ISLAM ITU RAMAH
LEMAH LEMBUT BUKAN KASAR APALAGI RADIKAL !
“Maka disebabkan rahmat
dari Allah lah
kamu berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu……”.
(Q.S. Ali Imran (3) : 159)
Sebagai buah beribadah seharusnya memiliki sifat Ar Rifq
(lemah lembut) dalam segala tindakan, serta memilih melakukan cara paling mudah.
Demikian halnya yang telah dilkukan
Rasulullah s.a.w. dalam prilakunya sehari hari. “Dan sesungguhnya kamu benar benar berbudi
pekerti yang agung”. (Q.S. Al Qalam (68) : 4)
Bahkan
telah dilakukan pula oleh Nabi Musa dan
Harun agar mereka berdakwah kepada Fir’aun dengan lemah lembut. "Pergilah kamu
berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata kata
yang lemah lembut, mudah mudahan ia ingat sadar takut”. (Q.S. Thaha (20) : 43-44)
ALLAH MENYUKAI KELEMBUTAN
Disamping Allah sebagai Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha
Pencipta, namun Allah memiliki juga sifat Maha lembut dan suka kepada
kelembutan.
Rasulullah s.a.w.
bersabda kepada ‘Aisyah : “Sesungguhnya Allah adalah Dzat
Yang Maha Lembut yang mencintai kelembutan dalam segala perkara”. (H.R. Al Bukhari dan Muslim)
ORANG BERIMAN
BERSIKAP RAMAH
Maka selayaknya
sebagai seorang hamba dari Yang Maha Lembut, juga mensifati sebagaimana sifat
Dzat yang diibadahinya. Artinya dalam keseharian harus bersikap
lemah lembut, ramah tamah, kerena dengan keramahan akan menimbulkan
kebaikan.
Bukankah dengan berlaku baik akan membuahkan manfaat bagi menusia. Dari Jabir
r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda : "Orang
beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak
bersikap ramah. Dan sebaik baik
manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia". (H.R. Thabrani dan Daraquthni).
DENGAN KELEMBUTAN JADI INDAH
Fithrah
jiwa manusia pada hakekatnya sangat suka pada kelembutan bukan kekasaran
apalagi kekerasan, oleh karena itu ajaran agama mengembalikan kepada fithrah
asalnya yakni kelembutan, dengan kelembutan akan membuahkan keindahan, demikian
pula sebaliknya.
Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya tidaklah kelemah lembutan
itu ada pada sesuatu melainkan ia akan memperindahnya dan tidaklah kelemah
lembutan itu dicabut dari sesuatu melainkan akan memperburuknya”. (H.R. Muslim)
“Orang yang dijauhkan dari
sifat lemah lembut, maka ia dijauhkan dari kebaikan”. (H.R. Muslim)
SELAMAT DARI PRILAKUNYA
Dari Jabir r.a. dikatakan : "Wahai
Rasulullah Islam bagaimanakah yang paling utama ?". Rasulullah s.a.w. menjawab : "(Yaitu)
mereka yang umat Islam yang lain selamat dari tutur kata dan tindak
perbuatannya". (H.R.
Tirmidzi)
Seorang muslim
memiliki identitas khusus, identitas yang menyelamatkan bukan membahayakan,
identitas yang menyejukkan bukan membuat keonaran, sehingga membuat orang sama
resah dan ketakutan, sampai membuat orang sama tidak simpati terhadap agama
islam, karena tindakan radikal, kasar dan kebrutalannya.
Betapa fatal akibatnya bila tidak
melaksanakan tuntunan agama secara total, sehingga nama agamapun ikut jadi
rusak dan dibenci. .
SIKAP
LEMBUT PADA HEWAN
Agama tidak hanya mengajarkan berbuat baik dan lemah
lembut terhadap manusia saja, bahkan terhadap hewanpun harus diberlakukan
juga.
“Sesungguhnya Allah s.w.t. mewajibkan untuk berbuat baik atas segala
sesuatu. Jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika
kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Dan hendaklah salah
seorang dari kalian menajamkan pisaunya (ketika hendak menyembelih) dan
menyenangkan sembelihannya”. (H.R. Muslim)
Betapa mulia, indah dan tingginya ajaran agama,
sehingga terhadap hewan bersikap lembutpun diajarkan pula agar hewan tidak
tersiksa.
JANGAN MEMPERSULIT
Karena cintanya pada dunia dan kurangnya
memahami agama, sehingga suka mempersulit urusan manusia, dengan bermotto :
“Bila bisa dipersulit mengapa dipermudah”, betapa jahat sikapnya padahal Nabi
s.a.w. bersabda : “Mudahkanlah dan jangan
mempersulit, sampaikan kabar gembira dan jangan menakut nakuti”. (H.R. Bukhari & Muslim)
Betapa indah dan mulia bila ajaran agama
dikembalikan pada tuntunan aslinya, sehingga suka mempemudah urusan bukan
mempersulit, apalagi dengan menakut nakuti. Dengan demikian akan membuahkan
sikap simpati bukan membenci, akan membuat rasa nyaman bukan ketakutan.
MENDAPAT PERTOLONGAN ALLAH
Iman yang
sempurna akan membuahkan sikap saling menyayangi dan membenci karena Allah,
sikap demikian akan mendapatkan pertolongan Allah. Betapa mulianya sikap
ini sehingga seorang hamba tidak akan bisa
merasakan kenikmatan iman walaupun banyak melakukan shalat dan puasa !.
Ibnu ‘Abbas berkata : “Siapa yang mencintai dan benci karena Allah, berteman dan
memusuhi karena Allah, sesungguhnya pertolongan Allah itu diperoleh dengan
demikian itu. Seorang hamba tidak akan bisa merasakan kenikmatan iman walaupun banyak melakukan shalat
dan puasa sampai dirinya berbuat demikian itu. Sungguh kebanyakan persahabatan seseorang itu hanya dilandaskan
karena kepentingan dunia. Persahabatan seperti itu tidaklah bermanfaat bagi
mereka”. (H.R. Ibnu Jarir)
DIHARAMKAN
NERAKA
Begitu tinggi penghargaan Allah terhadap hamba Nya
yang suka bersikap akrab (dekat dengan manusia), lemah lembut dan suka
mempermudah urusan bukan mempersulit. Sehingga kelak diharamkan masuk
neraka !. Subhaanallaah.
“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang orang
yang diharamkan dari neraka atau neraka diharamkan atasnya ?. Yaitu atas setiap orang yang dekat (dengan
manusia), lemah lembut, lagi memudahkan”. (H.R. Tirmidzi)
Semoga Allah
senantiasa melimpahkan hidayah Nya, agar dalam keseharain kita menyukai kelemah
lembutan, ramah, santun, akrab kepada siapapun sebagai bukti keimanan. Sehingga menimbulkan rasa simpati pada agama Islam, bukan pada
membenci karena sikap yang keras, kasar, radikal apalagi kekerasan !. Na’udzu
billaahi min dzaalik.
KISAH TAULADAN
BADUI KENCING DI MASJID
Kelembutan adalah sifat
yang mulia walau berat dalam pelaksanaannya, namun itulah tuntunan yang
diajarkan agama, dengan kelembutan sikap, segala urusan akan terselesaikan
dengan enak dan nyaman.
Sikap
ramah dan lembut inilah yang selalu dilakukan Rasulullah s.a.w. dalam segala
hal, termasuk ketika beliau menghadapi seorang badui yang kencing di masjid. Sehingga
si badui faham dan urusan bisa terselesaikan dengan aman tanpa keributan
Suatu
ketika Rasulullah s.a.w. sedang
duduk duduk bersama para shahabat radhiyallahu ‘anhum di dalam masjid. Tiba
tiba muncul seorang ‘Arab badui (kampung) masuk ke
dalam masjid, kemudian kencing di dalamnya. Maka dengan serta merta bangkitlah
para shahabat yang ada di dalam masjid menghampiri seraya menghardiknya dengan
ucapan yang keras. Namun Rasulullah s.a.w. melarang mereka untuk menghardiknya dan memerintah untuk
membiarkannya sampai orang tersebut menyelesaikan hajatnya. Kemudian setelah
selesai beliau s.a.w. meminta
untuk diambilkan setimba air untuk dituangkan pada air kencing tersebut”. (H.R. Al Bukhari)
Kemudian
beliau s.a.w.
Arab badui tersebut dalam keadaan tidak marah ataupun mencela. Beliau s.a.w. pun
menasehatinya dengan lemah lembut
:
“Sesungguhnya masjid ini tidak
pantas untuk membuang benda najis (kencing) atau kotor. Hanya saja masjid itu
dibangun sebagai tempat untuk dzikir kepada Allah, shalat dan membaca Al Qur’an”. (H.R. Muslim)
Melihat sikap Rasulullah s.a.w. yang demikian lembut dan halusnya dalam menasehati, timbullah rasa cinta
dan simpati ‘Arab badui tersebut kepada beliau s.a.w.. Maka ia pun berdoa : “Ya Allah rahmatilah aku dan Muhammad dan
janganlah Engkau merahmati seorangpun bersama kami berdua”. Mendengar doa tersebut Rasulullah s.a.w. tertawa
dan berkata kepadanya : “Kamu telah mempersempit sesuatu yang luas (rahmat Allah)”. (H.R. Al Bukhari dan
lainnya)
Demikian
indah dan mulianya bila segala urusan disikapi dengan kelembutan bukan dengan
kekasaran apalagi kekerasan,
sehingga masalah bisa terselesaikan dengan
aman. Subhaanallaah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar