MELIHAT ALLAH
“ Dan
(ingatlah), ketika kamu berkata : " Hai Musa, kami tidak akan
beriman kepadamu sebelum kami
melihat Allah dengan terang ( dengan
mata telanjang ), karena itu kamu
disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya ". ( Q.S. Al Baqarah 55 )
Bani
Israil dikenal pandai tetapi berwatak keras, mbulet, sombong dan sulit diatur
bahkan sampai sekarang. Ingat kasus Israil dan Palestina yang tak kunjung
selesai, karena watak mbulet dan kerasnya orang Israil.
Begitu
congkaknya Bani Israil ( umat Nabi Musa a.s. ) sehingga menantang Nabi Musa
a.s. ingin melihat Allah dengan mata telanjang, sebagai syarat untuk beriman. Karena permintaan
yang menunjukkan keingkaran dan ketakabburan
mereka, sehingga mereka
disambar halilintar sebagai adzab
dari Allah.
KENAL ALLAH
Ketika masih remaja seseorang
bertanya kepada saya : “ Kamu sholat ya ? “, “ Ya “ jawab saya, “ Kamu yakin
akan adanya Allah ? “ tanyanya, “ Ya ! “ jawab saya penuh heran. Selanjutnya
pertanyaan sangat mengejutkan diajukan, yang seumur hidup baru kali itu saya
mendengarnya : “ Pernah melihat Allah ?
“, hati saya bak disambar petir sehingga tertegun mendengar pertanyaan aneh
tersebut, dalam hati saya mulai timbul rasa curiga.
Ternyata
penegasan berikutnya membuktikan kecurigaan saya kepada orang tersebut : “ Walau kamu sholat kan belum pernah mengenal
dan melihat Allah !, tetapi saya sudah pernah melihat dan bahkan menyatu dengan
Allah ! “. Saya jadi tambah heran
dan penasaran.
Selanjutnya
dia menyampaikan pernyataannya yang membuat hati saya jadi semakin heran dan
curiga : “ Karena saya sudah ma’rifat ( mengenal ) dengan Allah, maka saya tidak
perlu melaksanakan sholat ! “. Mengingat pernyataannya yang diluar ajaran
agama dan sangat menyakitkan hati, saya jadi tak perlu melayani lagi.
BISAKAH MELIHAT ?
Orang yang
mengaku bisa melihat Allah apalagi sudah menyatu dengan Allah ( ma’rifat )
jelas dusta !, apalagi tidak perlu melaksanakan sholat tambah membuktikan
kedustaannya !!, karena Rasulullah s.a.w. sendiri sebagai Nabi ahir zaman, yang
dijamin masuk syurga tidak pernah meninggalkan sholat, bahkan walau beliau
dalam keadaan sakit sholat tetap ditunaikan.
Inilah ajaran sesat yang jelas menyimpang
dari ajaran agama Islam, dengan kedok ma’rifat dengan Allah, seolah lebih suci,
lebih dekat dan jiwanya sudah menyatu dengan Allah.
Mungkinkah sebagai makhluk ciptaan
Nya bisa menyatu dengan Pencipta Nya ?. Jelas tidak mungkin !, hanya orang yang
sesat sajalah yang mempercayai faham tersebut. Lebih lebih didukung sifat malas
melaksanakan sholat, maka ma’rifat dipakai sebagai alasan, demikan licin dan
liciknya setan menghembuskan tipuannya guna menyesatkan manusia.
SEOLAH MELIHAT
Suatu saat Malaikat Jibril
datang secara tiba tiba dalam bentuk manusia berpakaian serba putih berambut
hitam, yang tidak diketahui arah kedatangannya, bertanya kepada Nabi s.a.w.
dihadapan para sahabat tentang “ iman
dan Islam “, kemudian dijawab dengan tepat oleh Nabi dan dibenarkannya.
Kemudian Jibril melanjutkan pertanyaan tentang “ ihsan “.
“ .......Ia ( Jibril ) bertanya : “ Apakah ihsan itu ? “, Nabi s.a.w. bersabda :
“ Engkau beribadah kepada Allah seakan akan engkau melihat Nya, jika engkau
tidak melihat Nya, sesungguhnya Dia melihatmu ........“. ( H.R. Bukhari )
Dari hadits tersebut Nabi
s.a.w. memberikan pemahaman : “ Seakan akan engkau melihat Nya, jika engkau
tidak melihatnya, sesungguhnya Dia
melihatmu !.
Alangkah
bijaknya Nabi s.a.w. memberikan nasehat dengan kalimat : “ Seakan akan engkau
melihat Nya, jika engkau tidak melihatnya....”, dengan kalimat ini jelas bahwa Allah tidak bisa dilihat !.
TIDAK BISA DILIHAT
Di dunia untuk melihat Allah
jelas tidak mungkin, melihat ciptaannya saja tidak mampu apalagi melihat
pencipta Nya. Disaat matahari menyengat panas di atas kepala, coba lihat dan
tatap !, mampukah melakukan ?, itu baru ciptaan Nya, apalagi Sang Pencipta Nya,
jelas tidak mungkin bisa !!!.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a. dari Masyruq r.a. ia berkata aku berkata
kepada ‘Aisyah r.a. : “ Wahai ibu apakah Nabi Muhammad s.a.w. melihat Rabbnya ?
“, maka ‘Aisyah r.a. menjawab : “ Pertanyaanmu membuat rambutku berdiri, dimanakah
(pemahamanmu) dari tiga hal ini, barang siapa yang menceritakan kepadamu
mengenai tiga hal ini maka sungguh dia telah berdusta. Barang siapa yang menceritakan
bahwa Muhammmad s.a.w. melihat Rabbnya maka sungguh dia telah berdusta,
kemudian ‘Aisyah r.a. membaca ayat : “ Dia
tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang
kelihatan,
dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui ( Q.S. Al
An’am 103 )........”. ( H.R. Bukhari
)
Dari
keterangan hadits tersebut jelas bahwa Allah tidak dapat dilihat, bahkan yang
mengaku pernah melihat Allah dikatakan “
dusta “ oleh ‘Aisyah r.a.
MELIHAT ALLAH
Siapa yang tak ingin melihat
Allah Sang Pencipta yang selalu menjaga, memelihara selama hidup di dunia,
apalagi diibadahi selama hidupnya.
Namun
mungkinkah bisa melihat Allah ?, atas Kemurahan Nya kelak para peng
huni syurga saja yang bisa dengan leluasa melihat Nya
berkat Kekuasaan Nya. Mengapa ?, bukankah kelak kata Rasulullah s.a.w. para
penghuni syurga anatomi tubuhnya dirubah ( sesuai dengan kondisi syurga yang luas serta ukuran hunian berupa istana yang megah ), sehingga tinggi
tubuh seperti tinggi Nabi Adam : 60 hasta ( sekitar 60 m ). Dengan demikian telinga
ikut berubah, demikian pula dengan hidung, mata dan lainnya, pasti akan ikut berubah
pula ukuran dan kemampuannya.
Sehingga
tubuh, telinga, hidung, mata bisa menikmati apa yang dahulunya tidak bisa didengar,
dibau, dirasa, diraba maupun dilihat, karena kenikmatan di syurga memang
berbeda dengan keadaan di dunia yang serba terbatas, sulit dan penuh resiko !
Termasuk
kenikmatan bisa melihat Allah !, kenikmatan puncak di syurga.
DIIZINKAN BISA MELIHAT
Diriwayatkan dari Abu Musa r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Ada
dua syurga yang bejana dan isinya dari perak. Dan ada dua syurga yang bejana
dan isinya dari emas. Tidak ada yang menghalangi antara orang orang dengan
pandangannya kepada Rabb ( Tuhan ) mereka kecuali selendang Al Kibr ( kebesaran
) di wajah Nya di syurga Adn “. (
H.R. Bukhari )
Dari sabda Nabi s.a.w.
tersebut jelas bahwa para penghuni syurga Adn kelak dapat melihat Allah dengan
jelas. Bayangkan betapa bahagianya bisa melihat Tuhan yang sehari hari
diibadahi tanpa bisa dilihatnya, kemudian di Syurga dengan Kebesaran dan
Kemurahan Nya dapat menatapnya dengan jelas.
“ Katakanlah : “ Sesungguhnya
aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: " Bahwa sesungguhnya
Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap “ perjumpaan
dengan Tuhannya “, maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang sholih dan janganlah
ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya " . ( Q.S. Al Kahfi 110
Semoga
Allah menjadikan kita hamba yang suka beramal sholih dan jauh dari kemusyrikan,
agar kelak bisa berjumpa dengan Nya. Amiin.
KISAH TAULADAN
HAMBA YANG IKHLAS
Di
Bondowoso pernah hidup seorang hamba keturunan Arab, walau kaya penampilannya
sangat sederhana, namun sangat perduli dan memperhatikan kesengsaraan kaum
dhu’afa, namun amal beliau selalu dirahasiakan hawatir terjerumus kedalam
perbuatan ria ( amal karena ingin dilihat orang ).
Karena penampilannya yang sederhana apalagi
sangat pendiam, orang banyak pada menghina, mencibir bahkan ada yang sampai
meludahi ketika lewat di hadapannya, namun beliau tak memperdulikannya.
Kaum
dhu’afa dikampungnya sering menerima bingkisan sembako dari sebuah toko, dikira
kaum dhu’afa pemilik toko tersebut yang memberinya.
Suatu saat
orang Arab tersebut meninggal dunia, orang sama tak perduli, dianggapnya untuk
apa perduli kepada orang kaya namun tak pernah sedekah.
Namun
keadaan jadi berubah, karena setelah meninggalnya orang Arab tersebut kaum
dhu’afa tidak pernah mendapat jatah sembako seperti dulu lagi.
Kaum
dhu’afa pada heran dan penasaran apa sebab tidak dapat kiriman sembako lagi,
mereka pada datang ke toko guna menanyakan penyebab jatah sembako tidak dikirim
lagi.
Ahirnya
rasa penasaran mereka terjawab sudah oleh pemilik toko, bahwa sebenarnya jatah
sembako berasal dari sedekah orang Arab yang telah meninggal dunia , dan
pemilik toko dipesan agar jangan menyebut siapa yang menyumbangnya.
Betapa
kagetnya mereka, betapa tidak ?, orang yang dihina, dicerca bahkan sampai ada
yng meludahi, ternyata orang yang baik. Kaum dhu’afa sama menyesali
perbuatannya, karena telah bersangka buruk ( suudhon ) terhadap orang yang
telah menyantuninya selama bertahun tahun.
Ahirnya
mereka sama menangis karena menyesal, sambil mendatangi rumah orang Arab
tersebut untuk meminta maaf kepada keluarganya.
Maka
jangan suka melihat manusia pada penampilannya, namun lihatlah sikap hatinya
yang tak suka pamer, unjuk amal, karena mengharap pujian manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar