HINANYA MEMINTA MINTA !
“Apabila telah sholat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, dan carilah karunia Allah”. (Q.S. Al Jum’ah (62) : 10).
Karena luas dan sempurnanya
ajaran Islam, sampai mencari nafkah ditekankan bahkan sampai mendapat pahala
pula. Betapa murahnya Allah sebagai Sang Pencipta terhadap hamba Nya.
Betapa mulia mencari nafkah ?, karena
dengan mencari nafkah akan terhindar dari ketergantungan kepada orang lain,
apalagi bila meminta minta. !, betapa hina dan rendah harga dirinya !.
PARA NABI JUGA BEKERJA
Mencari nafkah
bukan hanya dilakukan masyarakat awam,
para Nabi juga bekerja. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Tidaklah
Allah mengutus seorang Nabi melainkan dia menggembala kambing”, lalu ada
sahabat bertanya : “Apakah engkau juga ?”, beliau menjawab :
“ya, saya menggembala kambing dengan mendapatkan upah beberapa
qiroth milik ahli Makkah”. (H.R. Bukhari). Bahkan Nabi Zakariya dan Nabi Dawu. juga
bekerja.
Rasulullah s.a.w. bersabda
: ”Nabi Zakariya adalah tukang kayu”. (H.R.
Muslim). Rasulullah s.a.w. bersabda : “Nabi Dawud tidak makan
melainkan dari hasil kerjanya sendiri”. (H.R.
Bukhari)
BEKERJA LEBIH BAIK
Begitu mulia mencari nafkah dengan keringatnya, walau
dengan cara seolah hina. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sungguh
salah seorang di antara kamu mencari kayu bakar diikat, lalu diangkat di
atas punggungnya lalu dijual, itu lebih baik daripada orang yang meminta
minta kepada orang lain, diberi atau ditolak”. (H.R. Bukhar dan
Nasai)
Karena pentingnya mencari nafkah sampai memiliki
keutamaan :
1.LEBIH BAIK
”Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang
makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya. Dan sesungguhnya Nabi Dawud, selalu makan dan hasil usahanya”. (H.R.
Bukhari)
2.MENGHAPUS DOSA
Begitu tinggi penghargaan terhadap yang berusaha
dengan jerih payah keringatnya sampai bisa menghapus dosa. ”Sesungguhnya diantara dosa dosa itu ada yang tidak dapat terhapus
dengan puasa dan shalat”, para sahabat bertanya : “Apakah yang dapat
menghapusnya wahai Rasulullah ?”, Beliau menjawab : ”Bersusah payah dalam
mencari nafkah”. (H.R. Bukhari)
3.BAGAI PEJUANG DI JALAN ALLAH
Karena tingginya penghargaan terhadap yang berusaha keras mencari nafkah
bagi keluarganya, bahkan sampai disejajarkan bagai berjuang di jalan Allah !. ”Barangsiapa yang bekerja keras mencari
nafkah untuk keluarganya, maka sama dengan pejuang di jaIan Allah ‘Azza Wa
Jalla”. (H.R. Ahmad)
BAHAYA MINTA MINTA
Begitu pula sebaliknya, betapa
hina dan bahayanya resiko meminta minta sampai berakibat :
1.HARAM HUKUMNYA !
Meminta
minta haram hukumnya, bahkan memakan hasilnya bagai makan yang haram. “…….Meminta minta selain ketiga hal itu, wahai
Qabishah adalah haram dan orang yang
memakannya adalah memakan yang haram”. (H.R. Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Nasai).
2.MEMBUKA PINTU KEMISKINAN
Begitu hinanya meminta minta, sampai akan dibukaan
pintu kemiskinan. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barangsiapa membukakan bagi
dirinya pintu meminta minta tanpa kebutuhan yang mendesak, atau bukan karena
kemiskinan yang tidak mampu bekerja, maka Allah akan
membukakan baginya pintu kemiskinan dari jalan yang tidak disangka
sangka”. (H.R. Baihaqi)
3.BAGAI MEMINTA BARA API
Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barangsiapa meminta harta benda
kepada orang lain dengan tujuan memperbanyak (kekayaan), maka sebenarnya
dia meminta bara api, oleh karena itu terserah
kepadanya mau memperoleh sedikit atau memperoleh
banyak”. (H.R. Muslim)
4.BAGAI MAKAN BARA API
Dari Hubsyi bin
Junaadah r.a.ia berkata : “Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barang siapa meminta minta
kepada orang lain tanpa adanya kebutuhan, maka seolah olah ia memakan bara
api”. (H.R. Ahmad, Ibnu Ibnu
Khuzaimah, Ath Thabrani).
5.DIBANGKITKAN DENGAN WAJAH TANPA DAGING
Begitu hinanya
meminta minta sampai kelak di hari kiamat dibangkitkan wajahnya tanpa daging (rai gedek). “Dari Abdullah bin Umar r.a. ia
berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda : “Seseorang senantiasa meminta minta
kepada orang lain, ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada
sepotong dagingpun di wajahnya”. (H.R.
Bukhari dan Muslim).
DIPERBOLEHKAN MEMINTA DALAM 3 KEADAAN
Walau minta minta hukum asalnya haram,
namun dalam keadaan khusus (darurat) diperbolehkan. Dari Qabishah bin Mukhariq Al Hilali r.a. ia berkata :
“Rasulullah s.a.w. bersabda : “Wahai Qabishah sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal,
kecuali bagi salah satu dari tiga orang
: (1) seseorang yang menanggung
hutang orang lain, ia boleh meminta minta
sampai ia melunasinya kemudian berhenti. (2) Seseorang
yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya,
ia boleh meminta minta sampai ia mendapatkan
sandaran hidup.
(3) Dan seseorang yang ditimpa
kesengsaraan hidup.
Sehingga ada tiga
orang yang berakal dari kaumnya berkata
: “Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup”, ia boleh meminta minta sampai
mendapatkan sandaran hidup. Meminta minta selain ketiga
hal itu, wahai Qabishah
Adalah haram dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram”. (H.R. Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Nasai).
MEMINTA BANTUAN UNTUK FII SABILILLAH
Adapun meminta dalam rangka pembangunan masjid, sekolah dsb. diperbolehkan, karena termasuk dalam bidang tolong menolong, kebaikan dan taqwa. “Dan tolong menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran”. (Q.S. Al Maidah (5) : 2).
TANGAN DIATAS (PEMBERI) LEBIH MULIA
Begitu mulia nilai memberi sampai
Nabi menggolongkan lebih mulia posisinya. Nabi bersabda
: “…..Tangan yang di atas
lebih mulia dibandingkan tangan yang berada di bawah”. (H.R. Bukhari: dan Muslim).
KISAH UNIK DAN NYATA
Suatu ketika kami (penulis) minta tolong
kepada seorang teman untuk mengurus surat wakaf masjid, kemudian dia meminta
uang untuk memberi kepada beberapa petugas kantor tersebut, karena bila tidak
akan dipersulit urusannya , “itu merupakan
peraturan dan keharusan yang tidak tertulis, tetapi memang itu kenyataannya !”, jawab teman saya.
Disitu teman saya sempat
berkenalan seorang pejabat yang dengan bangganya berkisah tentang kekayaannya,
memiliki beberapa rumah dan beberapa mobil pribadi. Beberapa tahun kemudian
teman saya berjumpa lagi dengan pejabat tersebut yang sudah pensiun, kemudian
beliau bercerita : “Dik hidup saya sekarang jauh beda, dimana sekarang saya suka
sakit sakitan, harta saya habis dik, hidup saya sekarang jadi susah”.
Itu suatu bukti bagi yang suka
meminta minta, akan membuatnya tidak barokah dan membuka peluang kemiskinan. Bukankah
Nabi sudah mengingatkan bagi yang suka meminta : “……Allah
akan membukakan baginya pintu kemiskinan
dari jalan yang tidak disangka sangka”. (H.R. Baihaqi). Semoga Allah menjauhkan kita dari sikap minta minta. Amiin.
BERMACAM
MODEL PENGEMIS
Di bulan maret ini dikejutkan berita
adanya seorang pengemis di Bogor bernama
suherman (80 th.), tiap hari pergi pulang diantar mobil dengan tarif Rp.
80.000. Semula dikira mobil tersebut miliknya, namun sang pengantar menepisnya.
Yang mengejutkan penghasilannya sehari bisa mencapai Rp 1.500.000,-. Kisah unik
lagi terjadi di Pati seorang pengemis mempunyai rumah seniai 270 juta rupiah,
memiliki tabungan 700 juta rupiah. (T.V. One berita malam 20 Maret).
Itu pengemis level bawah, yang mengherankan lagi ada yang di level atas dan nampak tidak kentara, karena berada di tempat terhormat (kantor), tapi pada hakekatnya ya sama saja meminta minta !. padahal kan sudah digaji pemerintah.
Penulis ketika masih menjadi guru, pernah memanggil wali murid karena putranya belum membayar uang sekolah, wali murid berkata : “Sebagai seorang penjahit sebenarnya saya ada tagihan di sebuah instansi, tetapi betapa sulit menagih uang saya, padahal pekerjaan sudah saya selesaikan”, Kemudian kami sarankan : “Pak sampaikan saja bagaimana caranya agar uang bisa terbayar, jika dia minta uang beri saja pak !”, si bapak menyanggah : “Apa bukan menyuap pak ?”. “Bukan, itu bukan menyuap tapi bapak dimintai uang dgn cara halus”, jawab saya.
Lantaran tamaknya pada harta, sehingga dengan berbagai cara ditempuhnya, sehingga urusan jadi rumit dan berbelit dibuatnya, yah…..ternyata ujung ujungnya minta uang juga !. Betapa hina prilakunya, walau nampak terpandang (karena dikantor), namun ternyata suka mendzalimi !. .
Di zaman Nabi ada suatu kisah mulia, dimana suatu ketika seorang lelaki pekerja keras, sebagai pemecah batu sehingga telapak tangannya keras dan kasar melintas di hadapan Rasulullah s.a.w.. Kemudian para sahabat bertanya : “Ya Rasulullah andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (fii sabilillah), maka alangkah baiknya”. Mendengar kata kata tersebut Rasulullah s.a.w. menjawab : “Kalau dia bekerja untuk menghidupi anak anaknya yang masih kecil, maka itu fii sabilillah, kalau dia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia maka itu fii sabilillah, kalau dia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta minta maka itu fii sabilillah”. (H.R. Thabrani).
Karena mulianya tukang batu tersebut, walau seolah nampak hina, namun Rasulullah menyempatkan menjabat tangannya sambil bersabda : “Berkat tangan inilah yang akan menyelamatkan dari siksa api neraka”. Subhaanallaah.
Itu pengemis level bawah, yang mengherankan lagi ada yang di level atas dan nampak tidak kentara, karena berada di tempat terhormat (kantor), tapi pada hakekatnya ya sama saja meminta minta !. padahal kan sudah digaji pemerintah.
Penulis ketika masih menjadi guru, pernah memanggil wali murid karena putranya belum membayar uang sekolah, wali murid berkata : “Sebagai seorang penjahit sebenarnya saya ada tagihan di sebuah instansi, tetapi betapa sulit menagih uang saya, padahal pekerjaan sudah saya selesaikan”, Kemudian kami sarankan : “Pak sampaikan saja bagaimana caranya agar uang bisa terbayar, jika dia minta uang beri saja pak !”, si bapak menyanggah : “Apa bukan menyuap pak ?”. “Bukan, itu bukan menyuap tapi bapak dimintai uang dgn cara halus”, jawab saya.
Lantaran tamaknya pada harta, sehingga dengan berbagai cara ditempuhnya, sehingga urusan jadi rumit dan berbelit dibuatnya, yah…..ternyata ujung ujungnya minta uang juga !. Betapa hina prilakunya, walau nampak terpandang (karena dikantor), namun ternyata suka mendzalimi !. .
Di zaman Nabi ada suatu kisah mulia, dimana suatu ketika seorang lelaki pekerja keras, sebagai pemecah batu sehingga telapak tangannya keras dan kasar melintas di hadapan Rasulullah s.a.w.. Kemudian para sahabat bertanya : “Ya Rasulullah andai bekerja seperti dilakukan orang itu dapat digolongkan jihad di jalan Allah (fii sabilillah), maka alangkah baiknya”. Mendengar kata kata tersebut Rasulullah s.a.w. menjawab : “Kalau dia bekerja untuk menghidupi anak anaknya yang masih kecil, maka itu fii sabilillah, kalau dia bekerja untuk menghidupi kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia maka itu fii sabilillah, kalau dia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta minta maka itu fii sabilillah”. (H.R. Thabrani).
Karena mulianya tukang batu tersebut, walau seolah nampak hina, namun Rasulullah menyempatkan menjabat tangannya sambil bersabda : “Berkat tangan inilah yang akan menyelamatkan dari siksa api neraka”. Subhaanallaah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar