Senin, 01 Mei 2017




HAMBA YANG DIDO’AKAN PARA MALAIKAT
      
“Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atas (karena kebesaran Tuhan) dan Malaikat Malaikat bertasbih serta memuji Tuhan Nya dan memohonkan ampun bagi orang orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah Dia lah yang Maha Pengampun lagi Penyayang“. (Q.S. Asy Syura (42) : 5)

Betapa beruntungnya bila mau memahami dan mendalami ajaran agama karena akan banyak mendapat manfaat dan hikmah, salah satu diantaranya  dido’akan para  Malaikat. Para Malaikat sudi berdo’a tehadap hamba Allah karena melakukan amalan khusus yang jarang diamalkan, diantaranya :
  
     1.  TIDUR DALAM KEADAAN SUCI
      Pada umumnya wudlu hanya dilakukan bila akan sholat, namun apa yang terjadi bila wudlu dilaksanakan ketika akan tidur, justru Malaikat akan “menemani dan memintakan ampun” kepada Allah.
  Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka Malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya.  Dia tidak akan bangun hingga Malaikat berdoa : Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci".
      
    2. MENANTI WAKTU SHOLAT DALAM KEADAAN SUCI
    demikian pula yang menanti saat sholat dalam keadaan suci (berwudlu), akan “dimintakan ampun dan disayangi Allah” oleh para Malaikat.
   Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para Malaikat akan mendoakannya : “Ya Allah ampunilah ia, ya Allah sayangilah ia". (H.R. Muslim)
      
      3. BERADA DI SHAF TERDEPAN
    Shof terdepan memiliki keutamaan khusus, sehingga yang menempatinya para Malaikat “akan bersholawat (memintakan ampun dan keberkahan) kepadanya”.
  Imam Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah dari Barra' bin 'Azib r.a., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : "Sesungguhnya Allah dan para Malaikat Nya bershalawat kepada yang berada di shaf   shaf terdepan".
      
      4. MERAPATKAN SHAF
Pada umumnya banyak yang sembono dalam merapatkan shof, padahal betapa pentingnya merapatkan shof ini, sehingga para Malaikat “akan bersholawat (memintakan ampun dan keberkahan) kepadanya”.
Imam Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : "Sesungguhnya Allah dan para Malaikat selalu bershalawat kepada orang orang yang menyambung shaf shaf".

5. MENGUCAPKAN AMIN BERTEPATAN DENGAN MALAIKAT
Menjawab amin yang bersamaan dengan amin para Malikat, ketika imam usai membaca akhir surat Al Fatihah, maka “akan diampuni dosanya yang lalu”.
Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : "Jika seorang Imam membaca : “ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaallin”, maka ucapkanlah oleh kalian aamiin, karena barangsiapa ucapannya bertepatan dengan ucapan Malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu". (H.R. Bukhari) 
  
  6. MELAKSANAKAN SHOLAT SHUBUH DAN ASHAR BERJAMA’AH
Begitu utamanya melaksanakan sholat berjama’ah shubuh dan ‘ashar, sehingga kelak “di hari qiamat dosanya diampuni”.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : "Para Malaikat berkumpul di saat shalat shubuh lalu para Malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan Malaikat pada siang hari tetap tinggal.  Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan Malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan Malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka : “Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?”, mereka menjawab : “Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat". 
  
  7. MENDO’AKAN SECARA RAHASIA 
  Mendo’akan orang lain biasanya berat dilakukan, padahal mendo’akan saudara sesama Muslim tanpa sepengetahuan yang dido’akan memiliki keutamaan istimewa, karena Malaikat “akan mengamini dan mendo’akan seperti do’anya.
  "Dari Ummu Darda' r.a., bahwasannya Rasulullah s.a.w. bersabda : "Do’a seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan.  Pada kepalanya ada seorang Malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka Malaikat tersebut berkata aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan". (H.R.  Muslim) 
  
 8. BERINFAQ
Betapa beruntungnya yang memahami hakekat harta, sehingga tidak bakhil dalam hidupnya, sehingga suka berinfak di jalan Allah. Hamba semacam ini akan selalu dido’akan Malaikat : “Ya Allah berikanlah ganti bagi orang yang berinfak 
Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata : “Ya Allah berikanlah ganti bagi orang yang berinfak”.  Dan lainnya berkata : “Ya Allah hancurkanlah harta orang yang pelit". (H.R. Bukhari dan  Muslim) 

9. SAHUR.
Karena ajaran agama penuh hikmah (jauh dari kemudhorotan), maka dalam melaksanakan puasa disyariatkan sahur (agar barokah). Karena ke Murahan Nya pula maka terhadap yang sahur Allah dan para Malaikat Nya pada bersholawat padanya”.
Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar r.a., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : "Sesungguhnya Allah dan para Malaikat Nya bershalawat kepada orang orang yang makan sahur".  
      
      10. MENJENGUK ORANG SAKIT (‘IYADAH)
  Demikian pula dengan menjenguk orang sakit (‘iyadah) memiliki keutamaan luar biasa, sehingga “70.000. Malaikat akan bersholawat kepadanya.
   Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 Malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh".
      
      11. MENGAJARKAN KEBAIKAN  
   Karena agama Islam sangat menjunjung tinggi nilai ilmu, maka begitu mulianya yang mengajarkan kebaikan (ilmu), sehingga segenap makhluk (termasuk Malaikat) akan “bersholawat kepadanya.                  
    Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian.  Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat (memintakan ampun dan keberkahan) kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain".
    Semoga Allah melimpahkan hidayah Nya, agar kita dengan mudah bisa melaksanakan amalan istimewa tersebut, Amiin. 
                  .

KISAH TAULADAN
              ABU NAWAS             
               
Nama asli Abu Ali al Hasan bin Hani al Hakami, kelahiran 145 H (747 M) Ahvaz, Persia (Iran), ayahnya Hani al Hakam berdarah Arab, ibu Persia. Sejak kecil sudah yatim, sang ibu membawanya ke Bashrah, Irak untuk belajar berbagai ilmu pengetahuan.
Masa mudanya berperilaku kontroversial sehingga membuatnya  sebagai tokoh unik dalam khazanah sastra Arab Islam. Walau demikian  sajak sajaknya bernuansa sprirtual, di samping cita rasa kemanusiaan dan keadilan. Belajar sastra Arab kepada Abu Zaid al Anshari dan Abu Ubaidah, juga belajar Al Quran dan ilmu Hadits.
Pertemuannya dengan penyair dari Kufah, Walibah bin Habab al Asadi, membawanya ke puncak kesusastraan Arab. Walibah sangat tertarik pada bakatnya, kemudian membawanya kembali ke Ahwaz, lalu ke Kufah. Di Kufah bakat Abu Nawas digembleng. Ahmar menyuruh Abu Nawas berdiam di pedalaman, hidup bersama orang orang Arab Badui guna memperdalam dan memperhalus bahasa Arab.
Kemudian ke Baghdad, di pusat peradaban Dinasti Abbasyiah inilah berkumpul dengan para penyair. Berkat kepiawaiannya menulis puisi, dia bisa berkenalan dengan para bangsawan. Namun sayang karya ilmiahnya jarang dikenal di dunia intelektual,  hanya dipandang sebagai orang bertingkah lucu dan tidak lazim. Kepandaiannya berpuisi menarik perhatian Khalifah Harun al Rasyid kemudian diundang  menjadi penyair istana.
Suatu ketika Abu Nawas membaca puisi Kafilah Bani Mudhar yang dianggap menyinggungnya. Khalifah murka, kemudian memenjarakannya.
Sejak mendekam di penjara, syair syairnya berubah, menjadi religius. Jika sebelumnya sangat membanggakan kehidupan duniawi glamor dan hura hura, kini lebih pasrah kepada kekuasaan Allah.               
Sajak sajak tobatnya bisa ditafsirkan sebagai jalan panjang menuju Tuhan. Meski dekat dengan Sultan Harun al Rasyid, Abu Nawas tak selamanya hidup dalam kegemerlap duniawi. Dia pernah hidup dalam kegelapan tetapi yang justru membawa keberkahan tersendiri.
Seorang sahabatnya, Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah, memberi kesaksian, akhir hayat Abu Nawas diwarnai dengan kegiatan ibadah.                        
Wafat sekitar tahun 190 H/806 M, meninggal karena dianiaya seseorang yang disuruh oleh keluarga Nawbakhti yang menaruh dendam kepadanya.  Dimakamkan di Syunizi jantung Kota Baghdad. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar