HATI HATI DENGAN LISAN !
“ Hai
orang orang
yang beriman bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah
memperbaiki bagimu amalan amalanmu dan mengampuni bagimu
dosa dosamu.
Dan
barangsiapa
mentaati Allah dan Rasul Nya, maka sesungguhnya dia telah mendapat
kemenangan yang besar “. (
Q.S. Al Ahzab 70-71 )
Diantara
karunia Allah yang luar biasa manfaatnya adalah mulut atau lesan, lesan
mempunyai 3 fungsi : Bernafas ( bila hidung tersumbat ), makan dan berbicara.
Betapa luar biasa Karunia Nya, dengan mulut atau lesan manusia bisa
berkomunikasi, mulut atau lesan merupakan alat komunikasi paling utama, karena dapat menghasilkan suara yang dapat ditangkap
indera telinga, sehingga bisa ditangkap maksud pembicara setelah dicerna dan
dikelola oleh otak.
Atas
Kebesaran, Kemurahan dan Keluasan ilmu Nya, lesan dapat mengeluarkan suara
karena dilengkapi lidah, ludah, langit langit dan gigi.
BERKATA BAIK
Karena
mulut sangat lunak apalagi lidah tidak bertulang, maka dalam menggunakannya
banyak yang pada sembrono ( tidak terkontrol ). Maka berhati hatilah dalam
memanfaatkannya, bukankah Nabi s.a.w. 14 abad silam bersabda :
“ Barang siapa beriman kepada Allah dan
hari akhir, maka berkatalah yang baik atau harus diam “. ( H.R.
Muslim )
SEMBRONO
Namun sayang banyak yang kurang berhati hati
dalam memanfaatkannya. Sehingga dengan seenaknya dalam berkata dan berjanji,
padahal kelak setiap ucapan akan diminta pertanggung jawabannya di hari
kebangkitan !.
Diantara kebiasaan buruk dalam memanfatkan lisan adalah “ berkata dusta “ dan “ berjanji “.
BAHAYA DUSTA
Dusta
adalah perkataan yang berbeda dengan kenyataan sebenarnya, biasanya dilakukan
guna membela diri atau demi mendapat keuntungan. Dusta sangat merugikan diri
sendiri dan orang lain. Bukankah dengan dusta akan membuat orang tidak akan
percaya lagi ?.
Bahkan kerugian
paling fatal bagi pendusta dia tidak akan mendapat hidayah ( petunjuk ) dari
Allah, sehingga sulit menerima kebenaran. Na’udzu billaahi min dzaalik.
"
...Sesungguhnya
Allah tidak memberi
petunjuk orang orang yang
melampaui batas lagi pendusta “. ( Q.S. Al Mukmin 28 )
TERGOLONG DOSA BESAR
Begitu berbahayanya
dusta termasuk kesaksian palsu, sehingga Nabi s.a.w. sampai
mengulang beberapa kali !.
Dari Abu Bakrah r.a. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda : "
Maukah kamu sekalian aku beritahu tentang sebesar besar
dosa besar ? ". Kami menjawab : " Baiklah wahai Rasulullah ". Beliau
bersabda : " Yaitu menyekutukan Allah, berani kepada kedua orang tua
", waktu itu beliau masih bersandar, kemudian beliau duduk seraya bersabda
: " Ingatlah berkata dusta dan
saksi palsu ". Beliau selalu mengulang ulangnya sehingga kami berkata : " Semoga
beliau segera diam ". ( H.R. Bukhari dan Muslim )
HINA
Begitu hinanya prilaku dusta, sampai Allah
berfirman setelah memerintahkan menjauhi berhala kemudian dilanjutkan dengan
larangan berdusta.
" Maka jauhilah olehmu berhala berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan perkataan
dusta ". ( Q.S. AL Hajj 30 )
Larangan berlaku dusta sangat
tepat, karena dengan dusta akan mengakibatkan terjadinya bermacam macam tindak
kejahatan : Penipuan, pemalsuan, korupsi dan sebangsanya.
FATAL
Ingat kasus korupsi yang
menguras kas negara yang mengakibatkan rakyat jadi sengsara, ujung ujungnya
bersumber dari “ dusta juga “. Apalagi didukung sidang pengadilannya “
yang mbulet “, bukankah akibat dusta bisa menimbulkan “ kesaksian palsu
“, yang diskenario sedemikian rupa, sehingga keadilan sulit ditegakkan, yang
benar jadi salah yang salah jadi benar. Begini akibat bila tidak
mengindahkan kaidah agama, sehingga negara jadi tidak barokah. Na’udzu
billah.
HATI HATI DENGAN JANJI
Demikian
pula halnya dengan janji, banyak yang sembrono, sehinggga dengan entengnya
ketika berjanji mengucapkan kata kata : “ Insyaa Aallah “, agar nampak islami,
namun kenyataannya ?, tidak ditepati !.
CIRI MUNAFIK
Bukankah
Nabi s.a.w. bersabda : “ Ciri munafik ada tiga, bila berkata dusta,
bila berjanji ingkar dan bila diamanati berkhianat “. Betapa buruk dan
rendahnya yang sembrono dalam menggunakan lisan, sehingga digolongkan munafik
!. Dalam hadits lain beliau menambahkan :
“ Walau sholat, walau puasa dan mengaku Muslim “.
MEMEPERBAIKI AMALAN
Begitu tinggi
dan dalam nilai ajaran agama, ternyata sangat erat hubungan perkataan dan
amalan, dengan berkata benar akan berdampak pada amalan, pada prilaku, sehingga
dengan berkata benar Allah akan memperbaiki prilakunya, mengapa ?.
Bukankah sebelum berkata dimulai dengan niat dalam hati, akankah berkata
benar atau sebaliknya ?, disini letak rahasianya !. Dengan niat yang baik pasti
kata kata yang diucapkan akan di hati hati, akan selalu dijaga agar selalu
berkata benar, tidak dusta, termasuk dalam berjanji.
Bila
sesuatu dilakukan dengan niat yang baik, akan menghasilkan perbuatan yang baik
pula, sehingga disini terjadi koneksi ( hubungan ) dengan Allah, dengan
demikian Allah akan memelihara dan memperbaiki amalannya.
“ .......Katakanlah
perkataan
yang benar, niscaya
Allah memperbaiki bagimu amalan amalanmu.....”.
DIAMPUNI DOSANYA
“....Dan
mengampuni bagimu dosa dosamu.......”.
Karena tingginya nilai berkata benar, sehingga Allah akan
mengampuninya pula dosanya.
JUJUR MEMBAWA KETENANGAN
Ajaran agama sarat dengan hikmah, jiwa pasti akan
resah dan tidak tenang, bila tidak benar / jujur. Bukankah fithrah jiwa suka akan
kebenaran, suka pada kejujuran, suka pada kebaikan !. Bukankah Rasulullah s.a.w. bersabda :
"
Sesungguhnya benar / jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu
menimbulkan kebimbangan ( keresahan ) ". (
H.R. Turmudzi )
Ingat bahwa bila jiwa dalam keadaan tenang, sistim kekebalan tubuh akan
meningkat, badan tidak mudah terserang penyakit, alias sehat. Alhamdulillah
KISAH TAULADAN
“ YA AMIRUL MUKMININ TEPATI KATA KATAMU ! “
Umar Ibnul Khaththab r.a.
sebelum memeluk Islam dikenal keras tabiatnya, namun berkat do’a Nabi s.a.w.
luluh juga hatinya dan memeluk Islam. Setelah memeluk Islam tabiatnya berubah
total, sehingga tatkala menjabat sebagai khalifah dikenal sangat tanggap kepada
rakyatnya, adil dan bijaksana dalam mengambil keputusan, hukum benar benar
ditegakkan.
Suatu saat di mahkamah pengadilan akan mengeksekusi
panglima Persia karena kesalahannya, namun Hurmuzan sang panglima berkata : “
Ya Amirul mukminin sebelum eksekusi dilaksanakan bolehkah saya minta air ? “.
Umar dengan santunnya menjawab : “ Baik “. Setelah air diberikan sang panglima
berkata lagi dengan penuh hormat : “ Sebelum air saya minum apakah saya
didzalimi ( dihukum ) ? ”.
Di benak Umar terlintas pemahaman bahwa setelah air
diminum baru eksekusi dilaksanakan, bukankah
wajar bila seorang tawanan yang akan dieksekusi dipenuhi segala
permintaannya, maka dengan spontan dijawabnya permintaannya tersebut dengan penuh
hormat : “ Tidak ! “.
Diluar dugaan sang panglima, dengan serta merta membuang
air minumnya kelantai. Betapa kagetnya khalifah Umar r.a. melihat gelagat ini,
katanya minta minum kok ditumpahkan ?. Belum sempat berakhir keheranan khalifah
Umar, Hurmuzan berkata lagi dengan lantangnya : “ Ya Amirul Mukminin tepati
kata katamu, saya bebas sekarang ! “.
Betapa herannya khalifah Umar, sudah membuang air minum
yang dimintanya, bukannya berterima kasih justru membuangnya, betapa nista
prilakunya. Disaat khalifah Umar kebingungan, sahabat segera menasehati bahwa :
“ Hurmuzan benar, bukankah dia berkata : “ Sebelum air saya minum apakah saya
didzalimi ? “, anda kan menjawab : “ Tidak “, maka air tidak diminumnya, jadi
dia benar dengan mengatakan bahwa dia bebas “.
Akhirnya dengan memendam rasa sedikit dongkol, akhirnya khalifah
Umar rela membebaskan Hurmuzan demi kehormatan agama, dan menepati kata katanya
yang terlanjur diucapkan. Demikian tinggi nilai menghormati ajaran agama dalam
berkata kata sehingga tak akan menarik kembali kata kata yang terlanjur
diucapkannya.
Demikian
lihai sang panglima yang jeli dan memanfaatkan kedisiplinan khalifah dalam berjanji
dan berkata, sehingga Umar tergelincir dengan jawabannya yang polos. Namun
bagaimanapun kehormatan dan kebesaran agama tetap terjaga karena sikapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar