SIKAP NABI TERHADAP NON MUSLIM
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S.
Al Ahzab (33) : 21).
Suatu waktu seseorang bertanya kepada Aisyah r.a.
perihal bagaimana Nabi dalam kesehariannya, ‘Aisyah menjawab : “Akhlak beliau
(Nabi) adalah Al Qur’an”. Kemudian ‘Aisyah r.a. membacakan ayat : “Dan sesungguhnya kamu benar benar berbudi pekerti yang agung”. (Q.S. Al Qalam
(73) : 4).
AKHLAK SEBAGAI
ACUAN
Begitu tinggi dan
berharganya nilai akhlak sampai Nabi bersabda : “Tiada sesuatu
yang lebih berat dalam timbangan (amal) seorang
mukmin pada hari Kiamat melebihi akhlak baik.
Sesungguhnya Allah membenci perkataan keji dan jorok”. (H.R. Tirmidzi). Dengan
akhlak inilah agama Islam disebarkan, bukan dengan kekasaran apalagi kekerasan.
MENGHADLIRI
UNDANGAN ORANG YAHUDI
Dalam keseharian Nabi s.a.w. tidak kaku dalam bergaul,
sehingga pernah memenuhi undangan makan orang yahudi. Dari Anas bin Malik r.a., seorang yahudi
mengundang Nabi s.a.w. untuk bersantap roti gandum dengan acar hangat dan Nabi s.a.w. pun memenuhi undangan tersebut. (H.R. Imam Ahmad)
WUDHU DENGAN BEJANA MILIK ORANG MUSYRIK
Begitu toleransi
dan menghargainya Nabi dalam keseharian,
sampai beliau mau memakai bejana
milik wanita musyrik. Dari
‘Imron bin Hushain r.a. beliau berkata : “Rasulullah
s.a.w. bersama para sahabatnya berwudhu dengan air dari bejana wanita musyrik”.
(H.R.
Muttafaq ‘alaih)
PEMBANTU NABI ANAK YAHUDI
Begitu tolerans dan santunnya Nabi dalam hal kemanusiaan,
sampai beliau mempunya pembantu rumah tangga anak laki laki Yahudi. Suatu saat anak
ini tidak masuk bekerja karena sakit, kemudian Nabi s.a.w berkunjung ke rumahnya.
Ayah anak juga penganut Yahudi yang sedang menungguinya.
Kemudian Rasulullah s.a.w. mendekati dan mengajaknya mengucapkan
kalimat syahadat, anak itu kebingungungan karena ada sang ayah di dekatnya,
akhirnya sang ayah berkata : “Anakku taati Abu Qasim (Muhammad) !”. Mendapat
izin ayahnya si anakpun bersyahadat.
MENGHORMAT JENAZAH ORANG YAHUDI
Agama lslam tak hanya mengajarkan menghormati kaum non muslim
yang hidup saja, bahkan yang telah meninggalpun dihormati pula.
Dari Ibnu Abu Laila bahwa ketika Qais bin Saad
r.a. dan Sahal bin Hunaif r.a. sedang berada di Qadisiyah, tiba tiba ada
iringan jenazah melewati mereka, maka keduanya berdiri. Lalu dikatakan kepada
keduanya : “Jenazah itu adalah termasuk penduduk setempat (yakni orang kafir)”.
Mereka berdua berkata :
“Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pernah dilewati iringan jenazah, lalu beliau
berdiri. Ketika dikatakan : “Jenazah itu Yahudi, Rasulullah s.a.w. bersabda :
“Bukankah ia juga manusia ?”. (H.R. Muslim).
TIDAK MEMBALAS YANG
MENDZALIMI
Adalah seorang Yahudi yang biasa meludahi Nabi bila lewat
didepan rumahnya. Suatu hari beliau tidak menjumpainya, kemudian Nabi mencari tahu
kemana gerangan si Yahudi. Ternyata beliau mendapat kabar
bahwa si Yahudi sakit, Nabi pun menjenguknya. Betapa kaget si Yahudi,
bahwa orang yang selama ini didzaliminya, justru yang pertama menjenguknya ketika
sakit, karena
keperdulian Nabi inilah akhirnya dia memeluk Islam.
MEMBERI
PERLINDUNGAN KEPADA ORANG MUSYRIK
Begitu manusiawinya Nabi terhadap orang kafir,
karena Allah memerintahkan Nabi untuk memberikan perlindungan kepada
orang kafir yang meminta perlindungan kepada beliau. “Dan jika seorang diantara
orang orang musyrikin
itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat
mendengar firman Allah. Kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian
itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui”. (Q.S. At Taubah (9) : 6).
Ibn Katsir menjelaskan
bahwa ayat tersebut menjadi acuan Nabi dalam memperlakukan orang musyrik yang
ingin mendapatkan perlindungan. Hal ini yang
dilakukan serombongan kafir Quraisy yang terdiri dari ‘Urwah bin Mas’ud, Mukriz
bin Hafsh, Suhail bin ‘Amr dan lain lain.
Satu persatu
orang orang musyrik menghadap Nabi
memaparkan permasalahannya, karena mereka tahu bahwa kaum Muslimin sangat mengagungkan
Nabi. “Sebuah pemandangan mengagumkan yang tidak mereka jumpai pada
diri raja raja di masa itu. Mereka pulang
kepada kaumnya dengan membawa berita tersebut. Peristiwa ini merupakan faktor utama masuknya sebagian besar mereka ke dalam agama Islam”..
MENJAGA PERTUMPAHAN DARAH
Umumnya pasukan yang menang menolak ketika
diajak memberhentikan peperangan (perjanjian damai), karena memiliki kesempatan
untuk mengalahkan musuh lalu menguasai daerahnya. Sangat beda dengan Rasulullah s.a.w.
beliau tidak menjadikan perang sebagai solusi utama. Perang ditempuh sebagai alternatif terakhir untuk membela diri. Karena itu Rasulullah s.a.w. dalam peperangan tak berambisi untuk menumpahkan darah.
TIDAK
MEMBUNUH YANG TELAH BERSYAHADAT
“Kami mempertanyakan yang dilakukan Usamah bin Zaid. Ketika ia
mengangkat pedangnya, orang musyrik yang akan dibunuh mengucapkan : “laa ilaaha
illallah”. Namun Usamah tetap membunuhnya. Kemudian peristiwa tersebut
disampaikan kepada Nabi s.a.w. Kemudian Rasulullah memanggilnya dan
bertanya : “Mengapa engkau lakukan itu ?”. Usamah menjawab : “Wahai Rasulullah dia telah menyakiti umat Islam dan telah
membunuh fulan dan fulan, Usamah menyebut beberapa nama. Aku telah mengalahkannya,
ketika ia melihat pedangku ia mengucapkan : “laa ilaaha illalla”. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Jadi engkau membunuhnya ?!”,
“ya”, Jawab Usamah. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Apa yang akan
engkau pertanggung jawabkan dengan kalimat laa ilaaha illallah pada hari kiamat
nanti ?”. Usamah berkata : “Wahai Rasulullah do’akan ampunan untukku”.
Rasulullah tetap mengatakan : “Apa yang akan engkau pertanggung jawabkan dengan
kalimat laa ilaaha illallah pada hari kiamat nanti ?”, beliau terus menerus
mengulangi kalimat tersebut”. (H.R. Muslim)
PERDAMAIAN PERANG KHAIBAR
Ketika kaum muslimin menang, orang orang
Yahudi Khaibar mengajukan perjanjian damai kepada Rasulullah s.a.w. karena
sudah terkepung selama 14 hari, mereka mengutus Ibnu Abi al Huqaiq mengadakan
perjanjian damai. Kemudian Rasulullah menyetujui dan mereka harus keluar dari
Khaibar dan menyerahkan harta benda dan hewan kendarannya, kecuali yang
melekat pada diri mereka. Padahal Yahudi Khaibar berkeinginan memerangi umat Islam sejak dua tahun sebelum terjadi Perang Khaibar. Namun Rasulullah s.a.w. tetap menerima permintaan damainya.
PERANG
BANI MUSTHALIQ
Pada perang Bani Musthaliq, kemenangan di fihak kaum
muslimin. 100 rumah berhasil dikuasai Rasulullah s.a.w. tetapi beliau tidak membunuh mereka.
TIDAK
ADA LARANGAN BERBUAT BAIK PADA NON MUSLIM
Dalam agama
tidak ada larangan berbuat baik kepada non muslim.
Nabi s.a.w. bersabda
: “Bertaqwalah dimanapun kalian berada dan ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya ia akan
menghapus keburukan tersebut. Dan pergaulilah manusia
dengan akhlak yang baik”. (H.R. Tirmidzi)
Dalam hadits tersebut Nabi tidak mengatakan : “Pergaulilah
saudara muslim”, justru Nabi s.a.w. mengatakan : “Khaliqi naas” (pergaulilah
manusia).
KISAH TAULADAN
KA’AB BIN ZUHAIR
SELAMAT KARENA MEMELUK ISLAM
Di awal perkembangan
Islam di Makkah, ada dua orang bersaudara kakak beradik : Ka’ab bin Zuhair dan Bujair bin Zuhair.
Bujair telah masuk Islam lebih dahulu dan berjuang bersama Nabi
dalam membela kebenaran dan ikut berhijrah ke Madinah.
Sedangkan saudaranya,
Ka’ab termasuk kelompok radikal yang menolak Islam, ia bersama komplotannya
dengan gencar melakukan intimidasi terhadap kaum Muslimin.
Demikian kerasnya
permusuhan Ka’ab terhadap umat Islam, sehingga setelah Bujair adiknya hijrah ke
Madinah, ia masih tetap mengecam umat Islam dengan surat suratnya yang
dikirimkan kepada saudaranya tersebut.
Melihat sikap Ka’ab membahayakan umat
Islam, akhirnya Nabi memasukkan namanya dalam daftar hitam, golongan penghianat
yang senantiasa berbuat kerusakan dan memusuhi kaum Muslimin.
Mengetahui
hal itu, Bujair mengirim surat ke saudaranya tentang pencantuman namanya dalam
daftar hitam.
Dalam suratnya dia menjelaskan
mengenai sikap pemaaf Nabi dan akhlaknya yang luhur. Bujair juga menceritakan secara
lengkap tentang kehidupan kaum Muslimin di Madinah. Mereka berada dalam
ketenangan, kedamaian dan senantiasa dalam bimbingan Allah dengan perantaraan
Rasul Nya.
Setelah Ka’ab menerima surat dan menelaah
dengan seksama isinya, tiba tiba ada dorongan kebenaran dengan kuat yang
mengetuk kalbunya. Ia segera bertobat dari kesalahan masa lalunya. Ia berniat
pergi meninggalkan Makkah menuju Madinah sesegera mungkin demi menemui Nabi dan
menyatakan diri bergabung dengan barisan kaum Muslimin di sana.
Setibanya di Madinah, Ka’ab bin
Zuhair segera menemui Nabi di masjid
diantar Ali bin Abi Thalib, seorang sahabat setia sekaligus menantu Nabi.
Sampai di masjid, Ka’ab segera
menyatakan diri untuk memeluk agama Islam. Nabi pun menerima kehadirannya
dengan tulus, bahagia dan penuh syukur.
Dengan memeluk islamnya Ka’ab maka
dicoretnya nama Ka’ab dari daftar hitam.
Akhirnya Nabi s.a.w. dan para
sahabatnya memaafkan semua kesalahan Ka’ab di masa lalu, tanpa menyisakan
perasaan dendam sedikitpun di dada mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar