, jawab Addas. “Siapa nama Nabi itu ?”, “Yunus bin Matta”, jawab Addas. “Dia berkata bahwa dia juga Nabi yang diutus”, Addas berkata jujur. “Dia Nabi ?”.

‘UTBAH DAN SAYIBAH MENGEJEK
           Utbah dan Syaibah tertawa : “Bukankah engkau kristen?”. “Benar”, jawab Addas. “Tetaplah saja dalam kristenmu !, jangan tertipu perkataan orang itu !”,' Utbah dan Syaibah mengingatkan Addas. “Dia itu seorang penipu, tahu tidak”,  Addas terus berdiam diri. Kemudian Rasulullah s.a.w.
kembali ke Makkah dengan hati kecewa.

KISAH TAULADAN

  KESEDERHANAAN RUMAH RASULULLAH S.A.W.

Walau sebagai Nabi akhir zaman, ternyata kediaman beliau sangat sederhana. Rumah Nabi s.a.w. di Madinah terletak di sudut Masjid Nabawi, sekarang dijadikan makam Nabi s.a.w..Di sebelah kiri mihrab.  
Sebagaimana lazimnya para Nabi dimakamkan tepat di mana beliau wafat. Demikian pula Nabi Muhammad s.a.w.. Ukuran rumah panjang sekitar 5 meter, lebar 3 meter, tinggi atap sekitar 2.5 meter.
Perkiraan ukuran berdasar perkataan sahabat Nabi Muhammad s.a.w. Daud Bin Qais. Dalam kitab Shahih Adabul Mufrod karya Imam Bukhari.    Daud Bin Qais berkata : "Saya melihat kamar Rasulullah s.a.w., atapnya terbuat dari pelepah kurma terbalut serabut. Saya perkirakan lebar rumah ini kira kira 6 atau 7 hasta, saya mengukur luas rumah dari dalam 10 hasta, dan saya kira tingginya antara 7 dan 8. Saya berdiri di pintu ‘Aisyah, saya dapati kamar ini menghadap Maghribi (Marocco)". (1 hasta sekitar 0.45 m (id.wikipedia.org/wiki/Hasta).
Lantainya berupa tanah, dinding terbuat dari tanah liat, atapnya dari pelepah kurma, di dalamnya hanya ada sedikit perabot.                 
Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari Muslim disebutkan :       
"Bahwa suatu hari Umar r.a. pernah menemui Nabi s.a.w. Saat itu beliau sedang berbaring di atas tikar kasar terbuat dari pelepah kurma. Dengan berbantalkan kulit kasar berisi serabut ijuk kurma. Melihat keadaan Nabi s.a.w. seperti itu Umar r.a. menangis. Kemudian Nabi s.a.w. bertanya : “Mengapa engkau menangis ?”. Umar r.a. menjawab : "Bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini membekas pada tubuhmu. Engkau adalah Rasulullah s.a.w., Utusan Allah kekayaanmu hanya seperti ini. Sedangkan Kisra dan raja lainnya hidup bergelimang kemewahan”. Kemudian Nabi s.a.w. menjawab : "Apakah engkau tidak rela jika kemewahan itu untuk mereka di dunia dan untuk kita di akhirat nanti ?".
Subhaanallah ternyata kemewahan dunia tidak membuat Nabi s.a.w. takjub dan terkesima, justru dengan kesederhanaanya membuat beliau berjiwa besar dan mulia, sehingga getaran jiwa dan akhlaknya mampu mengubah peradaban seantero dunia. Allaahu Akbar.


KEMULIAAN AKHLAK RASULULLAH

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S. Al Ahzab (33) : 21)
               
Sebagai utusan akhir zaman Nabi Muhammad s.a.w. adalah manusia biasa. Dalam riwayat disebutkan bahwa beliau memiliki postur tubuh sedang, perutnya ramping (tidak gendut), berkulit halus, berambut hitam sedikit uban, tidak terlampau keriting atau lurus, panjangnya sebatas bahu, berdada lebar, suka senyum dan berwajah tampan.

RENDAH HATI
Jalannya tegap, jika berjalan suka berdampingan dengan para sahabat, suka membawa barang bawaannya sendiri. Bila berbicara jelas kata katanya sehingga mudah difahami bagi yang mendengarnya.

BERAKHLAK MULIA
Sebagai Nabi beliau memiliki modal yang jarang dimiliki para pimpinan pada umumnya, yakni ketinggian dan kemuliaan akhlak, dengan kemuliaan akhlak inilah misinya mudah diterima, karena dengan kemuliaan akhlak akan menyentuh siapa saja yang dihadapinya. Artinya satunya kata dengan perbuatan.

SEDERHANA DALAM KESEHARIAN             
Dalam keseharian sangat nampak kesederhanaannya, walau sebagai seorang Nabi dan sebagai kepala keluarga, namun beliau tidak suka main perintah kepada istrinya. Jika pakaian beliau koyak atau robek, Rasulullah s.a.w. menambal dan menjahitnya sendiri, juga memerah susu kambing untuk keperluan keluarga atau dijual. Beliau juga menyapu rumah sendiri.

MEMBANTU ISTRI
Setiap pulang ke rumah, bila tidak ada makanan yang siap dimakan, sambil tersenyum beliau menyingsingkan lengan bajunya membantu istrinya di dapur.

MEMBANTU URUSAN RUMAH TANGGA
‘Aisyah r.a. menceritakan : ”Jika Nabi di rumah, beliau selalu membantu urusan rumah tangga. Jika mendengar adzan, beliau cepat cepat berangkat ke masjid dan cepat pulang kembali sesudah selesai sholat.

LANGSUNG PUASA
Suatu pagi Rasulullah s.a.w. pulang, namun tidak ada makanan untuk sarapan, beliau  bertanya : “Belum ada sarapan ya Khumaira (wahai yang kemerah merahan) ?“. ‘Aisyah r.a. menjawab : “Belum ada ya Rasulallah”. Rasulullah s.a.w. berkata : ”Kalau begitu saya puasa saja hari ini”, tanpa sedikitpun tergambar rasa kesal di wajahnya. Sikap beliau ini sangat sesuai dengan sabdanya : “Sebaik baik lelaki adalah yang paling baik dan lemah lembut terhadap isterinya”.

BATU MEGUCAPKAN SALAM
Berkat ketinggian akhlaknya sampai batu batu pada mengucap salam kepada beliau. Jabar bin Samurah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda : “Aku bisa mengenal batu batu yang biasa mengucapkan salam kepadaku, bahkan ketika aku belum menjadi Rasul, bahkan sekarangpun aku bisa mengenalinya”. (H.R.Muslim)

MUKJIZATNYA          
Diantara mukjizatnya beliau bisa memanggil batu atas permintaan Ikrimah bin Abu Jahal r.a. karena ingin membuktikan ke Rasulan beliau.  
Ikrimah bin Abu Jahal r.a. berkata : "Jika kamu memang benar seorang Nabi, maka panggilah batu yang ada diseberang itu agar berenang dan tidak tenggelam !". Kemudian Nabi mengisyaratkan tangannya dan batu itu pun terlepas dari tempatnya dan mengapung di atas air hingga sampai kepada Nabi s.a.w. Begitu menyaksikan, Ikrimah bersaksi atas ke Rasulannya, Nabi berkata kepadanya : "Ini cukup bagimu". Ikrimah berkata : "Batu itu kembali lagi hingga ke tempatnya semula". 

MENCIUM TANGAN TUKANG BATU
Saat mendekati Madinah, di sudut jalan Rasulullah s.a.w. berjumpa seo rang tukang batu, tangannya melepuh, kulitnya merah kehitam hitaman karena terpanggang matahari. Kemudian Rasulullah bertanya : “Kenapa tanganmu kasar sekali ?", tukang batu menjawab : "Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, kemudian belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar".
Kemudian Rasulullah s.a.w. menggenggam tangannya dan menciumnya seraya bersabda : "Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama lamanya. Begitu besar penghargaan Rasulullah s.a.w. terhadap orang yang giat berusaha dengan keringatnya dalam mencari nafkah, sehingga tidak meminta minta, sehingga Nabi sudi menciumnya. Rasulullah s.a.w. tidak pernah mencium tangan para pemimpin Quraisy, pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu itu.

PEMAAF
Dalam suatu peperangan Nabi kelelahan beliau duduk di bawah sebatang pohon tanpa sebilah senjatapun. Tiba tiba seorang pendekar musyirikin  muncul di hadapannya sambil mengacungkan pedangnya : “Hai Muhammad siapa sekarang yang menyelamatkanmu dari ancaman pedangku ?”. Nabi tersentak menjawab dengan tenang : “Sebagai manusia, aku tidak punya daya, tiada lagi yang akan melindungi diriku kecuali Allah ?”. Da’tsur menggigil mendengarnya pedangpun terjatuh, dengan sigapnya Nabi mengambil pedangnya, kemudian mengacungkannya kepada Da’tsur“. Nah kini siapa yang menyelamatkanmu dari pedangku ?”.
Dengan bibir bergetar Da’tsur menjawab. “Hanya engkau Muhammad yang dapat menyelamatkanku, sungguh hanya engkau belaka”. Namun Nabi segera menyerahkan pedangnya kembali pada Da’tsur. Akhirnya Da’tsur memeluk Islam dan menjadi pahlawan pembela agama.

KETEGUHANNYA
Setelah Abu Jahal putus asa menghalangi Nabi Muhammad dengan cara kekerasan, dia mendatangi Abu Thalib, paman Rasulullah, agar Nabi Muhammad mau memilih, gadis tercantik, harta kekayaan, atau kedudukan terhormat, asal mau menghentikan misi da’wahnya.
Kemudian Abu Thalib menyampaikan tawaran Abu Jahal kepada Nabi s.a.w. Dengan tegas Nabi menjawab : “Demi Allah, wahai pamanku, andaikata diletakan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku, supaya saya menghentikan menegakan kebenaran, saya takkan surut, sampai tercapai kemenangan atau saya hancur binasa dalam perjuangan”.
Itulah  kegigihan dan ketangguhan Rasulullah s.a.w. walau diiming iming dengan tawaran menggiurkan. Demikian tinggi akhlak Rasulullah s.a.w. sehingga Islam cepat tersebar luas.


KISAH TAULADAN
MINTA IZIN BERZINA

Suatu ketika Rasulullah didatangi oleh seorang pemuda yang ingin berzina, dia berkata : "Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk berzina (mendengar itu) orang orang mencelanya dan berkata : “Cukup cukup“. Kemudian Nabi bersabda : “Suruh dia mendekat !”. Kemudian pemuda itu mendekati Rasulullah s.a.w. hingga jaraknya dekat sekali kemudian duduk.
Setelah itu Nabi s.a.w. berkata kepadanya : “Apakah kamu suka jika perzinaan terjadi pada ibumu ?”. Pemuda itu menjawab : “Tidak demi Allah ”. Nabi melanjutkan pertanyaannya : “Demikian pula orang lain, mereka tidak suka jika perzinaan terjadi pada ibu ibu mereka”. Nabi bertanya kembali : “ Apakah engkau suka jika perzinaan terjadi pada puterimu ?”. Dia menjawab : “Tidak demi Allah”. Nabi s.a.w. menjawab : “Demikian pula orang lain, mereka tidak suka jika perzinaan terjadi pada puteri puteri mereka”.
Nabi s.a.w. bertanya kembali : “Apakah engkau suka jika perzinaan terjadi pada saudara perempuanmu ?”. Pemuda itu menjawab : “Tidak demi Allah”. Nabi s.a.w. menjawab : “Demikian pula orang lain, tidak suka perzinaan terrjadi pada saudara perempuan mereka”.
Nabi s.a.w. bertanya kembali : “Apakah engkau suka jika perzinaan terjadi pada saudara wanita ayahmu (bibi dari pihak ayah) ?”. Pemuda itu menjawab : “Tidak demi Allah”. Nabi s.a.w. menjawab : “Demikian pula orang lain, tidak suka perzinaan terjadi pada bibi mereka”. Nabi s.a.w. bertanya kembali : “Apakah engkau suka jika perzinaan terjadi pada saudara wanita ibumu (bibi dari pihak ibu) ?”. Pemuda itu menjawab : “Tidak demi Allah”. Nabi s.a.w. menjawab : “Demikian pula orang lain, tidak suka perzinaan terjadi pada bibi mereka”.
Kemudian Nabi s.a.w. meletakkan tangannya pada tubuh pemuda itu dan berdo’a : “Ya Allah ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya dan jagalah kemaluannya”. Setelah do’a ini, pemuda itu tidak pernah terpikirkan dengan perbuatan zina sedikitpun.
Pemuda ini adalah pemuda yang jujur, pemuda yang takut maksiat kepada Allah, dia tidak ingin nafsunya yang menggebu gebu menjadikannya terjatuh dalam perzinahan. Nabi s.a.w. bersabda : "Tidaklah pezina melakukan zina di saat berzina sedangkan dia dalam keadaan beriman".
Begitu halus dan bijaknya Nabi s.a.w. dalam mendidik pemuda. 

Senin, 13 November 2017



MISTERI RUH

“ Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah : “ Ruh itu termasuk urusan Tuhan ku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit ”. (Q. S. Al Isra (17) : 85)
               
Tentang ruh jelas kita yakini keberadaannya, namun tentang seluk beluknya sangat misteri, karena Allah memang memberi ilmu tentang ruh hanya sedikit, sangat terbatas sekali.  

PENIUPAN RUH
Keberadaan ruh dinyatakan Allah dengan cara “meniupkankan Nya “, setelah menyempurnakan makhluk ciptaan Nya
Maka apabila telah Kusempurnakan penciptaannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan) Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya”. (Q.S. Shad (38) : 72).

PENCABUTAN RUH TEPAT WAKTU
Setiap makhluk beryawa pasti akan mengalami kematian :
“Tiap tiap yang berjiwa akan merasakan mati, kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan”. (Q.S. Al Ankabut (29) : 57)
Kematian pasti kan datang dengan waktu yang tepat !, tidak bisa dimajukan atau  diundur, karena ketentuan Allah pasti terjadi dengan pasti 
" .....Maka apabila telah tiba ajal bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) memajukannya".  (Q.S. An Nahl (16) : 61)

KEMATIAN MENJEMPUT DIMANA SAJA
Karena ke Kebesaran dan Kuasaan Nya manusia tidak bisa menghindar dari kematian, walau dimana saja kematian pasti akan menjemputnya !, walaupun berada dalam benteng yang kokoh !.
"Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu didalam benteng yang tinggi lagi kokoh". (Q.S. An Nisa (4) : 78)

MENGERIKAN
Pencabutan ruh begitu mengerikan, dan.... pasti semua akan yakin tentang kematian apabila nafas sudah mendesak ke kerongkongan, bahkan Allah berfirman : “ Siapa yang dapat menyembuhkan ?! “.
Begitu dahsyatnya proses pencabutan ruh sampai di gambarkan : Bertaut betis denga betis, lantaran begitu dahsyat penderitaan sakitnya. Na’udzu billaahi min dzaalik. 
"Sekali kali jangan, apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan dan dikatakan (kepadanya) : "Siapakah yang dapat menyembuhkan ?". Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia) dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan) ". (Q.S. Al Qiyamah (75) : 27-29)

PENCABUTAN MENGERIKAN TERHADAP ORANG KAFIR
Berbagai macam proses pencabutan ruh dilakukan Malaikat pencabut nyawa (Izrail), terhadap orang kafir dilakukan sambil memukul muka dan belakang mereka. Maka jangan heran bila melihat orang kafir ketika  menghadapi saat kematian mereka mengalami penderitaan yang mengerikan : Meronta ronta, mengerang, menggeliat, tersungkur sambil membelalakkan mata tanda kesakitan.       
"Seandainya kamu melihat ketika para Malaikat mencabut nyawa orang orang kafir sambil memukul muka dan belakang mereka (sambil berkata) : "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri). Yang demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali kali tidak menganiaya hamba Nya".   (Q.S. Al Anfal (8) : 50-51)

PENCABUTAN MENGERIKAN TERHADAP ORANG DZALIM
Demikian pula proses pencabutan ruh yang mengerikan dilakukan terhadap orang dzalim, karena Malaikat memukul dengan tangannya, karena mengatakan terhadap Allah perkataan yang tidak benar dan sombong terhadap Al Quran. 
"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang orang yang dzalim (berada) dalam tekanan tekanan sakaratul maut, sedang para Malaikat memukul dengan tangannya (Sambil berkata) :  " Keluarkan nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat ayatnya". (Q.S. Al An'am (6) : 93)

PENCABUTAN RUH YANG INDAH
Proses pencabutan ruh akan berjalan mulus dan indah terhadap orang yang beramal sholih :
"(Yaitu) orang orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para Malaikat dengan mengatakan (kepada mereka) : "Salamun 'alaikum (keselamatan sejahtera bagimu)", masuklah ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (Q.S. An Nahl (16) : 32). Demikian indah proses kematian terhadap orang yang beramal sholih, bahkan dikatakan kepadanya : "Salamun 'alaikum ( keselamatan sejahtera bagimu ) ". Kalimat ini disampaikan berkat amal sholih yang telah dikerjakan selama di hidup dunia.

DIPANGGIL DENGAN SANTUN
Begitu istimewanya hamba Allah yang sholih sehingga jiwanya mengalami ketenangan, dengan jiwa yang tenang lantaran selalu berbuat ke baikan sehingga mendapat kemuliaan, dan jiwanya dipanggil : “wahai jiwa yang tenang“. Bahkan dikelompokkan pula kedalam jama’ah hamba Nya dan diseru pula agar masuk kedalam Syurga Nya :“Hai jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba hamba Ku. Masuklah ke dalam Syurga Ku “. (Q.S. Al Fajr (89) : 27-30)

TINGGAL MEMILIH
Dengan demikian manusia tinggal memilih, apakah dalam proses pencabutan ruh memilih yang susah apa yang nyaman dan tenang ?.
Bila amal sholih selalu dikerjakan, In syaa Allah pencabutan ruh akan ringan, mudah dan nyaman, demikian pula sebaliknya.
Semoga kita diwafatkan dalam keadaan khusnul khothimah. Amiin.

KISAH TAULADAN
MENYERAHKAN KEBUN YANG DICINTAINYA DEMI ALLAH DAN RASULNYA

Abu Thalhah  adalah seorang hartawan, ketika itu belum memeluk Islam, namun dia tertarik dan berkeinginan meminang seorang bangsawan sholihah Ummu Sulaim (ibu Anas bin Malik) yang sudah menjanda, dengan mahar tinggi, namun lamaran itu ditolak Ummu Sulaim dengan berkata : "Tidak sepantasnya aku menikah dengan seorang musyrik“.
Kemudian Abu Thalhah  kembali datang  dengan mahar istimewa, dengan harapan Ummu Sulaim luluh dan mau menerimanya. Namun Ummu Sulaim kembali menolaknya sambil berkata  dengan santunnya : "Tidak pantas orang yang sepertimu akan ditolak wahai Abu Thalhah. Akan tetapi engkau seorang kafir sedang aku seorang Muslimah yang tidak pantas bagiku untuk menikah denganmu".
Kemudian Abu Thalhah berkata : "Itu bukan kebiasaanmu". Ummu Sulaim berkata : "Apa kebiasaanku ?". Abu Thalkhah berkata : "Emas dan perak". Ummu Sulaim menjawab : "Sesungguhnya aku tidak menginginkan emas dan perak, akan tetapi aku hanya menginginkan darimu adalah Islam".
Akhirnya Abu Thalkhah memeluk Islam karena syarat yang diajukan Ummu Sulaim.
Abu Thalkhah tergolong konglomerat nomor satu dari kabilah Anshar. Setelah memeluk Islam keimanannya semakin mantap dan kuat.  Harta yang paling dia cintai adalah tanah perkebunan “Bairuha”.
Kebun Bairuha posisinya berhadapan dengan masjid, Rasulullah s.a.w. pernah meminum airnya.
Ketika turun ayat yang berbunyi : “Sekali kali belum sampai pada kebaktian yang sempurna sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai”. ( Ali Imran (3) : 92 )
Mendengar ayat ini, kontan Abu Thalhah menghadap Rasulullah s.a.w. sambil berkata : “Dan sesungguhnya harta yang paling saya cintai adalah tanah perkebunan Bairuha. Sekarang kebun ini saya sedekahkan untuk Allah dengan harapan akan mendapatkan ganjaran kebaikan dari Allah kelak. Maka pergunakanlah sekehendak Anda wahai Rasulullah”.
Begitu hebat dan mantapnya keimanan Abu Thalkhah sehingga setelah memeluk Islam, sudi merelakan kebun yang dicintainya guna kepentingan Allah dan Rasul Nya.