Rabu, 08 Mei 2019


HINANYA MEMINTA MINTA !

         “Apabila telah sholat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, dan carilah karunia Allah”. (Q.S. Al Jum’ah (62) : 10).

Karena luas dan sempurnanya ajaran Islam, sampai mencari nafkah ditekankan bahkan sampai mendapat pahala pula. Betapa murahnya Allah sebagai Sang Pencipta terhadap hamba Nya.   
Betapa mulia mencari nafkah ?, karena dengan mencari nafkah akan terhindar dari ketergantungan kepada orang lain, apalagi bila meminta minta. !, betapa hina dan rendah harga dirinya !.   

PARA NABI JUGA BEKERJA
Mencari nafkah bukan hanya dilakukan masyarakat awam, para Nabi juga bekerja. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan dia menggembala kambing”lalu ada sahabat bertanya : “Apakah engkau juga ?”, beliau menjawab : “ya, saya menggembala kambing dengan mendapatkan upah beberapa qiroth milik ahli Makkah”. (H.R. Bukhari). Bahkan Nabi Zakariya dan Nabi Dawu. juga bekerja.
Rasulullah s.a.w. bersabda :Nabi Zakariya adalah tukang kayu”. (H.R. Muslim). Rasulullah s.a.w. bersabda : Nabi Dawud tidak makan melainkan dari hasil kerjanya sendiri”. (H.R. Bukhari)

BEKERJA LEBIH BAIK
Begitu mulia mencari nafkah dengan keringatnya, walau dengan cara seolah hina. Rasulullah s.a.w. bersabda :  “Sungguh salah seorang di antara kamu mencari kayu bakar diikat, lalu diangkat di atas punggungnya lalu dijual, itu lebih baik daripada orang yang meminta minta kepada orang lain, diberi atau ditolak”. (H.R. Bukhar dan Nasai)
Karena pentingnya mencari nafkah sampai memiliki keutamaan :

1.LEBIH BAIK
”Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabi Dawud, selalu makan dan hasil usahanya”. (H.R. Bukhari)

2.MENGHAPUS DOSA
Begitu tinggi penghargaan terhadap yang berusaha dengan jerih payah keringatnya sampai bisa menghapus dosa. ”Sesungguhnya diantara dosa dosa itu ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”, para sahabat bertanya : “Apakah yang dapat menghapusnya wahai Rasulullah ?”, Beliau menjawab : ”Bersusah payah dalam mencari nafkah”.  (H.R. Bukhari)

3.BAGAI PEJUANG DI JALAN ALLAH
Karena tingginya penghargaan terhadap yang berusaha keras mencari nafkah bagi keluarganya, bahkan sampai disejajarkan bagai berjuang di jalan Allah !. ”Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang di jaIan Allah ‘Azza Wa Jalla”.  (H.R. Ahmad)

BAHAYA MINTA MINTA
Begitu pula sebaliknya, betapa hina dan bahayanya resiko meminta minta sampai berakibat :

1.HARAM HUKUMNYA !
Meminta minta haram hukumnya, bahkan memakan hasilnya bagai makan yang haram. “…….Meminta minta selain ketiga hal itu, wahai Qabishah adalah haram dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram. (H.R. Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Nasai).

2.MEMBUKA PINTU KEMISKINAN
Begitu hinanya meminta minta, sampai akan dibukaan pintu kemiskinan. Rasulullah s.a.w. bersabda : Barangsiapa membukakan bagi dirinya pintu meminta minta tanpa kebutuhan yang mendesak, atau bukan karena kemiskinan yang tidak mampu bekerja, maka Allah akan membukakan baginya pintu kemiskinan dari jalan yang tidak disangka sangka. (H.R. Baihaqi)

3.BAGAI MEMINTA BARA API
Rasulullah s.a.w. bersabda : Barangsiapa meminta harta benda kepada orang lain dengan tujuan memperbanyak (kekayaan), maka sebenarnya dia meminta bara api, oleh karena itu terserah kepadanya mau memperoleh sedikit atau memperoleh banyak”. (H.R. Muslim)

4.BAGAI MAKAN BARA API
Dari Hubsyi bin Junaadah r.a.ia berkata : “Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barang siapa meminta minta kepada orang lain tanpa adanya kebutuhan, maka seolah olah ia memakan bara api”.  (H.R. Ahmad, Ibnu Ibnu Khuzaimah, Ath Thabrani).

5.DIBANGKITKAN DENGAN WAJAH TANPA DAGING
Begitu hinanya meminta minta sampai kelak di hari kiamat dibangkitkan wajahnya tanpa daging (rai gedek). “Dari Abdullah bin Umar r.a. ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda :  Seseorang senantiasa meminta minta kepada orang lain, ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong dagingpun di wajahnya”.  (H.R. Bukhari dan Muslim).

DIPERBOLEHKAN MEMINTA DALAM 3 KEADAAN
Walau minta minta hukum asalnya haram, namun dalam keadaan khusus (darurat) diperbolehkan. Dari Qabishah bin Mukhariq Al Hilali  r.a. ia berkata : “Rasulullah s.a.w. bersabda : Wahai Qabishah sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali bagi salah satu dari tiga orang : (1) seseorang yang menanggung hutang orang lain, ia boleh meminta minta sampai ia melunasinya kemudian berhenti. (2) Seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup. (3) Dan seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup. Sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya berkata : “Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup”, ia boleh meminta minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta minta selain ketiga hal itu, wahai Qabishah Adalah haram dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram”. (H.R. Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Nasai).

MEMINTA BANTUAN UNTUK FII SABILILLAH
Adapun meminta dalam rangka pembangunan masjid, sekolah dsb. diperbolehkan, karena termasuk dalam bidang tolong menolong, kebaikan  dan  taqwa. “Dan tolong menolonglah  kalian  dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (Q.S. Al Maidah (5) : 2).

TANGAN DIATAS (PEMBERI) LEBIH MULIA             
Begitu mulia nilai memberi sampai Nabi menggolongkan lebih mulia posisinya. Nabi bersabda : …..Tangan yang di atas lebih mulia dibandingkan tangan yang berada di bawah. (H.R. Bukhari: dan Muslim).

KISAH UNIK DAN NYATA
Suatu ketika kami (penulis) minta tolong kepada seorang teman untuk mengurus surat wakaf masjid, kemudian dia meminta uang untuk memberi kepada beberapa petugas kantor tersebut, karena bila tidak akan dipersulit  urusannya , “itu merupakan peraturan dan keharusan yang tidak tertulis, tetapi memang itu kenyataannya !”, jawab teman saya.
Disitu teman saya sempat berkenalan seorang pejabat yang dengan bangganya berkisah tentang kekayaannya, memiliki beberapa rumah dan beberapa mobil pribadi. Beberapa tahun kemudian teman saya berjumpa lagi dengan pejabat tersebut yang sudah pensiun, kemudian beliau bercerita : “Dik hidup saya sekarang jauh beda, dimana sekarang saya suka sakit sakitan, harta saya habis dik, hidup saya sekarang jadi susah”.
Itu suatu bukti bagi yang suka meminta minta, akan membuatnya tidak barokah dan membuka peluang kemiskinan. Bukankah Nabi sudah mengingatkan bagi yang suka meminta : “……Allah akan membukakan baginya pintu kemiskinan dari jalan yang tidak disangka sangka”. (H.R. Baihaqi). Semoga Allah menjauhkan kita dari sikap minta minta. Amiin.

BERMACAM MODEL PENGEMIS

Di bulan maret ini dikejutkan berita adanya seorang pengemis di Bogor  bernama suherman (80 th.), tiap hari pergi pulang diantar mobil dengan tarif Rp. 80.000. Semula dikira mobil tersebut miliknya, namun sang pengantar menepisnya. Yang mengejutkan penghasilannya sehari bisa mencapai Rp 1.500.000,-. Kisah unik lagi terjadi di Pati seorang pengemis mempunyai rumah seniai 270 juta rupiah, memiliki tabungan 700 juta rupiah. (T.V. One berita malam 20 Maret).
Itu pengemis level bawah, yang mengherankan lagi ada yang di level atas dan nampak tidak kentara, karena berada di tempat terhormat (kantor), tapi pada hakekatnya ya sama saja meminta minta !. padahal kan sudah digaji pemerintah.
Penulis ketika masih menjadi guru, pernah memanggil wali murid karena putranya belum membayar uang sekolah, wali murid berkata : “Sebagai seorang penjahit sebenarnya saya ada tagihan di sebuah instansi, tetapi betapa sulit menagih uang saya, padahal pekerjaan sudah saya selesaikan”, Kemudian kami sarankan : “Pak sampaikan saja bagaimana caranya agar uang bisa terbayar, jika dia minta uang beri saja pak !”, si bapak menyanggah : “Apa bukan menyuap pak ?”. “Bukan, itu bukan menyuap tapi bapak dimintai uang dgn cara halus”, jawab saya. 
Lantaran tamaknya pada harta, sehingga dengan berbagai cara ditempuhnya, sehingga urusan jadi rumit dan berbelit dibuatnya, yah…..ternyata ujung ujungnya minta uang juga !. Betapa hina prilakunya, walau nampak terpandang (karena dikantor), namun ternyata suka mendzalimi !.  .  
Di zaman Nabi ada suatu kisah mulia, dimana suatu ketika seorang lelaki pekerja keras, sebagai pemecah batu sehingga telapak tangannya keras dan kasar melintas di hadapan Rasulullah s.a.w.. Kemudian para sahabat bertanya : Ya Rasulullah andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (fii sabilillah), maka alangkah baiknya”. Mendengar kata kata tersebut Rasulullah s.a.w. menjawab : “Kalau dia bekerja untuk menghidupi anak anaknya yang masih kecil, maka itu fii sabilillah, kalau dia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia maka itu fii sabilillah, kalau dia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta minta maka itu fii sabilillah”. (H.R. Thabrani).
Karena mulianya tukang batu tersebut, walau seolah nampak hina, namun Rasulullah menyempatkan menjabat tangannya sambil bersabda : “Berkat tangan inilah yang akan menyelamatkan dari siksa api neraka”. Subhaanallaah.                           




Tidak ada komentar:

Posting Komentar