Senin, 25 Desember 2017




BAHAYA KHAWATIR DAN KETAKUTAN !!!
 “Sesungguhnya orang orang yang beriman, mengerjakan amal shalih, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (Q.S. Al Baqarah (2) : 277)
             
Sudah menjadi ketetapan Sang Ilahi, bahwa kehidupan dunia tidak pasti, tidak kekal dan abadi, keterbalikan pasti silih berganti.                
Bukankah banyak kisah terjadi dulunya kaya kemudian jadi miskin sekali.  
Dulunya pejabat pangkat kemudian turun derajat, sehingga jadi pegawai biasa atau pensiun. Sehingga yang dulunya dihormat dan dihargai, namun sekarang seakan tidak berarti lagi.
Itulah irama hidup yang tidak selamanya abadi.  “Dan tidaklah kehidupan di dunia ini melainkan senda gurau dan permainan belaka dan sesungguhnya kampung akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya, jika mereka mengetahui”. (Q.S. Al Ankabut (29) : 64)

KETAKUTAN
Karena lemahnya keimanan sehingga banyak yang pada ketakutan ketika menghadapi situasi yang bertolak belakang. Intinya semata mata  karena : Takut kehilangan jabatan, takut kehilangan kedudukan, takut kehilangan kekuasaan, takut kekurangan harta, takut tidak dihormati dan dihargai, takut merasa tidak dibutuhkan. Akibat rasa ketakutan yang berlebihan ini, maka sangat fatal akibatnya, akan menimbulkan penderitaan yang dialami, diantaranya “post power syndrome”.

POST POWER SYNDROME
Post power syndrome, adalah gejala yang terjadi di mana penderita hidup dalam bayang bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, ketenarannya, kecantikannya, ketampanannya, kecerdasannya dan sebangsanya), kemudian tidak bisa menerima kenyataannya saat ini.

FAKTOR PENYEBAB
Beberapa faktor penyebab post power syndrome : Pensiun dini dan PHK merupakan salah satunya. Ketika seorang pensiun dini kemudian tidak bisa menerima kenyataannya, maka post power syndrom akan mudah menimpanya. Traumatik juga bisa menjadi penyebabnya, kecelakaan yang dialami seorang atlet, sehingga kakinya harus diamputasi (dipotong). Bila tidak mampu menerima kenyataan, akan mengalami post power syndrome, jika terus berlarut, gangguan jiwa yang berat akan dideritanya.

GEJALA
Gejala post power syndrome ada 3 :  Gejala fisik : Tampak kuyu, nampak lebih tua, tubuh lemah kurang bergairah, sakit sakitan. Gejala emosi : Mudah tersinggung, pemurung, menarik diri dari pergaulan, cepat marah, tak suka disaingi, tak suka dibantah. Gejala perilaku : Pendiam, pemalu, suka berbicara kehebatan dirinya di masa lalu, senang menyerang pendapat orang, mencela, mengkritik, tak mau kalah, atau menunjukkan kemarahan dan kekecewaan baik di rumah maupun di tempat umum.

YANG RENTAN POST POWER SYNDROME
Beberapa ciri kepribadian yang rentan post power syndrome : Suka dihargai dan dihormati, suka mengatur, gila jabatan, permintaannya harus dituruti, suka dilayani, merasa lebih unggul.  Dengan kata lain, hidupnya sangat mengutamakan gengsi, jabatan, gelar, pangkat, ketenaran. Baginya kekuasaan adalah segala galanya, sehingga selalu butuh pengakuan, penghargaan dan penghormatan.

HIKMAH  AMAL SHOLIH
Memang sangat beda keadaannya dengan yang memiliki keimanan dan disertai amal sholih, karena yang dilakukan hanya karena Allah semata sehingga jiwa terasa puas, senang dan bahagia. Karena baginya perbuatan yang dilakukan semata mata dalam rangka beribadah semata !.. Apalagi sholat tetap dilakukan, sebagai sikap syukur kepada Sang Pencipta Nya. Bahkan zakat (shodaqah) tetap ditunaikan, sebagai ujud keperdulian kepada sesama insan yang membutuhkan. Ini sebagai ujud jiwa yang beriman, bukan kadzaliman yang dilakukan lantaran mengejar keduniawian !. Bahkan dijamin pula oleh Allah dengan jiwa yang “…….tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (Q.S. Al Baqarah (2) : 277)

SANGAT BEDA
Jiwa yang sehat karena ke imanan, sangat beda dengan yang hanya mengejar keduniaan dan jabatan belaka. Karena akan kecewa dibuatnya bila yang dikejarnya tidak kunjung tiba.

1. TIDAK KEKAL
Bagi yang beriman pasti faham bahwa hidup tidak selamanya abadi, yang kaya suatu saat bisa jadi miskin,  demikian pula yang miskin suatu saat bisa jadi kaya raya. Demikian pula dengan jabatan, bila saatnya pensiun yang dulunya bawahan akan jadi pimpinan, tidak mungkin pangkat atau jabatan akan selalu disandangnya !. Demikian pula dengan tubuh, ketika muda kuat dan gagah, namun di saat tua jadi lemah, wajahpun pada keriput semua dan….pasti kematian kan menjemputnya !.
Beda dengan kehidupan akherat yang bersifat kekal, maka bagi yang memahami hakekat hidup, justru di dunia inilah tempat memperbanyak kebaikan sebagai bekal menuju alam akherat : Dengan berprilaku sholih (bukan dzalim), jujur (bukan curang), amanah (bukan khianat), dermawan (bukan bakhil), Sabar (bukan pemarah), pemaaf (bukan pendendam), bersyukur (bukan kufur) dan sebangsanya.  

2.TITIPAN
Perlu disadari pula bahwa semua yang didapat (harta, jabatan, anak, istri, rumah, kendaraan dsb) pada hakekatnya adalah : “Titipan Allah Sang Empunya”. Jika hakekat ini difahami, pasti  tidak akan mudah resah, kecewa apalagi kebingungan ketika Sang Empunya mengambilnya kembali. Karena pada hakekatnya semuanya bukan mutlak miliknya !.

3.MUSHIBAH MERUPAKAN UJIAN
Hidup tak selamanya mulus dan lancar, pasti ada saja ganjalan dan hambatan, bila tidak disadari jiwa pasti akan kecewa di buatnya !. Maka sangat beruntung bagi yang memahami bahwa hidup adalah ujian”.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang orang yang sabar”. (Q.S. Al Baqarah (2) : 155). Maka disini pentingnya memahami tuntunan agama, sehingga apabila terjadi hal hal yang tidak mengenakkan, akan siap dan tegar menghadapi sehingga tak mudah terjangkit Post Power Syndrome yang menyusahkan !.

KISAH TAULADAN
MERANA DI MASA TUA
Seorang lelaki 60 tahun usianya, nampak terbaring lemah di atas tempat tidurnya. Matanya berkaca kaca ketika dijenguk bekas koleganya dimasa dia aktif bekerja. Melihat yang dijenguk menangis meneteskan air mata, sang penjenguk yang rata rata ibu ibu pun sama ikut menitikkan air mata pula.
Tak pernah terbayang di benak mereka, bahwa sang kepala sekolah yang dulu begitu garang dan berwibawa, kini terbaring lemah lantaran stroke yang dideritanya, setelah tak lagi menjabat  kepala sekolah.
Beberapa tahun silam, dia memang menjabat sebagai kepala sekolah, namun ketika ada pembatasan masa kerja, dia termasuk terkena dampaknya.
Dengan demikian jelas resikonya bahwa dia harus menjadi guru biasa, situasinya justru jadi terbalik keadaannya, yang dulunya memimpin sekarang dipimpin, yang dulunya serba dilayani, sekarang melayani, yang dulunya semua sama menghormat, sekarang justru kepala ditundukkan tanda menghormat kepada atasan. Betapa berat dan pahitnya kenyataan yang dihadapinya sekarang !. Sangat terbalik berlawanan.
Nah rupanya keyataan pahit ini sulit diterimanya, sehingga membuat jiwanya makin kecewa, resah, merana dan tertekan dibuatnya. Dari kondisi  jiwa yang menekannya, membuat organ tubuhnya ikut terdampak pula,  sehingga stroke pun menimpanya. 
Begini akibat bila jabatan jadi tujuan !, sehingga berakibat jiwanya merasa sulit menerima kenyataan. Kenyataan yang sangat bertolak belakang dengan masa silam, dimana semuanya serba memuaskan dan menyenangkan. Ternyata semuanya tidak kekal keadaannya, sehingga berakhir dengan kekecewaan yang terus menekan yang susah dihilangkan.
Maka betapa beruntungnya yang memahami makna kehidupan, sehingga tidak terpukau dengan kehidupan dunia yang bersifat sementara.  
“Dan tidaklah kehidupan di dunia ini melainkan senda gurau dan permainan belaka dan sesungguhnya kampung akhirat adalah  kehidupan yang sebenarnya jika mereka mengetahui”. (Q.S. Al Ankabut (29) : 64). Maka bruntunglah yang menjadikan hidup sebagai lahan ibadah !.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar