Sabtu, 17 November 2018




SIKAP NABI TERHADAP NON MUSLIM

         “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S. Al Ahzab (33) : 21).

Suatu waktu seseorang bertanya kepada Aisyah r.a. perihal bagaimana Nabi dalam kesehariannya, ‘Aisyah menjawab : “Akhlak beliau (Nabi) adalah Al Qur’an”. Kemudian Aisyah r.a. membacakan ayat : Dan sesungguhnya kamu benar benar berbudi pekerti yang agung”. (Q.S. Al Qalam (73) : 4).

AKHLAK SEBAGAI ACUAN
Begitu tinggi dan berharganya nilai akhlak sampai Nabi bersabda Tiada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (amal) seorang mukmin pada hari Kiamat melebihi akhlak baik. Sesungguhnya Allah membenci perkataan keji dan jorok”. (H.R. Tirmidzi). Dengan akhlak inilah agama Islam disebarkan, bukan dengan kekasaran apalagi kekerasan.

MENGHADLIRI UNDANGAN ORANG YAHUDI
Dalam keseharian Nabi s.a.w. tidak kaku dalam bergaul, sehingga pernah memenuhi undangan makan orang yahudi. Dari Anas bin Malik r.a., seorang yahudi mengundang Nabi s.a.w. untuk bersantap roti gandum dengan acar hangat dan Nabi s.a.w. pun memenuhi undangan tersebut. (H.R. Imam Ahmad)

WUDHU DENGAN BEJANA MILIK ORANG MUSYRIK
Begitu toleransi dan menghargainya Nabi dalam keseharian, sampai beliau mau memakai bejana milik wanita musyrik. Dari ‘Imron bin Hushain r.a. beliau berkata : “Rasulullah s.a.w. bersama para sahabatnya berwudhu dengan air dari bejana wanita musyrik”. (H.R. Muttafaq ‘alaih)  

PEMBANTU NABI ANAK YAHUDI
Begitu tolerans dan santunnya Nabi dalam hal kemanusiaan, sampai beliau mempunya pembantu rumah tangga anak laki laki Yahudi. Suatu saat anak ini tidak masuk bekerja karena sakit, kemudian Nabi s.a.w berkunjung ke rumahnya. Ayah anak juga penganut Yahudi yang sedang menungguinya.   
Kemudian Rasulullah s.a.w. mendekati dan mengajaknya mengucapkan kalimat syahadat, anak itu kebingungungan karena ada sang ayah di dekatnya, akhirnya sang ayah berkata : “Anakku taati Abu Qasim (Muhammad) !”. Mendapat izin  ayahnya si anakpun bersyahadat.  

MENGHORMAT JENAZAH ORANG YAHUDI
Agama lslam tak hanya mengajarkan menghormati kaum non muslim yang hidup saja, bahkan yang telah meninggalpun dihormati pula.
Dari Ibnu Abu Laila bahwa ketika Qais bin Saad r.a. dan Sahal bin Hunaif r.a. sedang berada di Qadisiyah, tiba tiba ada iringan jenazah melewati mereka, maka keduanya berdiri. Lalu dikatakan kepada keduanya : “Jenazah itu adalah termasuk penduduk setempat (yakni orang kafir)”. Mereka berdua berkata : “Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pernah dilewati iringan jenazah, lalu beliau berdiri. Ketika dikatakan : “Jenazah itu Yahudi, Rasulullah s.a.w. bersabda : “Bukankah ia juga manusia ?”. (H.R. Muslim).       
TIDAK MEMBALAS YANG MENDZALIMI
Adalah seorang Yahudi yang biasa meludahi Nabi bila lewat didepan rumahnya. Suatu hari beliau tidak menjumpainya, kemudian Nabi mencari tahu kemana gerangan si Yahudi. Ternyata beliau mendapat kabar bahwa si Yahudi sakit, Nabi pun menjenguknya. Betapa kaget si Yahudi, bahwa orang yang selama ini didzaliminya, justru yang pertama menjenguknya ketika sakit, karena keperdulian Nabi inilah akhirnya dia memeluk Islam.

MEMBERI PERLINDUNGAN KEPADA ORANG MUSYRIK
Begitu manusiawinya Nabi terhadap orang kafir, karena Allah memerintahkan Nabi untuk memberikan perlindungan kepada orang kafir yang meminta perlindungan kepada beliau. “Dan jika seorang diantara orang orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah. Kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (Q.S. At Taubah (9) : 6).
Ibn Katsir menjelaskan bahwa ayat tersebut menjadi acuan Nabi dalam memperlakukan orang musyrik yang ingin mendapatkan perlindungan. Hal ini yang dilakukan serombongan kafir Quraisy yang terdiri dari ‘Urwah bin Mas’ud, Mukriz bin Hafsh, Suhail bin ‘Amr dan lain lain.
Satu persatu orang orang musyrik menghadap Nabi memaparkan permasalahannya, karena mereka tahu bahwa kaum Muslimin sangat mengagungkan Nabi.Sebuah pemandangan mengagumkan yang tidak mereka jumpai pada diri raja raja di masa itu. Mereka pulang kepada kaumnya dengan membawa berita tersebut. Peristiwa ini merupakan faktor utama masuknya sebagian besar mereka ke dalam agama Islam”..

MENJAGA PERTUMPAHAN DARAH
Umumnya pasukan yang menang menolak ketika diajak memberhentikan peperangan (perjanjian damai), karena memiliki kesempatan untuk mengalahkan musuh lalu menguasai daerahnya. Sangat beda dengan Rasulullah s.a.w. beliau tidak menjadikan perang sebagai solusi utama. Perang ditempuh sebagai alternatif terakhir untuk membela diri. Karena itu Rasulullah s.a.w. dalam peperangan tak berambisi  untuk menumpahkan darah.

TIDAK MEMBUNUH YANG TELAH BERSYAHADAT
“Kami mempertanyakan yang dilakukan Usamah bin Zaid. Ketika ia mengangkat pedangnya, orang musyrik yang akan dibunuh mengucapkan : “laa ilaaha illallah. Namun Usamah tetap membunuhnya. Kemudian peristiwa tersebut disampaikan kepada Nabi s.a.w. Kemudian Rasulullah memanggilnya dan bertanya : “Mengapa engkau lakukan itu ?”. Usamah menjawab : “Wahai Rasulullah dia telah menyakiti umat Islam dan telah membunuh fulan dan fulan, Usamah menyebut beberapa nama. Aku telah mengalahkannya, ketika ia melihat pedangku ia mengucapkan :  “laa ilaaha illalla”. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Jadi engkau membunuhnya ?!”, “ya”, Jawab Usamah. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Apa yang akan engkau pertanggung jawabkan dengan kalimat laa ilaaha illallah pada hari kiamat nanti ?”. Usamah berkata : “Wahai Rasulullah do’akan ampunan untukku”. Rasulullah tetap mengatakan : “Apa yang akan engkau pertanggung jawabkan dengan kalimat laa ilaaha illallah pada hari kiamat nanti ?”, beliau terus menerus mengulangi kalimat tersebut”. (H.R. Muslim)

PERDAMAIAN PERANG KHAIBAR
Ketika kaum muslimin menang, orang orang Yahudi Khaibar mengajukan perjanjian damai kepada Rasulullah s.a.w. karena sudah terkepung selama 14 hari, mereka mengutus Ibnu Abi al Huqaiq mengadakan perjanjian damai. Kemudian Rasulullah menyetujui dan mereka harus keluar dari Khaibar dan menyerahkan harta benda dan hewan kendarannya, kecuali yang melekat pada diri mereka. Padahal Yahudi Khaibar berkeinginan memerangi umat Islam sejak dua tahun sebelum terjadi Perang Khaibar. Namun Rasulullah s.a.w. tetap menerima permintaan damainya.

PERANG BANI MUSTHALIQ
Pada perang Bani Musthaliq, kemenangan di fihak kaum muslimin. 100 rumah berhasil dikuasai Rasulullah s.a.w.  tetapi beliau tidak membunuh mereka.

TIDAK ADA LARANGAN BERBUAT BAIK PADA NON MUSLIM
Dalam agama tidak ada larangan berbuat baik kepada non muslim.
Nabi s.a.w. bersabda : Bertaqwalah dimanapun kalian berada dan ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya ia akan menghapus keburukan tersebut. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik. (H.R. Tirmidzi)
Dalam hadits tersebut Nabi tidak mengatakan : “Pergaulilah saudara muslim”, justru Nabi s.a.w. mengatakan : “Khaliqi naas” (pergaulilah manusia).
         
KISAH TAULADAN
KA’AB BIN ZUHAIR SELAMAT KARENA MEMELUK ISLAM
Di awal perkembangan Islam di Makkah, ada dua orang bersaudara kakak beradik :  Ka’ab bin Zuhair dan Bujair bin Zuhair. Bujair telah masuk Islam lebih dahulu dan berjuang bersama Nabi dalam membela kebenaran dan ikut berhijrah ke Madinah.
Sedangkan saudaranya, Ka’ab termasuk kelompok radikal yang menolak Islam, ia bersama komplotannya dengan gencar melakukan intimidasi terhadap kaum Muslimin.
Demikian kerasnya permusuhan Ka’ab terhadap umat Islam, sehingga setelah Bujair adiknya hijrah ke Madinah, ia masih tetap mengecam umat Islam dengan surat suratnya yang dikirimkan kepada saudaranya tersebut. 
Melihat sikap Ka’ab membahayakan umat Islam, akhirnya Nabi memasukkan namanya dalam daftar hitam, golongan penghianat yang senantiasa berbuat kerusakan dan memusuhi kaum Muslimin.
Mengetahui hal itu, Bujair mengirim surat ke saudaranya tentang pencantuman namanya dalam daftar hitam.
Dalam suratnya dia menjelaskan mengenai sikap pemaaf Nabi dan akhlaknya yang luhur. Bujair juga menceritakan secara lengkap tentang kehidupan kaum Muslimin di Madinah. Mereka berada dalam ketenangan, kedamaian dan senantiasa dalam bimbingan Allah dengan perantaraan Rasul Nya.
Setelah Ka’ab menerima surat dan menelaah dengan seksama isinya, tiba tiba ada dorongan kebenaran dengan kuat yang mengetuk kalbunya. Ia segera bertobat dari kesalahan masa lalunya. Ia berniat pergi meninggalkan Makkah menuju Madinah sesegera mungkin demi menemui Nabi dan menyatakan diri bergabung dengan barisan kaum Muslimin di sana. 
Setibanya di Madinah, Ka’ab bin Zuhair segera menemui Nabi di masjid  diantar Ali bin Abi Thalib, seorang sahabat setia sekaligus menantu Nabi.  
Sampai di masjid, Ka’ab segera menyatakan diri untuk memeluk agama Islam. Nabi pun menerima kehadirannya dengan tulus, bahagia dan penuh syukur.     
Dengan memeluk islamnya Ka’ab maka dicoretnya nama Ka’ab dari daftar hitam.
Akhirnya Nabi s.a.w. dan para sahabatnya memaafkan semua kesalahan Ka’ab di masa lalu, tanpa menyisakan perasaan dendam sedikitpun di dada mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar