HAMBA YANG DIDO’AKAN PARA MALAIKAT
“Hampir saja langit itu pecah
dari sebelah atas (karena kebesaran Tuhan) dan Malaikat Malaikat bertasbih
serta memuji Tuhan Nya dan memohonkan ampun bagi orang orang yang ada di
bumi. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah Dia lah yang Maha Pengampun lagi
Penyayang“. (Q.S. Asy Syura (42) : 5)
Betapa beruntungnya bila mau memahami dan mendalami
ajaran agama karena akan banyak mendapat manfaat dan hikmah, salah satu diantaranya dido’akan para Malaikat.
Para Malaikat sudi berdo’a tehadap hamba Allah karena
melakukan amalan
khusus yang jarang diamalkan, diantaranya :
|
1. TIDUR DALAM KEADAAN SUCI
Pada umumnya wudlu hanya
dilakukan bila akan sholat, namun apa yang terjadi bila wudlu dilaksanakan
ketika akan tidur, justru Malaikat akan “menemani dan memintakan ampun”
kepada Allah.
Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah
bin Umar ra., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan
suci, maka Malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga Malaikat
berdoa : “Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan
suci".
2. MENANTI
WAKTU SHOLAT DALAM KEADAAN
SUCI
demikian
pula yang menanti saat sholat dalam keadaan suci (berwudlu), akan “dimintakan
ampun dan disayangi Allah” oleh para Malaikat.
Dari Abu Hurairah ra., bahwa
Rasulullah s.a.w. bersabda : "Tidaklah
salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada
dalam keadaan suci, kecuali para Malaikat akan mendoakannya : “Ya Allah
ampunilah ia, ya Allah sayangilah ia". (H.R. Muslim)
3. BERADA DI SHAF TERDEPAN
Shof
terdepan memiliki keutamaan khusus, sehingga yang menempatinya para Malaikat “akan
bersholawat (memintakan ampun dan keberkahan) kepadanya”.
Imam Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah
dari Barra' bin 'Azib r.a., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda :
"Sesungguhnya Allah dan para Malaikat Nya bershalawat kepada yang berada
di shaf shaf terdepan".
4. MERAPATKAN SHAF
Pada
umumnya banyak yang sembono dalam merapatkan shof, padahal betapa pentingnya merapatkan
shof ini, sehingga para Malaikat “akan bersholawat (memintakan ampun dan
keberkahan) kepadanya”.
Imam Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah
s.a.w. bersabda : "Sesungguhnya
Allah dan para Malaikat selalu bershalawat kepada orang orang yang menyambung
shaf shaf".
5. MENGUCAPKAN AMIN BERTEPATAN DENGAN MALAIKAT
Menjawab amin yang bersamaan dengan amin
para Malikat, ketika imam usai membaca akhir surat Al
Fatihah, maka “akan diampuni dosanya yang
lalu”.
Dari Abu Hurairah ra., bahwa
Rasulullah s.a.w. bersabda : "Jika
seorang Imam membaca : “ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaallin”, maka
ucapkanlah oleh kalian aamiin, karena barangsiapa ucapannya bertepatan dengan
ucapan Malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu". (H.R. Bukhari)
6. MELAKSANAKAN
SHOLAT SHUBUH DAN ASHAR BERJAMA’AH
Begitu utamanya melaksanakan sholat berjama’ah shubuh dan
‘ashar, sehingga kelak “di hari qiamat dosanya diampuni”.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu
Hurairah ra., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : "Para Malaikat
berkumpul di saat shalat shubuh lalu para Malaikat (yang menyertai hamba)
pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke
langit), dan Malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka
berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan Malaikat yang ditugaskan pada
siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan Malaikat yang
bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka : “Bagaimana
kalian meninggalkan hambaku ?”, mereka menjawab : “Kami datang sedangkan
mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka
sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat".
7. MENDO’AKAN
SECARA RAHASIA
Mendo’akan orang lain biasanya
berat dilakukan, padahal mendo’akan saudara sesama Muslim tanpa sepengetahuan
yang dido’akan memiliki keutamaan istimewa, karena Malaikat “akan
mengamini dan mendo’akan seperti do’anya”.
"Dari Ummu Darda' r.a.,
bahwasannya Rasulullah s.a.w. bersabda : "Do’a
seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang
didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang
Malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdo’a untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka Malaikat tersebut berkata “aamiin
dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan". (H.R. Muslim)
8. BERINFAQ.
Betapa beruntungnya yang memahami hakekat harta, sehingga
tidak bakhil dalam hidupnya, sehingga suka berinfak di jalan Allah. Hamba
semacam ini akan selalu dido’akan Malaikat : “Ya Allah berikanlah ganti
bagi orang yang berinfak”
Dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : "Tidak
satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2
malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata : “Ya Allah
berikanlah ganti bagi orang yang berinfak”. Dan lainnya berkata : “Ya
Allah hancurkanlah harta orang yang pelit". (H.R. Bukhari dan Muslim)
9. SAHUR.
Karena ajaran agama
penuh hikmah (jauh dari kemudhorotan), maka dalam melaksanakan puasa
disyariatkan sahur (agar barokah). Karena ke Murahan Nya pula maka
terhadap yang sahur “Allah dan para Malaikat Nya pada
bersholawat padanya”.
Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath
Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar r.a., bahwa Rasulullah s.a.w.
bersabda : "Sesungguhnya
Allah dan para Malaikat Nya bershalawat kepada orang orang yang makan
sahur".
10. MENJENGUK ORANG SAKIT (‘IYADAH).
Demikian
pula dengan menjenguk orang
sakit (‘iyadah) memiliki keutamaan luar biasa, sehingga “70.000. Malaikat akan bersholawat kepadanya”.
Imam Ahmad meriwayatkan
dari 'Ali bin Abi Thalib r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : "Tidaklah
seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 Malaikat
untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga
sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh".
11. MENGAJARKAN
KEBAIKAN
Karena agama Islam sangat menjunjung
tinggi nilai ilmu, maka begitu mulianya yang mengajarkan kebaikan (ilmu),
sehingga segenap makhluk (termasuk Malaikat) akan “bersholawat kepadanya”.
Diriwayatkan oleh Imam
Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda :
"Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku
atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni
langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan,
semuanya bershalawat (memintakan ampun dan keberkahan) kepada orang yang
mengajarkan kebaikan kepada orang lain".
Semoga Allah melimpahkan hidayah Nya,
agar kita dengan mudah bisa melaksanakan amalan istimewa tersebut, Amiin.
.
KISAH TAULADAN
ABU
NAWAS
Nama asli Abu Ali al Hasan bin Hani al Hakami,
kelahiran 145 H (747 M) Ahvaz, Persia (Iran), ayahnya Hani al Hakam berdarah
Arab, ibu Persia. Sejak kecil sudah yatim, sang ibu membawanya ke Bashrah, Irak
untuk belajar berbagai ilmu pengetahuan.
Masa mudanya berperilaku kontroversial
sehingga membuatnya sebagai tokoh unik
dalam khazanah sastra Arab Islam. Walau demikian sajak sajaknya bernuansa sprirtual, di
samping cita rasa kemanusiaan dan keadilan. Belajar
sastra Arab kepada Abu Zaid al Anshari dan Abu Ubaidah, juga belajar Al Quran
dan ilmu Hadits.
Pertemuannya dengan penyair dari Kufah,
Walibah bin Habab al Asadi, membawanya ke puncak kesusastraan Arab. Walibah
sangat tertarik pada bakatnya, kemudian
membawanya kembali ke Ahwaz, lalu ke Kufah. Di Kufah bakat Abu Nawas digembleng. Ahmar menyuruh Abu Nawas berdiam di pedalaman, hidup bersama
orang orang Arab Badui guna memperdalam dan
memperhalus bahasa Arab.
Kemudian ke Baghdad, di pusat peradaban
Dinasti Abbasyiah inilah berkumpul dengan para penyair. Berkat kepiawaiannya
menulis puisi, dia bisa berkenalan dengan para bangsawan. Namun sayang karya
ilmiahnya jarang dikenal di dunia intelektual,
hanya dipandang sebagai orang bertingkah lucu dan tidak lazim.
Kepandaiannya berpuisi menarik perhatian Khalifah Harun al Rasyid kemudian
diundang menjadi penyair istana.
Suatu
ketika Abu Nawas membaca puisi Kafilah Bani Mudhar yang dianggap
menyinggungnya. Khalifah murka, kemudian memenjarakannya.
Sejak
mendekam di penjara, syair syairnya berubah, menjadi religius. Jika sebelumnya
sangat membanggakan kehidupan duniawi glamor dan hura hura, kini lebih pasrah
kepada kekuasaan Allah.
Sajak
sajak tobatnya bisa ditafsirkan sebagai jalan panjang menuju Tuhan. Meski dekat
dengan Sultan Harun al Rasyid, Abu
Nawas tak selamanya hidup dalam kegemerlap duniawi. Dia pernah
hidup dalam kegelapan tetapi yang justru membawa keberkahan tersendiri.
Seorang
sahabatnya, Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah, memberi kesaksian, akhir hayat Abu Nawas diwarnai dengan kegiatan
ibadah.
Wafat sekitar tahun 190 H/806 M, meninggal
karena dianiaya seseorang yang disuruh oleh keluarga Nawbakhti yang menaruh
dendam kepadanya. Dimakamkan di Syunizi
jantung Kota Baghdad.
|
Senin, 01 Mei 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar