PENDERITAAN NABI DI
THAIF
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam”. (Q.S. Al Anbiya (21) : 107)
Begitu berat liku liku
perjuangan Nabi dalam mengembangkan agama, diantaranya ketika beliau ke Thaif.
Abu Nu'aim memberitakan dari Urwah bin
Az Zubair r.a. katanya : “ Ketika Abu Thalib meninggal, maka semakin
bertambahlah penyiksaan kaum Quraisy ke pada Nabi s.a.w. Maka beliau berangkat
ke Tha'if untuk menemui suku kaum Tsaqif dengan harapan agar mereka dapat
melindunginya.
Beliau menemui tiga orang
pemuka suku kaum Tsaqif : Abdi Yalel, Kbubaib dan Mas'ud, mereka putera putera
dari Amru, kemudian beliau menawarkan agar
diberikan perlindungan, di samping mengadukan perbuatan jahat kaum
Quraisy terhadap dirinya….”. Namun harapan beliau hampa, justru beliau dihina
dan dianiaya sampai berdarah darah.
LEBIH BERAT DARI PERANG UHUD
Dari Urwah bahwa ‘Aisyah r.a.
isteri Nabi s.a.w. bertanya kepada Nabi s.a.w. : “Adakah hari lain yang engkau
rasakan lebih berat dari hari di perang Uhud ?”. “Ya memang banyak perkara
berat yang aku tanggung dari kaummu dan yang paling berat ialah yang aku temui
di hari Aqabah dulu itu.
DITOLAK
Aku meminta perlindungan diriku
kepada putera Abdi Yalel bin Abdi Kilai, tetapi malangnya dia tidak merestui
permohonanku aku pun pergi dari situ, sedang hatiku sangat sedih, mukaku muram
sekali, aku terus berjalan dan berjalan, dan aku tidak sadar melainkan aku
sampai di Qarnis Tsa'alib.
JIBRIL MENAWARKAN BANTUAN
Aku pun mengangkat kepalaku,
tiba tiba terlihat sekumpulan awan yang telah meneduhiku, aku lihat lagi maka
aku lihat Malaikat jibril a.s. berada di situ, dia menyeruku : “Hai Muhammad sesungguhnya
Allah telah mendengar apa yang dikatakan kaummu tadi, dan jawabannya pula. Sekarang Allah mengutus
kepadamu bersamaku Malaikat yang bertugas menjaga bukit bukit ini, maka
perintahkan dia apa yang kau kehendaki, jika engkau ingin dia menghimpitkan
kedua bukit Abu Qubais dan Ahmar ini ke atas mereka, niscaya dia akan
melakukannya”. (H.R. Bukhari)
MALAIKAT MENUNGGU INSTRUKSI
Bersamaan itu pula Malaikat
penjaga bukit bukit menyeru namaku, lalu memberi salam kepadaku sambil berkata
: “Hai Muhammad”, Malaikat tersebut
mengatakan kepadaku apa yang dikatakan Malaikat Jibril a.s. tadi. “Berilah aku
perintah, jika engkau menginginkan aku menghimpitkan kedua bukit ini niscaya kulakukan
!”.
TAWARAN MALAIKAT DITOLAK
“Jangan jangan, bahkan aku
berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan
menyembah Allah semata, tidak disekutukan Nya dengan apa pun... “, jawab Nabi
s.a.w..
Demikian
tabahnya beliau sehingga tawaran Malaikat penjaga gunung yang akan menghimpitkan
kedua bukit kepada mereka ditolak. Bahkan berkat ketabahan beliau, kedzaliman
kaumnya dibalas dengan do’a : “Ya Allah berilah hidayah kepada kaumku, karena
mereka belum mengerti !”.
BERBAGAI EJEKAN DAN PENGANIAYAAN
Abu Nu'aim memberitakan dari Urwah bin Az Zubair r.a. katanya :
“………Maka berkata salah seorang dari mereka : “Aku hendak mencuri kelambu
Ka'bah, jika memang benar Allah mengutusmu sesuatu seperti yang engkau katakan
tadi”. Yang lain berkata : “Apakah Allah
sampai begitu lemah untuk mengutus orang selain engkau ?”, semua kata kata
pemuka Tsaqif kepada Rasulullah s.a.w. tersebar kepada kaumnya, lalu mereka
berkumpul mengejek beliau. Ketika beliau hendak pergi meninggalkan Tha'if,
mereka berbaris di tengah jalan, mereka melempari beliau, sampai luka berdarah,
sambil terus mengejek dan mencaci.
ISTIRAHAT DI KEBUN
Kemudian beliau istirahat di kebun
anggur, membersihkan darah yang dari kaki dan tubuhnya. Kemudian Utbah bin
Rabi'ah dan Syaibah bin Rabi'ah sampai di situ. Beliau
enggan menemuinya, disebabkan permusuhan mereka terhadap Allah dan Rasul Nya.
ADDAS MEMBERI MINUM
Tetapi Utbah dan Syaibah
menyuruh hambanya bemama Addas men datangi beliau sambil membawa sedikit
anggur, Addas beragama kristen dari negeri Niniva (kota lama Iraq), kemudian
beliau memakannya dengan membaca :
“Bismillah”, mendengar itu Addas heran, karena tidak pernah mendengar orang
membaca kalimat itu sebelumnya.
MENJELASKAN TENTANG NABI YUNUS
“Siapa namamu?”, tanya Nabi
s.a.w. “Addas”, “Dari mana engkau ?”, “Dari negeri Niniva”, jawab Addas. “Oh, dari
kota Nabi yang saleh, Yunus bin Matta”, mendengar jawaban Nabi, Addas heran.
Sementara tuannya Utbah dan
Syaibah melihat sikap hambanya yang terlihat begitu akrab dengan Nabi s.a.w..
“Dari mana engkau tahu tentang Yunus bin Matta ?”, Tanya Addas keheranan. “Dia
seorang Nabi yang diutus Allah membawa agama kepada kaumnya”, jawab beliau.
Kemudian Beliau menceritakan apa yang diketahuinya tentang Nabi Yunus a.s.
MAKIN YAKIN KERASULANNYA
Mendengar penjelasan Rasulullah
s.a.w. Addas makin yakin bahwa yang berkata dengannya adalah seorang Nabi.
Kemudian dia menundukkan kepala sambil mencium kedua tapak kaki beliau yang berdarah.
Melihat sikap Addas , Utbah dan Syaibah makin heran. Kemudian bertanya :
“Addas! ke mari !. Apa yang kau lakukan kepada orang itu tadi ?”, “Tidak ada
apa apa”, jawab Addas. “Saya lihat engkau menundukkan kepala kepadanya,
lalu menciurn kedua kakinya, padahal
kami belum pemah melihatmu berbuat seperti itu kepada orang lain ?”. “Orang itu
baik, dia menceritakan tentang Nabi yang diutus kepada kaum kami”, jawab Addas.
“Siapa nama Nabi itu ?”, “Yunus bin Matta”, jawab Addas. “Dia berkata bahwa dia
juga Nabi yang diutus”, Addas berkata jujur. “Dia Nabi ?”.
‘UTBAH DAN SAYIBAH MENGEJEK
Utbah dan Syaibah tertawa : “Bukankah
engkau kristen?”. “Benar”, jawab Addas. “Tetaplah saja dalam kristenmu !,
jangan tertipu perkataan orang itu !”,' Utbah dan Syaibah mengingatkan Addas.
“Dia itu seorang penipu, tahu tidak”,
Addas terus berdiam diri. Kemudian Rasulullah s.a.w.
kembali ke Makkah dengan hati
kecewa.
KISAH TAULADAN
KESEDERHANAAN RUMAH
RASULULLAH S.A.W.
Walau sebagai
Nabi akhir zaman, ternyata kediaman beliau sangat sederhana. Rumah Nabi s.a.w. di
Madinah terletak di sudut Masjid Nabawi, sekarang dijadikan makam Nabi s.a.w..Di
sebelah kiri mihrab.
Sebagaimana lazimnya
para Nabi dimakamkan tepat di mana beliau wafat. Demikian pula Nabi Muhammad s.a.w..
Ukuran rumah panjang sekitar 5 meter, lebar 3 meter, tinggi atap sekitar 2.5
meter.
Perkiraan
ukuran berdasar perkataan sahabat Nabi Muhammad s.a.w. Daud Bin Qais. Dalam
kitab Shahih Adabul Mufrod karya Imam Bukhari. Daud Bin Qais berkata :
"Saya melihat kamar Rasulullah s.a.w., atapnya terbuat dari pelepah kurma
terbalut serabut. Saya perkirakan lebar rumah ini kira kira 6 atau 7 hasta,
saya mengukur luas rumah dari dalam 10 hasta, dan saya kira tingginya antara 7
dan 8. Saya berdiri di pintu ‘Aisyah, saya dapati kamar ini menghadap Maghribi
(Marocco)". (1 hasta sekitar 0.45 m (id.wikipedia.org/wiki/Hasta).
Lantainya
berupa tanah, dinding terbuat dari tanah liat, atapnya dari pelepah kurma, di
dalamnya hanya ada sedikit perabot.
Dalam sebuah
hadits riwayat Bukhari Muslim disebutkan :
"Bahwa
suatu hari Umar r.a. pernah menemui Nabi s.a.w. Saat itu beliau sedang
berbaring di atas tikar kasar terbuat dari pelepah kurma. Dengan berbantalkan
kulit kasar berisi serabut ijuk kurma. Melihat keadaan Nabi s.a.w. seperti itu
Umar r.a. menangis. Kemudian Nabi s.a.w. bertanya : “Mengapa engkau menangis
?”. Umar r.a. menjawab : "Bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini membekas
pada tubuhmu. Engkau adalah Rasulullah s.a.w., Utusan Allah kekayaanmu hanya
seperti ini. Sedangkan Kisra dan raja lainnya hidup bergelimang kemewahan”.
Kemudian Nabi s.a.w. menjawab : "Apakah engkau tidak rela jika kemewahan
itu untuk mereka di dunia dan untuk kita di akhirat nanti ?".
Subhaanallah
ternyata kemewahan dunia tidak membuat Nabi s.a.w. takjub dan terkesima, justru
dengan kesederhanaanya membuat beliau berjiwa besar dan mulia, sehingga getaran
jiwa dan akhlaknya mampu mengubah peradaban seantero dunia. Allaahu Akbar.