Sabtu, 06 Juni 2015



PUASA PENGGUGAH JIWA

Hai orang orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang orang sebelum kamu agar kamu bertakwa “. ( Q.S. Al Baqarah 183 )

Ramadlan merupakan bulan istimewa, karena penuh ampunan dan pahala. kaum muslimin pasti akan menyongsongnya dengan gembira. Demikian halnya dengan para sahabat Nabi s.a.w. mereka juga menyambutnya dengan suka ria, dan berubah sedih dikala bulan ramadlan akan meninggalkannya.

PERSIAPAN
Ibarat akan melakukan perjalanan, pasti bekal sudah dipersiapkan. Demikian halnya dengan puasa Ramadlan, sudahkan dipersiapkan ?. 
Dibalik menyambut dengan kegembiraan, sudahkah diimbangi dengan persiapan yang matang ?. Persiapan physic Insyaa Allah kuat dan tahan, karena sudah terlatih untuk tidak minum dan makan, bahkan sudah puluhan tahun dilakukan !. Namun justru kesiapan jiwa yang banyak diabaikan, padahal ini sangat menentukan !. Artinya siap untuk meninggalkan perbuatan tidak terpuji, dan tercela, prilaku mengumbar dan memperturutkan hawa nafsu ajakan setan !.

NIAT
Guna lebih memantapkan dalam berpuasa maka niat dalam hati perlu dicanangkani, agar puasa tidak melenceng dari tujuan.
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. beliau bersabda : “ Barang siapa
 yang berpuasa pada bulan ramadlan dengan penuh keimanan dan hanya mengharap pahala Allah, maka diampunilah dosanya yang lalu “. ( H.R. Bukhari Muslim )
Disini pentingnya memantapkan niat atas dasar iman dan mengharap pahala dan ampunan, sehingga puasanya bisa terjaga dari prilaku sia sia, dari nafsu yang tak terarah, sehingga menghasilkan jiwa taqwa semata.

SIA SIA               
Jika puasa hanya meninggalkan makan dan minum, artinya puasanya hanya sebatas puasa physic alias badan, sehingga prilakunya tetap tidak ada perbedaan : Emosi tak dikendalikan, marah dibiarkan, berkata kasar, kotor, dusta dan ketidak jujuran tetap dilakukan, ini akibat bila jiwa tidak diikut sertakan.
Menyertakan jiwa ikut berpuasa sangat menentukan nilai puasa, karena bila tidak puasanya tak akan berpahala akan sia sia, bahkan Allah tak membutuhkannya !. Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Nabi s.a.w. bersabda : “ Barang siapa yang tidak meninggalkan kata kata dusta dan selalu memperbuatnya, maka Allah tidak memperdulikan puasanya dimana ia telah susah payah meninggalkan makan dan minum “. ( H.R. Bukhari )    

KEISTIMEWAAN PUASA RAMADLAN
Dari Abu Hurairah r.a., katanya Rasulullah saw. bersabda : " Allah berfirman : Setiap amal anak Adam adalah untuk anak Adam itu sendiri, melainkan puasa. Sesungguhnya puasa itu bagi Ku, dan Aku membalasi puasanya itu. Puasa itu bagaikan perisai, maka apabila seseorang kamu berpuasa, maka janganlah berkata kotor dan jangan pula berkata kasar. Jika seseorang mencacinya atau menyerangnya, maka hendaklah ia mengatakan : " Aku ini puasa ". Demi Allah yang diri Muhammad berada dalam genggaman Nya, sesungguhnya bau busuk mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada bau kesturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan yang menggembirakannya : " Apabila ia berbuka ia gembira, dan apabila ia menemui Tuhan Nya dia gembira dengan puasanya ".  ( H.R. Bukhari )
Menilik hadits Anas r.a. katanya : " Rasulullah saw. ditanya : " Sedekah manakah yang terutama ? " Jawabnya : " Sedekah bulan Ramadhan ". ( H.R. Tirmidzi )

PINTU NERAKA DITUTUP SETAN DIBELENGGU
Karena sayangnya Allah pada hamba Nya agar dapat melaksanakan puasa dengan sempurna, sampai sampai setanpun dibelenggu agar tak menggangunya.                                                   
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : "  Apabila tiba bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu pintu syurga dan ditutuplah pintu pintu neraka dan dibelenggulah setan setan ".   ( H.R. Bukhari Muslim )
Setan dibelenggu bukan kata kiasan, setan memang benar benar tidak di
beri kesempatan menggoda !, sebagai bukti, bukankah dibulan Ramadlan sholat berjamaah menjadi bersemangat dan terasa mudah, bahkan ketika subuh masjid yang biasanya sepi jadi penuh jama’ah. Shodaqohpun jadi lebih bersemangat dan mudah.

PUASA DAN KESABARAN
Jika setan memang dibelenggu mengapa masih saja ada prilaku tak terpuji :  marah, perkelahian, ketidak jujuran, pencurian, pengkhianatan, penipuan dan sebangsanya ?. Disini membuktikan bahwa “ nafsu belaka yang berperan “.            
Disini pentingnya niat, dengan niat yang kokoh, artinya puasa dilakukan secara total, bukan hanya tidak makan dan minum saja, namun nafsu harus diikutkan puasa juga : menahan marah, menahan emosi, menahan ketidak jujuran, menahan diri dari pengkhianatan, penipuan ( pemalsuan ) dan sebangsanya. Ini baru dinamakan puasa total.
Bukankah ketika puasa kita bisa sabar, tidak makan dan minum, tidak berkumpul istri di siang hari, walau makanan, minuman dan istri halal hukumnya, mengapa bisa sabar ?. Namun sayang bila kesabaran jasmani ini tidak diikuti kesabaran rohani pula ?, sayang kan bila jiwa tidak dipelihara, tidak disehatkan alias diterlantarkan !.  
Jika jiwa diikut sertakan puasa, maka dalam jiwa akan jadi makin peka, makin sabar, makin perduli, suka menolong, tidak suka mendzalimi. Maka sangat tepat bila dalam beribadah puasa dikaitkan dengan memperbanyak ibadah dan memperbanyak sedekah.

PUASA DAN KEDISIPLINAN 
Dalam berpuasa prilaku jadi otomatis berubah, yang biasanya makan sendiri sendiri bisa makan ( berbuka ) bersama, sahur bersama. Yang biasanya sholat di rumah dengan mudahnya berangkat sholat berjama’ah.
Akankah kedisiplinan ini akan berubah lagi setelah bulan Ramadlan, sayangkan, begitu hebat pendidikan di bulan Ramadaln. 
PUASA DAN KEJUJURAN
Suatu saat di acara buka bersama, waktu tinggal beberapa menit untuk berbuka, kami memanggil seorang anak kemudian bertanya : “ Kamu mau berbuka sekarang ?, “ Tidak ! “, jawabnya, “ jika saya beri Rp 50.000. kamu mau berbuka ? “, “ Tidak “, jawabnya tegas, “ Mengapa ? “, “ Berdosa “. Begitu tegas
dan meyakinkan jawabannya, jawaban yang timbul dari jiwa keimanan yang kokoh yang meyakinkan dari seorang anak kecil.
Namun ketika meningakat dewasa dan pada mencari nafkah, mengapa kejujuran bisa luntur, seakan jiwa pendidikan puasa lewat begitu saja, seolah tak berbekas, sayangkan ?.


KISAH TAULADAN

RASULULLAH S.A.W. DAN PENGEMIS BUTA

Di sudut pasar Madinah Al Munawarah seorang pengemis Yahudi setiap hari apabila ada orang mendekatinya dia selalu berkata : " Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia orang gila, dia pembohong, dia tukang sihir, apabila kalian mendekatinya akan dipengaruhinya  ! ". Padahal setiap pagi Rasulullah s.a.w. selalu mendatanginya dengan membawa makanan, tanpa berkata sepatah kata pun menyuapinya kepada pengemis tersebut sampai beliau wafat.
Setelah Rasulullah s.a.w.  wafat tidak ada lagi yang membawakan makanan kepada pengemis tersebut. Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.a. Beliau bertanya kepada anaknya :  " Anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.a. menjawab : "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah itu?", tanya Abubakar r.a. “Setiap pagi Rasulullah s.a.w. selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.a. Keesokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar membawa makanan untuknya.
Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapi pengemis marah sambil berteriak : "Siapakah kamu ?". Abubakar r.a menjawab : "Aku orang yang biasa". "Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta. Apabila dia datang kepadaku tidak perlu tanganku ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya, kemudian dia memberikan padaku dengan mulutnya sendiri ", begitu celotehnya.            

 Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, dia menangis sambil berkata kepada pengemis : “ Aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. dia adalah Muhammad s.a.w. Setelah pengemis  mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis kemudian berkata : “ Benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, dia tidak pernah memarahiku sedikitpun, dia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, dia begitu mulia”. Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar