GELAR
PARA SAHABAT
“Maka tatkala Isa mengetahui
keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia : "Siapakah yang akan
menjadi penolong penolongku untuk (menegakkan agama) Allah ?". Para
hawariyyin (sahabat setia) menjawab : "Kamilah penolong penolong (agama)
Allah, kami beriman kepada Allah dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah
orang orang yang berserah diri”. (Q.S. Ali Imran (3) : 52)
Setiap Nabi / Rasul yang diutus pasti mempunyai
musuh, juga sahabat dekat yang setia dan selalu mendampinginya dalam
mengembangkan agama yang diembannya.
MEMILIKI CIRI KHUSUS
Demikian pula
halnya dengan para sahabat Nabi Muhammad s.a.w. mereka mencintai,
mendampingi dan membela beliau. Mereka juga memiliiki berbagai ciri dan
keahlian masing masing, sehingga dengan kekhususan ini beliau sangat jeli dan tanggap.
Berkat kejelian, kecerdasan,
kesantunan dan akrabnya Rasulullah s.a.w. kepada para sahabatnya, sampai beliau
memberi gelar sebagai penghargaan dan motivasi terhadap para sahabat
tercintanya.
PEMBERIAN GELAR
Gelar tidak hanya diberikan oleh
beliau saja, bahkan diikuti pula oleh kaum
muslimin, karena mengikuti jejak beliau dalam menghargai jasa para
sahabatnya berdasar kekhususan, keahlian, jasa dan lain lain.
SPONTAN
Dalam pemberian
gelar tidak memerlukan prosesi khusus, gelar diberikan secara spontan berdasar
kejadian atau peristiwa saat itu,.uniknya secara mutawatir gelar langsung
diterima dan tersebar luas.
BERBAGAI GELAR
Begitu indahnya refleksi buah bekas
ibadah kepada Allah, sehingga sikap menghormati dan menghargai sangat
dijunjung tinggi dalam agama. Berikut beberapa gelar yang disematkan kepada
para sahabat Rasulullah s.a.w. :
1. AS SHIDDIQ
Merupakan gelar bagi Abu Bakar, gelar “As Shiddiq (orang yg jujur)” disandang Abu Bakar karena ketika
Rasulullah s.a.w. usai melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj yang luar biasa
hebatnya, maka banyak orang pada mengingkari karena akalnya tidak mampu
menerima kehebatan peristiwa Isra’ Mi’raj, namun Abu Bakar dengan spontan
justru berkata : “Saya membenarkannya !, bahkan lebih dari itu aku tetap
mempercayacainya !”.
2. AL FARUQ
Gelar “Al
Faruq (pembeda antara yg haq dan
bathil)”, merupakan gelar Umar bin Khoththob, karena sifat Umar yang
tegas dan tepat dalam segala hal tanpa kompromi, tegas dalam membedakan yang
benar dan salah.
3. DZUN NUROIN
Gelar “Dzun
Nuroin (yg punya dua cahaya)” ini disandang Usman bin Affan, karena Usman
bin Affan telah menikahi 2 putri Rasulullah s.a.w., pertama Ruqayya. Ketika
Ruqayyah wafat, ia menikahi saudarinya yakni Ummu Kultsum. Dengan demikian ia
disebut dzu nurain.
4. ABU THURAB
Gelar Abu Thurab (bapak tanah) ini
diberikan Nabi s.a.w. ketika Ali bin Abi Thalib mengunjungi Fathimah r.a. kemudian
keluar dan berbaring di Masjid. Nabi s.a.w.
bertanya : "Dimanakah anak pamanmu (suamimu) ?", Fatimah
menjawab : "Di masjid". Maka beliau keluar dan menemuinya kemudian
mendapati mantel milik Ali jatuh dari punggungnya, sehingga punggung Ali kotor
terkena debu. Kemudian beliau membersihkan
debu itu dari punggungnya, seraya bersabda dua kali : "Duduklah engkau wahai Abu
Turab", juga bergelar : “Karromallohu wajhah (Allah
muliakan wajahnya)”.
5.ABUL MASAKIN (AYAH ORANG MISKIN)
Merupakan gelar Ja'far bin Abi
Thalib. Abu Hurairah berkata : "Orang yang paling baik pada orang orang
miskin adalah Ja'far bin Abi Thalib". Juga begelar : “As Syahid at thoyyar (orang syahid yg terbang)”.
6.ABUL HUSAM (PEDANG YANG
TAJAM)
Gelar bagi Hasan bin Tsabit,
karena kefasihannya membuat syair tentang Rasulullah s.a.w. dan kemampuannya
meluluh lantakkan kehormatan kaum musyrikin. :Juga
bergelar : “Sya'irun Nabi (penyairnya Nabi)”.
7.LUQMAN AL HAKIM (LUQMAN YANG BIJAK)
Merupakan gelar Salman
al Farisi. Ali bin Abi Thalib memberikan gelar itu kepadanya. Ali berkata : "Ia
adalah seseorang yang datang dan kembali pada kami sebagai ahlul bait. Siapa
yang dapat menyerupai Luqman al Hakim ?. Ia telah diberi ilmu yang pertama dan
ilmu yang terakhir. Dan ia pun telah membaca kitab yang pertama dan kitab yang
terakhir. Ia laksana lautan yang tidak pernah kering". Salman juga
bergelar : “Sabiqul fars ilal islam (orang
persia pertama yg memeluk islam)”
8.ASADULLAH (SINGA ALLAH) :
Gelar Hamzah bin Abdul Muthalib.
Juga Bergelar “sayyidus syuhada' (pemimpin orang2
yg mati syahid)”
9.AL BAHR (LAUTAN ILMU) :
Gelar Abdullah bin Abbas, juga
bergelar : “habru hadzihil ummah (tintanya
umat ini)”. Dan Turjumanul quran (Ahli tafsir Al Quran)
10.A’LAMUL UMMAH BIL HALAL WAL HARAM
Gelar Muadz bin jabbal, gelar ini bermakna : umat yg
paling tahu masalah halal dan haram. Mu'adz bin jabbal juga bergelar : imamul
ulama' yaumal qiyamah (pemimpin ulama' pada hari qiamat)”.
11.JAMI’UL QURAN (PENGUMPUL AL QURAN)
Merupakan gelar Zaid bin Tsabit.
12.SYAIFULLAH AL MASLUL
(PEDANG ALLAH YANG DIHUNUS)
Merupakan gelar Khaild bin walid,
karena keberanian dan kepiwaiannya dalam berperang di medan jihad.
13.KHADIM ARRASUL
(PELAYAN RASUL) :
Gelar Anas bin Malik. Sejak kecil
diserahkan ibunya pada Nabi dan selalu aktif melayaninya, sehingga banyak
meriwayatkan hadits, karena sangat tahu seluk beluk kehidupan Nabi s.a.w.
HIKMAH PEMBERIAN GELAR
YANG BAIK
Begitu bijaknya Rasulullah
s.a.w. dan kaum Muslimin dalam menghargai jasa sahabatnya, sehingga memberikan
gelar yang dapat membesarkan hati dan bisa memotifasi sang penerima gelar
maupun yang lainnya.
Dengan demikian pemberian gelar (julukan) yang baik merupakan tuntunan agama,
bukan sebaliknya : “……dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan, seburuk buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka Itulah orang orang
yang zalim”. (Q.S. Al Hujurat (49) : 11)
KISAH TAULADAN
BANYAK
MENANGIS KARENA TAKUT KURANG BEKAL AMALNYA
Imam
Tirmidzi lahir di Tirmiz, Uzbekistan sekitar 209–210 H. Belajar
hadits pada Imam Bukhari, Imam Muslim dan Imam Abu Dawud.
Dikenal sebagai ahli hadits yang mengetahui kelemahan kelemahan para perawinya.
Juga sebagai ahli fiqih berwawasan luas, saat Imam Bukhari wafat tidak ada seorang imam pun yang bisa menggantikan posisinya di daerah
Khurasan, kecuali Imam Tirmidzi.
Sejak
kecil, gemar mencari dan mempelajari hadits sampai mengembara ke Hijaz, Irak, Khurasan, Mekkah
dan daerah lainnya.
Sangat tekun mengunjungi ulama ‘ulama besar dan guru guru hadist. Dari para imam dan ‘ulama tersebut, Imam Tirmidzi
banyak mendengar menghafal dan mencatat ilmu ilmunya dengan baik.
Para
ulama besar mengakui keluasan, kemuliaan
ilmu Imam Tirmidzi. Al Hafiz Abu Hatim Muhammad ibnu
Hibban seorang kritikus hadits mengelompokkan Imam Tirmidzi ke dalam kelompok
“Siqat”, yaitu orang orang yang dapat dipercayai dan
kuat hafalannya.
Abu Ya’la al Khalili dalam kitabnya Ulumul Hadits menerangkan bahwa
Imam Tirmidzi adalah seorang penghafal dan ahli hadits yang sangat baik.
Kitab karyanya : Al Jami’us Sahih dikenal sebagai bukti atas keagungan derajatnya, banyak bacaan
dan hafalannya seputar hadits.
Menurut para ulama kitab hadits Imam at Tirmidzi dipandang sebagai kitab keempat dari Kutubussittah setelah Shahih al Bukhari, Shahih Muslim, dan Sunan Abu Dawud.
Walau sebagai ulama besar namun di usia tua, Imam Tirmidzi sering menangis,
karena khawatir akan kekurangan bekal amal untuk menghadap Tuhan Nya, sehingga sampai berakibat kehilangan
penglihatan (“Al Dharir”) sampai akhir hayatnya.
Imam Tirmidzi wafat di Tirmiz pada malam Senin 13 Rajab
tahun 279 H (8 Oktober 892) di usia 70 tahun.
Begitu tinggi derajatnya walau sebagai seorang ilmuwan hadits, namun
beliau tidak merasa tinggi hati, tidak merasa sok suci, sehingga masih merasa
kurang bekalnya untuk menghadap Sang Khaliq sehingga beliau sering menangis
meratapi dirinya : “Akankah sudah
cukup amalnya guna menghadap Sang Ilahi Rabbi ?”.
Subhaanallah
begitu mulianya sikap dan akhlak beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar