Sabtu, 25 November 2017



PENDERITAAN NABI DI THAIF

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Q.S. Al Anbiya (21) : 107)

Begitu berat liku liku perjuangan Nabi dalam mengembangkan agama, diantaranya ketika beliau ke Thaif. Abu Nu'aim memberitakan  dari Urwah bin Az Zubair r.a. katanya : “ Ketika Abu Thalib meninggal, maka semakin bertambahlah penyiksaan kaum Quraisy ke pada Nabi s.a.w. Maka beliau berangkat ke Tha'if untuk menemui suku kaum Tsaqif dengan harapan agar mereka dapat melindunginya.
Beliau menemui tiga orang pemuka suku kaum Tsaqif : Abdi Yalel, Kbubaib dan Mas'ud, mereka putera putera dari Amru, kemudian beliau menawarkan agar  diberikan perlindungan, di samping mengadukan perbuatan jahat kaum Quraisy terhadap dirinya….”. Namun harapan beliau hampa, justru beliau dihina dan dianiaya sampai berdarah darah.

LEBIH BERAT DARI PERANG UHUD
Dari Urwah bahwa ‘Aisyah r.a. isteri Nabi s.a.w. bertanya kepada Nabi s.a.w. : “Adakah hari lain yang engkau rasakan lebih berat dari hari di perang Uhud ?”. “Ya memang banyak perkara berat yang aku tanggung dari kaummu dan yang paling berat ialah yang aku temui di hari Aqabah dulu itu.

DITOLAK
Aku meminta perlindungan diriku kepada putera Abdi Yalel bin Abdi Kilai, tetapi malangnya dia tidak merestui permohonanku aku pun pergi dari situ, sedang hatiku sangat sedih, mukaku muram sekali, aku terus berjalan dan berjalan, dan aku tidak sadar melainkan aku sampai di Qarnis Tsa'alib.

JIBRIL MENAWARKAN BANTUAN
Aku pun mengangkat kepalaku, tiba tiba terlihat sekumpulan awan yang telah meneduhiku, aku lihat lagi maka aku lihat Malaikat jibril a.s. berada di situ, dia menyeruku : “Hai Muhammad sesungguhnya Allah telah mendengar apa yang dikatakan kaummu tadi, dan  jawabannya pula. Sekarang Allah mengutus kepadamu bersamaku Malaikat yang bertugas menjaga bukit bukit ini, maka perintahkan dia apa yang kau kehendaki, jika engkau ingin dia menghimpitkan kedua bukit Abu Qubais dan Ahmar ini ke atas mereka, niscaya dia akan melakukannya”. (H.R. Bukhari)  

MALAIKAT MENUNGGU INSTRUKSI
Bersamaan itu pula Malaikat penjaga bukit bukit menyeru namaku, lalu memberi salam kepadaku sambil berkata : “Hai Muhammad”, Malaikat  tersebut mengatakan kepadaku apa yang dikatakan Malaikat Jibril a.s. tadi. “Berilah aku perintah, jika engkau menginginkan aku menghimpitkan kedua bukit ini niscaya kulakukan !”.

TAWARAN MALAIKAT DITOLAK  
“Jangan jangan, bahkan aku berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah Allah semata, tidak disekutukan Nya dengan apa pun... “, jawab Nabi s.a.w.. 
Demikian tabahnya beliau sehingga tawaran Malaikat penjaga gunung yang akan menghimpitkan kedua bukit kepada mereka ditolak. Bahkan berkat ketabahan beliau, kedzaliman kaumnya dibalas dengan do’a : “Ya Allah berilah hidayah kepada kaumku, karena mereka belum mengerti !”. 

BERBAGAI EJEKAN  DAN PENGANIAYAAN
Abu Nu'aim memberitakan  dari Urwah bin Az Zubair r.a. katanya : “………Maka berkata salah seorang dari mereka : “Aku hendak mencuri kelambu Ka'bah, jika memang benar Allah mengutusmu sesuatu seperti yang engkau katakan tadi”. Yang lain berkata :  “Apakah Allah sampai begitu lemah untuk mengutus orang selain engkau ?”, semua kata kata pemuka Tsaqif kepada Rasulullah s.a.w. tersebar kepada kaumnya, lalu mereka berkumpul mengejek beliau. Ketika beliau hendak pergi meninggalkan Tha'if, mereka berbaris di tengah jalan, mereka melempari beliau, sampai luka berdarah, sambil terus mengejek dan mencaci. 

ISTIRAHAT DI KEBUN
             Kemudian beliau istirahat di kebun anggur, membersihkan darah yang dari kaki dan tubuhnya. Kemudian Utbah bin Rabi'ah dan Syaibah bin Rabi'ah sampai di situ. Beliau enggan menemuinya, disebabkan permusuhan mereka terhadap Allah dan Rasul Nya.

ADDAS MEMBERI MINUM
Tetapi Utbah dan Syaibah menyuruh hambanya bemama Addas men datangi beliau sambil membawa sedikit anggur, Addas beragama kristen dari negeri Niniva (kota lama Iraq), kemudian beliau  memakannya dengan membaca : “Bismillah”, mendengar itu Addas heran, karena tidak pernah mendengar orang membaca kalimat itu sebelumnya.

MENJELASKAN TENTANG NABI YUNUS
“Siapa namamu?”, tanya Nabi s.a.w. “Addas”, “Dari mana engkau ?”,  “Dari negeri Niniva”, jawab Addas. “Oh, dari kota Nabi yang saleh, Yunus bin Matta”, mendengar jawaban Nabi, Addas heran.
Sementara tuannya Utbah dan Syaibah melihat sikap hambanya yang terlihat begitu akrab dengan Nabi s.a.w.. “Dari mana engkau tahu tentang Yunus bin Matta ?”, Tanya Addas keheranan. “Dia seorang Nabi yang diutus Allah membawa agama kepada kaumnya”, jawab beliau. Kemudian Beliau menceritakan apa yang diketahuinya tentang Nabi Yunus a.s.

MAKIN YAKIN KERASULANNYA
Mendengar penjelasan Rasulullah s.a.w. Addas makin yakin bahwa yang berkata dengannya adalah seorang Nabi. Kemudian dia menundukkan kepala sambil mencium kedua tapak kaki beliau yang berdarah. Melihat sikap Addas , Utbah dan Syaibah makin heran. Kemudian bertanya : “Addas! ke mari !. Apa yang kau lakukan kepada orang itu tadi ?”, “Tidak ada apa apa”, jawab Addas. “Saya lihat engkau menundukkan kepala kepadanya, lalu  menciurn kedua kakinya, padahal kami belum pemah melihatmu berbuat seperti itu kepada orang lain ?”. “Orang itu baik, dia menceritakan tentang Nabi yang diutus kepada kaum kami”, jawab Addas. “Siapa nama Nabi itu ?”, “Yunus bin Matta”, jawab Addas. “Dia berkata bahwa dia juga Nabi yang diutus”, Addas berkata jujur. “Dia Nabi ?”.

‘UTBAH DAN SAYIBAH MENGEJEK
           Utbah dan Syaibah tertawa : “Bukankah engkau kristen?”. “Benar”, jawab Addas. “Tetaplah saja dalam kristenmu !, jangan tertipu perkataan orang itu !”,' Utbah dan Syaibah mengingatkan Addas. “Dia itu seorang penipu, tahu tidak”,  Addas terus berdiam diri. Kemudian Rasulullah s.a.w.
kembali ke Makkah dengan hati kecewa.

KISAH TAULADAN

  KESEDERHANAAN RUMAH RASULULLAH S.A.W.

Walau sebagai Nabi akhir zaman, ternyata kediaman beliau sangat sederhana. Rumah Nabi s.a.w. di Madinah terletak di sudut Masjid Nabawi, sekarang dijadikan makam Nabi s.a.w..Di sebelah kiri mihrab.  
Sebagaimana lazimnya para Nabi dimakamkan tepat di mana beliau wafat. Demikian pula Nabi Muhammad s.a.w.. Ukuran rumah panjang sekitar 5 meter, lebar 3 meter, tinggi atap sekitar 2.5 meter.
Perkiraan ukuran berdasar perkataan sahabat Nabi Muhammad s.a.w. Daud Bin Qais. Dalam kitab Shahih Adabul Mufrod karya Imam Bukhari.    Daud Bin Qais berkata : "Saya melihat kamar Rasulullah s.a.w., atapnya terbuat dari pelepah kurma terbalut serabut. Saya perkirakan lebar rumah ini kira kira 6 atau 7 hasta, saya mengukur luas rumah dari dalam 10 hasta, dan saya kira tingginya antara 7 dan 8. Saya berdiri di pintu ‘Aisyah, saya dapati kamar ini menghadap Maghribi (Marocco)". (1 hasta sekitar 0.45 m (id.wikipedia.org/wiki/Hasta).
Lantainya berupa tanah, dinding terbuat dari tanah liat, atapnya dari pelepah kurma, di dalamnya hanya ada sedikit perabot.                 
Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari Muslim disebutkan :       
"Bahwa suatu hari Umar r.a. pernah menemui Nabi s.a.w. Saat itu beliau sedang berbaring di atas tikar kasar terbuat dari pelepah kurma. Dengan berbantalkan kulit kasar berisi serabut ijuk kurma. Melihat keadaan Nabi s.a.w. seperti itu Umar r.a. menangis. Kemudian Nabi s.a.w. bertanya : “Mengapa engkau menangis ?”. Umar r.a. menjawab : "Bagaimana aku tidak menangis. Tikar ini membekas pada tubuhmu. Engkau adalah Rasulullah s.a.w., Utusan Allah kekayaanmu hanya seperti ini. Sedangkan Kisra dan raja lainnya hidup bergelimang kemewahan”. Kemudian Nabi s.a.w. menjawab : "Apakah engkau tidak rela jika kemewahan itu untuk mereka di dunia dan untuk kita di akhirat nanti ?".
Subhaanallah ternyata kemewahan dunia tidak membuat Nabi s.a.w. takjub dan terkesima, justru dengan kesederhanaanya membuat beliau berjiwa besar dan mulia, sehingga getaran jiwa dan akhlaknya mampu mengubah peradaban seantero dunia. Allaahu Akbar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar