PUASA PENGGUGAH JIWA
“ Hai orang orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang orang sebelum kamu
agar kamu bertakwa “. ( Q.S. Al Baqarah 183 )
Ramadlan merupakan
bulan istimewa, karena penuh ampunan dan pahala. kaum muslimin pasti akan menyongsongnya
dengan gembira.
Demikian halnya dengan para sahabat Nabi s.a.w. mereka juga menyambutnya dengan
suka ria, dan berubah sedih dikala bulan ramadlan akan meninggalkannya.
PERSIAPAN
Ibarat akan melakukan
perjalanan, pasti bekal sudah dipersiapkan. Demikian halnya dengan puasa
Ramadlan, sudahkan dipersiapkan ?.
Dibalik menyambut
dengan kegembiraan, sudahkah diimbangi dengan persiapan yang matang ?. Persiapan
physic Insyaa Allah kuat dan tahan, karena sudah terlatih untuk tidak minum dan
makan, bahkan sudah puluhan tahun dilakukan !. Namun justru kesiapan jiwa yang
banyak diabaikan, padahal ini sangat menentukan !. Artinya siap untuk
meninggalkan perbuatan tidak terpuji, dan tercela, prilaku mengumbar dan
memperturutkan hawa nafsu ajakan setan !.
NIAT
Guna lebih memantapkan dalam
berpuasa maka niat dalam hati perlu dicanangkani, agar puasa tidak melenceng
dari tujuan.
Dari
Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. beliau bersabda : “ Barang siapa
yang berpuasa pada bulan ramadlan dengan penuh
keimanan dan hanya mengharap pahala Allah, maka diampunilah dosanya yang lalu
“. ( H.R. Bukhari Muslim )
Disini pentingnya memantapkan niat
atas dasar iman dan mengharap pahala dan ampunan, sehingga puasanya bisa
terjaga dari prilaku sia sia, dari nafsu yang tak terarah, sehingga menghasilkan jiwa taqwa
semata.
SIA SIA
Jika puasa hanya
meninggalkan makan dan minum, artinya puasanya hanya sebatas puasa physic
alias badan, sehingga prilakunya tetap tidak ada perbedaan : Emosi tak dikendalikan,
marah dibiarkan, berkata kasar, kotor, dusta dan ketidak jujuran tetap
dilakukan, ini akibat bila jiwa tidak diikut sertakan.
Menyertakan jiwa
ikut berpuasa sangat menentukan nilai puasa, karena bila tidak puasanya tak
akan berpahala akan sia sia, bahkan Allah tak membutuhkannya !. Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Nabi s.a.w. bersabda :
“ Barang siapa yang tidak meninggalkan kata kata dusta dan selalu
memperbuatnya, maka Allah tidak memperdulikan puasanya dimana ia telah susah
payah meninggalkan makan dan minum “. (
H.R. Bukhari )
KEISTIMEWAAN
PUASA RAMADLAN
Dari Abu Hurairah
r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda : " Allah berfirman : Setiap amal
anak Adam adalah untuk anak Adam itu sendiri, melainkan puasa. Sesungguhnya puasa
itu bagi Ku, dan Aku membalasi puasanya itu. Puasa itu bagaikan perisai, maka
apabila seseorang kamu berpuasa, maka janganlah berkata kotor dan jangan pula
berkata kasar. Jika seseorang mencacinya atau menyerangnya, maka hendaklah ia
mengatakan : " Aku ini puasa ". Demi Allah yang diri
Muhammad berada dalam genggaman Nya, sesungguhnya bau busuk mulut orang yang
berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada bau kesturi. Bagi
orang yang berpuasa ada dua kegembiraan yang menggembirakannya : " Apabila
ia berbuka ia gembira, dan apabila ia menemui Tuhan Nya dia gembira dengan puasanya
". (
H.R. Bukhari )
Menilik
hadits Anas r.a. katanya :
" Rasulullah saw. ditanya : " Sedekah manakah yang terutama ?
" Jawabnya : " Sedekah bulan Ramadhan ". ( H.R. Tirmidzi )
PINTU
NERAKA DITUTUP SETAN DIBELENGGU
Karena
sayangnya Allah
pada hamba Nya agar dapat melaksanakan puasa dengan sempurna, sampai sampai
setanpun dibelenggu agar tak menggangunya.
Dari
Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : " Apabila tiba bulan Ramadhan, maka
dibukalah pintu pintu syurga dan ditutuplah pintu pintu neraka dan dibelenggulah
setan setan ". ( H.R. Bukhari Muslim )
Setan dibelenggu
bukan kata kiasan, setan memang benar benar tidak di
beri kesempatan menggoda !,
sebagai bukti, bukankah dibulan Ramadlan sholat berjamaah menjadi bersemangat
dan terasa mudah, bahkan ketika subuh masjid yang biasanya sepi jadi penuh jama’ah.
Shodaqohpun jadi lebih bersemangat dan mudah.
PUASA DAN KESABARAN
Jika
setan memang dibelenggu mengapa masih saja ada prilaku tak terpuji : marah, perkelahian, ketidak jujuran,
pencurian, pengkhianatan, penipuan dan sebangsanya ?. Disini membuktikan bahwa “
nafsu belaka yang berperan “.
Disini pentingnya
niat, dengan niat yang kokoh, artinya puasa dilakukan secara total, bukan hanya
tidak makan dan minum saja, namun nafsu harus diikutkan puasa juga : menahan
marah, menahan emosi, menahan ketidak jujuran, menahan diri dari pengkhianatan,
penipuan ( pemalsuan ) dan sebangsanya. Ini baru dinamakan puasa total.
Bukankah
ketika puasa kita bisa sabar, tidak makan dan minum, tidak berkumpul istri di
siang hari, walau makanan, minuman dan istri halal hukumnya, mengapa bisa sabar
?. Namun sayang bila kesabaran jasmani ini tidak diikuti kesabaran rohani pula
?, sayang kan bila jiwa tidak dipelihara, tidak disehatkan alias diterlantarkan
!.
Jika jiwa
diikut sertakan puasa, maka dalam jiwa akan jadi
makin peka, makin sabar, makin perduli, suka menolong, tidak suka
mendzalimi. Maka sangat tepat
bila dalam beribadah puasa dikaitkan dengan memperbanyak ibadah dan memperbanyak
sedekah.
PUASA DAN KEDISIPLINAN
Dalam berpuasa prilaku jadi otomatis berubah, yang
biasanya makan sendiri sendiri bisa makan ( berbuka ) bersama, sahur bersama.
Yang biasanya sholat di rumah dengan mudahnya berangkat sholat berjama’ah.
Akankah
kedisiplinan ini akan berubah lagi setelah bulan Ramadlan, sayangkan, begitu
hebat pendidikan di bulan Ramadaln.
PUASA DAN KEJUJURAN
Suatu saat
di acara buka bersama, waktu tinggal beberapa menit untuk berbuka, kami
memanggil seorang anak kemudian bertanya : “ Kamu mau berbuka sekarang ?, “
Tidak ! “, jawabnya, “ jika saya beri Rp 50.000. kamu mau berbuka ? “, “ Tidak
“, jawabnya tegas, “ Mengapa ? “, “ Berdosa “. Begitu tegas
dan meyakinkan jawabannya, jawaban yang timbul dari jiwa
keimanan yang kokoh yang meyakinkan dari seorang anak kecil.
Namun
ketika meningakat dewasa dan pada mencari nafkah, mengapa kejujuran bisa
luntur, seakan jiwa pendidikan puasa lewat begitu saja, seolah tak berbekas,
sayangkan ?.
KISAH TAULADAN
RASULULLAH S.A.W. DAN
PENGEMIS BUTA
Di sudut pasar Madinah Al Munawarah seorang pengemis Yahudi
setiap hari apabila ada orang mendekatinya dia selalu berkata : " Wahai
saudaraku jangan dekati Muhammad, dia orang gila, dia pembohong, dia tukang sihir, apabila
kalian mendekatinya akan dipengaruhinya ! ". Padahal setiap pagi Rasulullah s.a.w.
selalu mendatanginya
dengan membawa makanan, tanpa berkata sepatah kata pun menyuapinya kepada
pengemis tersebut sampai beliau wafat.
Setelah Rasulullah s.a.w. wafat tidak ada lagi yang membawakan makanan kepada pengemis
tersebut. Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.a.
Beliau bertanya kepada anaknya : "
Anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.a. menjawab
: "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu
sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah
itu?", tanya Abubakar r.a. “Setiap pagi Rasulullah s.a.w. selalu pergi ke
ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang
berada di sana", kata Aisyah r.a. Keesokan harinya Abubakar r.a. pergi ke
pasar membawa makanan untuknya.
Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapi pengemis marah sambil
berteriak : "Siapakah kamu ?". Abubakar r.a menjawab : "Aku
orang yang biasa". "Bukan !, engkau bukan orang yang biasa
mendatangiku", jawab si pengemis buta. Apabila dia datang kepadaku tidak
perlu tanganku ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang
biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya
makanan tersebut dengan mulutnya, kemudian dia memberikan padaku dengan
mulutnya sendiri ", begitu celotehnya.
Abubakar r.a. tidak dapat
menahan air matanya, dia menangis sambil berkata kepada pengemis : “ Aku memang
bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari
sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. dia adalah Muhammad s.a.w. Setelah
pengemis mendengar cerita Abubakar r.a.
ia pun menangis kemudian berkata : “ Benarkah demikian?, selama ini aku selalu
menghinanya, memfitnahnya, dia tidak pernah memarahiku sedikitpun, dia
mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, dia begitu mulia”. Pengemis
Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar