Sabtu, 25 November 2017



KEMULIAAN AKHLAK RASULULLAH

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S. Al Ahzab (33) : 21)
               
Sebagai utusan akhir zaman Nabi Muhammad s.a.w. adalah manusia biasa. Dalam riwayat disebutkan bahwa beliau memiliki postur tubuh sedang, perutnya ramping (tidak gendut), berkulit halus, berambut hitam sedikit uban, tidak terlampau keriting atau lurus, panjangnya sebatas bahu, berdada lebar, suka senyum dan berwajah tampan.

RENDAH HATI
Jalannya tegap, jika berjalan suka berdampingan dengan para sahabat, suka membawa barang bawaannya sendiri. Bila berbicara jelas kata katanya sehingga mudah difahami bagi yang mendengarnya.

BERAKHLAK MULIA
Sebagai Nabi beliau memiliki modal yang jarang dimiliki para pimpinan pada umumnya, yakni ketinggian dan kemuliaan akhlak, dengan kemuliaan akhlak inilah misinya mudah diterima, karena dengan kemuliaan akhlak akan menyentuh siapa saja yang dihadapinya. Artinya satunya kata dengan perbuatan.

SEDERHANA DALAM KESEHARIAN             
Dalam keseharian sangat nampak kesederhanaannya, walau sebagai seorang Nabi dan sebagai kepala keluarga, namun beliau tidak suka main perintah kepada istrinya. Jika pakaian beliau koyak atau robek, Rasulullah s.a.w. menambal dan menjahitnya sendiri, juga memerah susu kambing untuk keperluan keluarga atau dijual. Beliau juga menyapu rumah sendiri.

MEMBANTU ISTRI
Setiap pulang ke rumah, bila tidak ada makanan yang siap dimakan, sambil tersenyum beliau menyingsingkan lengan bajunya membantu istrinya di dapur.

MEMBANTU URUSAN RUMAH TANGGA
‘Aisyah r.a. menceritakan : ”Jika Nabi di rumah, beliau selalu membantu urusan rumah tangga. Jika mendengar adzan, beliau cepat cepat berangkat ke masjid dan cepat pulang kembali sesudah selesai sholat.

LANGSUNG PUASA
Suatu pagi Rasulullah s.a.w. pulang, namun tidak ada makanan untuk sarapan, beliau  bertanya : “Belum ada sarapan ya Khumaira (wahai yang kemerah merahan) ?“. ‘Aisyah r.a. menjawab : “Belum ada ya Rasulallah”. Rasulullah s.a.w. berkata : ”Kalau begitu saya puasa saja hari ini”, tanpa sedikitpun tergambar rasa kesal di wajahnya. Sikap beliau ini sangat sesuai dengan sabdanya : “Sebaik baik lelaki adalah yang paling baik dan lemah lembut terhadap isterinya”.

BATU MEGUCAPKAN SALAM
Berkat ketinggian akhlaknya sampai batu batu pada mengucap salam kepada beliau. Jabar bin Samurah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda : “Aku bisa mengenal batu batu yang biasa mengucapkan salam kepadaku, bahkan ketika aku belum menjadi Rasul, bahkan sekarangpun aku bisa mengenalinya”. (H.R.Muslim)

MUKJIZATNYA          
Diantara mukjizatnya beliau bisa memanggil batu atas permintaan Ikrimah bin Abu Jahal r.a. karena ingin membuktikan ke Rasulan beliau.  
Ikrimah bin Abu Jahal r.a. berkata : "Jika kamu memang benar seorang Nabi, maka panggilah batu yang ada diseberang itu agar berenang dan tidak tenggelam !". Kemudian Nabi mengisyaratkan tangannya dan batu itu pun terlepas dari tempatnya dan mengapung di atas air hingga sampai kepada Nabi s.a.w. Begitu menyaksikan, Ikrimah bersaksi atas ke Rasulannya, Nabi berkata kepadanya : "Ini cukup bagimu". Ikrimah berkata : "Batu itu kembali lagi hingga ke tempatnya semula". 

MENCIUM TANGAN TUKANG BATU
Saat mendekati Madinah, di sudut jalan Rasulullah s.a.w. berjumpa seo rang tukang batu, tangannya melepuh, kulitnya merah kehitam hitaman karena terpanggang matahari. Kemudian Rasulullah bertanya : “Kenapa tanganmu kasar sekali ?", tukang batu menjawab : "Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, kemudian belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar".
Kemudian Rasulullah s.a.w. menggenggam tangannya dan menciumnya seraya bersabda : "Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama lamanya. Begitu besar penghargaan Rasulullah s.a.w. terhadap orang yang giat berusaha dengan keringatnya dalam mencari nafkah, sehingga tidak meminta minta, sehingga Nabi sudi menciumnya. Rasulullah s.a.w. tidak pernah mencium tangan para pemimpin Quraisy, pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu itu.

PEMAAF
Dalam suatu peperangan Nabi kelelahan beliau duduk di bawah sebatang pohon tanpa sebilah senjatapun. Tiba tiba seorang pendekar musyirikin  muncul di hadapannya sambil mengacungkan pedangnya : “Hai Muhammad siapa sekarang yang menyelamatkanmu dari ancaman pedangku ?”. Nabi tersentak menjawab dengan tenang : “Sebagai manusia, aku tidak punya daya, tiada lagi yang akan melindungi diriku kecuali Allah ?”. Da’tsur menggigil mendengarnya pedangpun terjatuh, dengan sigapnya Nabi mengambil pedangnya, kemudian mengacungkannya kepada Da’tsur“. Nah kini siapa yang menyelamatkanmu dari pedangku ?”.
Dengan bibir bergetar Da’tsur menjawab. “Hanya engkau Muhammad yang dapat menyelamatkanku, sungguh hanya engkau belaka”. Namun Nabi segera menyerahkan pedangnya kembali pada Da’tsur. Akhirnya Da’tsur memeluk Islam dan menjadi pahlawan pembela agama.

KETEGUHANNYA
Setelah Abu Jahal putus asa menghalangi Nabi Muhammad dengan cara kekerasan, dia mendatangi Abu Thalib, paman Rasulullah, agar Nabi Muhammad mau memilih, gadis tercantik, harta kekayaan, atau kedudukan terhormat, asal mau menghentikan misi da’wahnya.
Kemudian Abu Thalib menyampaikan tawaran Abu Jahal kepada Nabi s.a.w. Dengan tegas Nabi menjawab : “Demi Allah, wahai pamanku, andaikata diletakan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku, supaya saya menghentikan menegakan kebenaran, saya takkan surut, sampai tercapai kemenangan atau saya hancur binasa dalam perjuangan”.
Itulah  kegigihan dan ketangguhan Rasulullah s.a.w. walau diiming iming dengan tawaran menggiurkan. Demikian tinggi akhlak Rasulullah s.a.w. sehingga Islam cepat tersebar luas.


KISAH TAULADAN
MINTA IZIN BERZINA

Suatu ketika Rasulullah didatangi oleh seorang pemuda yang ingin berzina, dia berkata : "Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk berzina (mendengar itu) orang orang mencelanya dan berkata : “Cukup cukup“. Kemudian Nabi bersabda : “Suruh dia mendekat !”. Kemudian pemuda itu mendekati Rasulullah s.a.w. hingga jaraknya dekat sekali kemudian duduk.
Setelah itu Nabi s.a.w. berkata kepadanya : “Apakah kamu suka jika perzinaan terjadi pada ibumu ?”. Pemuda itu menjawab : “Tidak demi Allah ”. Nabi melanjutkan pertanyaannya : “Demikian pula orang lain, mereka tidak suka jika perzinaan terjadi pada ibu ibu mereka”. Nabi bertanya kembali : “ Apakah engkau suka jika perzinaan terjadi pada puterimu ?”. Dia menjawab : “Tidak demi Allah”. Nabi s.a.w. menjawab : “Demikian pula orang lain, mereka tidak suka jika perzinaan terjadi pada puteri puteri mereka”.
Nabi s.a.w. bertanya kembali : “Apakah engkau suka jika perzinaan terjadi pada saudara perempuanmu ?”. Pemuda itu menjawab : “Tidak demi Allah”. Nabi s.a.w. menjawab : “Demikian pula orang lain, tidak suka perzinaan terrjadi pada saudara perempuan mereka”.
Nabi s.a.w. bertanya kembali : “Apakah engkau suka jika perzinaan terjadi pada saudara wanita ayahmu (bibi dari pihak ayah) ?”. Pemuda itu menjawab : “Tidak demi Allah”. Nabi s.a.w. menjawab : “Demikian pula orang lain, tidak suka perzinaan terjadi pada bibi mereka”. Nabi s.a.w. bertanya kembali : “Apakah engkau suka jika perzinaan terjadi pada saudara wanita ibumu (bibi dari pihak ibu) ?”. Pemuda itu menjawab : “Tidak demi Allah”. Nabi s.a.w. menjawab : “Demikian pula orang lain, tidak suka perzinaan terjadi pada bibi mereka”.
Kemudian Nabi s.a.w. meletakkan tangannya pada tubuh pemuda itu dan berdo’a : “Ya Allah ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya dan jagalah kemaluannya”. Setelah do’a ini, pemuda itu tidak pernah terpikirkan dengan perbuatan zina sedikitpun.
Pemuda ini adalah pemuda yang jujur, pemuda yang takut maksiat kepada Allah, dia tidak ingin nafsunya yang menggebu gebu menjadikannya terjatuh dalam perzinahan. Nabi s.a.w. bersabda : "Tidaklah pezina melakukan zina di saat berzina sedangkan dia dalam keadaan beriman".
Begitu halus dan bijaknya Nabi s.a.w. dalam mendidik pemuda. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar