Kamis, 09 April 2015


HATI HATI DENGAN LISAN !

Hai orang orang yang beriman bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan amalanmu dan mengampuni bagimu dosa dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul Nya, maka sesungguhnya dia telah mendapat kemenangan yang besar. ( Q.S. Al Ahzab 70-71 )

Diantara karunia Allah yang luar biasa manfaatnya adalah mulut atau lesan, lesan mempunyai 3 fungsi : Bernafas ( bila hidung tersumbat ), makan dan berbicara.
Betapa luar biasa Karunia Nya, dengan mulut atau lesan manusia bisa berkomunikasi, mulut atau lesan merupakan alat komunikasi paling utama, karena  dapat menghasilkan suara yang dapat ditangkap indera telinga, sehingga bisa ditangkap maksud pembicara setelah dicerna dan dikelola oleh otak.
Atas Kebesaran, Kemurahan dan Keluasan ilmu Nya, lesan dapat mengeluarkan suara karena dilengkapi lidah, ludah, langit langit dan gigi.  

BERKATA BAIK
Karena mulut sangat lunak apalagi lidah tidak bertulang, maka dalam menggunakannya banyak yang pada sembrono ( tidak terkontrol ). Maka berhati hatilah dalam memanfaatkannya, bukankah Nabi s.a.w. 14 abad silam bersabda :
“ Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau harus diam “. ( H.R. Muslim )

SEMBRONO     
Namun sayang banyak yang kurang berhati hati dalam memanfaatkannya. Sehingga dengan seenaknya dalam berkata dan berjanji, padahal kelak setiap ucapan akan diminta pertanggung jawabannya di hari kebangkitan !.
Diantara kebiasaan buruk dalam memanfatkan lisan adalah berkata dusta dan berjanji “.              

BAHAYA DUSTA             
Dusta adalah perkataan yang berbeda dengan kenyataan sebenarnya, biasanya dilakukan guna membela diri atau demi mendapat keuntungan. Dusta sangat merugikan diri sendiri dan orang lain. Bukankah dengan dusta akan membuat orang tidak akan percaya lagi ?.
Bahkan kerugian paling fatal bagi pendusta dia tidak akan mendapat hidayah ( petunjuk ) dari Allah, sehingga sulit menerima kebenaran. Na’udzu billaahi min dzaalik.
" ...Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk orang orang  yang melampaui batas lagi pendusta. ( Q.S. Al Mukmin 28 )                                     
TERGOLONG DOSA BESAR
Begitu berbahayanya dusta termasuk kesaksian palsu, sehingga Nabi s.a.w. sampai mengulang beberapa kali !.
Dari Abu Bakrah r.a. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda : " Maukah kamu sekalian aku beritahu tentang sebesar besar dosa besar ? ". Kami menjawab : " Baiklah wahai Rasulullah ". Beliau bersabda : " Yaitu menyekutukan Allah, berani kepada kedua orang tua ", waktu itu beliau masih bersandar, kemudian beliau duduk seraya bersabda : " Ingatlah  berkata dusta dan saksi palsu ". Beliau selalu mengulang ulangnya sehingga kami berkata : " Semoga beliau segera diam ".  ( H.R. Bukhari dan Muslim )                                        

HINA
Begitu hinanya prilaku dusta, sampai Allah berfirman setelah memerintahkan menjauhi berhala kemudian dilanjutkan dengan larangan berdusta.                                  
" Maka jauhilah olehmu berhala berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan perkataan dusta ". ( Q.S. AL Hajj 30 )
Larangan berlaku dusta sangat tepat, karena dengan dusta akan mengakibatkan terjadinya bermacam macam tindak kejahatan : Penipuan, pemalsuan, korupsi dan sebangsanya.

FATAL
Ingat kasus korupsi yang menguras kas negara yang mengakibatkan rakyat jadi sengsara, ujung ujungnya bersumber dari “ dusta juga “. Apalagi didukung sidang pengadilannya “ yang mbulet “, bukankah akibat dusta bisa menimbulkan “ kesaksian palsu “, yang diskenario sedemikian rupa, sehingga keadilan sulit ditegakkan, yang benar jadi salah yang salah jadi benar. Begini akibat bila tidak mengindahkan kaidah agama, sehingga negara jadi tidak barokah. Na’udzu billah.  

HATI HATI DENGAN JANJI
Demikian pula halnya dengan janji, banyak yang sembrono, sehinggga dengan entengnya ketika berjanji mengucapkan kata kata : “ Insyaa Aallah “, agar nampak islami, namun kenyataannya ?, tidak ditepati !.

CIRI MUNAFIK               
Bukankah Nabi s.a.w. bersabda : “ Ciri munafik ada tiga, bila berkata dusta, bila berjanji ingkar dan bila diamanati berkhianat “. Betapa buruk dan rendahnya yang sembrono dalam menggunakan lisan, sehingga digolongkan munafik !. Dalam hadits lain beliau menambahkan : “ Walau sholat, walau puasa dan mengaku Muslim “. 

MEMEPERBAIKI AMALAN
Begitu tinggi dan dalam nilai ajaran agama, ternyata sangat erat hubungan perkataan dan amalan, dengan berkata benar akan berdampak pada amalan, pada prilaku, sehingga dengan berkata benar Allah akan memperbaiki prilakunya, mengapa ?.
Bukankah sebelum berkata dimulai dengan niat dalam hati, akankah berkata benar atau sebaliknya ?, disini letak rahasianya !. Dengan niat yang baik pasti kata kata yang diucapkan akan di hati hati, akan selalu dijaga agar selalu berkata benar, tidak dusta, termasuk dalam berjanji.
Bila sesuatu dilakukan dengan niat yang baik, akan menghasilkan perbuatan yang baik pula, sehingga disini terjadi koneksi ( hubungan ) dengan Allah, dengan demikian Allah akan memelihara dan memperbaiki amalannya.             
“ .......Katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan amalanmu.....”.

DIAMPUNI DOSANYA
“....Dan mengampuni bagimu dosa dosamu.......”
Karena tingginya nilai berkata benar, sehingga Allah akan mengampuninya pula dosanya.

JUJUR MEMBAWA KETENANGAN
Ajaran agama sarat dengan hikmah, jiwa pasti akan resah dan tidak tenang, bila tidak benar / jujur. Bukankah fithrah jiwa suka akan kebenaran, suka pada kejujuran, suka pada kebaikan !. Bukankah Rasulullah s.a.w. bersabda :
" Sesungguhnya benar / jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu menimbulkan kebimbangan ( keresahan ) ".  ( H.R. Turmudzi )

Ingat bahwa bila jiwa dalam keadaan tenang, sistim kekebalan tubuh akan meningkat, badan tidak mudah terserang penyakit, alias sehat. Alhamdulillah

KISAH TAULADAN
“ YA AMIRUL MUKMININ TEPATI KATA KATAMU ! “
                
Umar Ibnul Khaththab r.a. sebelum memeluk Islam dikenal keras tabiatnya, namun berkat do’a Nabi s.a.w. luluh juga hatinya dan memeluk Islam. Setelah memeluk Islam tabiatnya berubah total, sehingga tatkala menjabat sebagai khalifah dikenal sangat tanggap kepada rakyatnya, adil dan bijaksana dalam mengambil keputusan, hukum benar benar ditegakkan.
Suatu saat di mahkamah pengadilan akan mengeksekusi panglima Persia karena kesalahannya, namun Hurmuzan sang panglima berkata : “ Ya Amirul mukminin sebelum eksekusi dilaksanakan bolehkah saya minta air ? “. Umar dengan santunnya menjawab : “ Baik “. Setelah air diberikan sang panglima berkata lagi dengan penuh hormat : “ Sebelum air saya minum apakah saya didzalimi ( dihukum ) ? ”.
Di benak Umar terlintas pemahaman bahwa setelah air diminum baru eksekusi dilaksanakan, bukankah  wajar bila seorang tawanan yang akan dieksekusi dipenuhi segala permintaannya, maka dengan spontan dijawabnya permintaannya tersebut dengan penuh hormat : “ Tidak ! “.
Diluar dugaan sang panglima, dengan serta merta membuang air minumnya kelantai. Betapa kagetnya khalifah Umar r.a. melihat gelagat ini, katanya minta minum kok ditumpahkan ?. Belum sempat berakhir keheranan khalifah Umar, Hurmuzan berkata lagi dengan lantangnya : “ Ya Amirul Mukminin tepati kata katamu, saya bebas sekarang ! “.
Betapa herannya khalifah Umar, sudah membuang air minum yang dimintanya, bukannya berterima kasih justru membuangnya, betapa nista prilakunya. Disaat khalifah Umar kebingungan, sahabat segera menasehati bahwa : “ Hurmuzan benar, bukankah dia berkata : “ Sebelum air saya minum apakah saya didzalimi ? “, anda kan menjawab : “ Tidak “, maka air tidak diminumnya, jadi dia benar dengan mengatakan bahwa dia bebas “.
Akhirnya dengan memendam rasa sedikit dongkol, akhirnya khalifah Umar rela membebaskan Hurmuzan demi kehormatan agama, dan menepati kata katanya yang terlanjur diucapkan. Demikian tinggi nilai menghormati ajaran agama dalam berkata kata sehingga tak akan menarik kembali kata kata yang terlanjur diucapkannya.  
Demikian lihai sang panglima yang jeli dan memanfaatkan kedisiplinan khalifah dalam berjanji dan berkata, sehingga Umar tergelincir dengan jawabannya yang polos. Namun bagaimanapun kehormatan dan kebesaran agama tetap terjaga karena sikapnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar