Rabu, 19 Desember 2018



 PENTINGNYA MENGENDALIKAN NAFSU

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya ?. Maka siapakah yang akan  memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa  kamu tidak mengambil pelajaran ?”. (Q.S. Al Jatsiyah (45) : 23)                  

Berkat ke Murahan Nya, kehidupan manusia dilengkapi piranti yang lengkap dan cukup rumit : “Tubuh yang indah dan sempurna juga jiwa”.

JIWA
Keberadaan jiwa beda dengan tubuh atau jasad, tubuh bisa dilihat dan diraba ujudnya, tetapi ……keberadaan jiwa bersifat ghoib, artinya  tidak nampak, tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi bisa dirasakan gejalanya.
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya)”. (Q.S. Asy Syams (91) : 7)

JIWA MENENTUKAN TUBUH
Ketika jiwa merasa senang atau bahagia, wajah akan tersenyum atau tertawa. Demikian pula sebaliknya ketika jiwa susah, wajah akan cemberut, bahkan sampai menangis. Dengan demikian expressi wajah atau tubuh menunjukkan keadaan jiwa seseorang, dengan kata lain : “Expressi wajah / tubuh menunjukkan keadaan jiwa seseorang”.
Bukankah Rasulullah bersabda : “Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sepotong daging, apabila daging itu baik maka baiklah seluruh tubuh itu, dan apabila dia rusak maka rusaklah seluruh tubuh itu, ingatlah bahwa yang dimaksud itu adalah kalbu (jiwa)“. (H.R. Bukhari Muslim)

NAFSU
Nafsu merupakan bagian dari jiwa, dengan nafsu inilah manusia mencintai dunia dan berusaha menggapainya. “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa apa yang diingini, yaitu wanita wanita, anak anak, harta yang banyak dari jenis emas,  perak, kuda pilihan, binatang binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga). (Q.S. Ali Imran (3) : 14)                                                          

KEFASIKAN DAN KETAQWAAN
Dengan jiwa, manusia bisa merasakan perbuatan baik (taqwa) ataupun kefasikan (jelek). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Q.S. Asy Syams (91) : 8)

PENTINGNYA MEMAHAMI AGAMA !
Disini pentingnya memahami agama, agar jiwa peka terhadap kebaikan dan kefasikan. Tanpa memahami agama, jelas nafsu yang akan menguasai, dengan kata lain : “Mempertuhankan hawa nafsu !, sehingga berakibat Allah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutup atas penglihatannya !”. Betapa fatalnya bila sudah demikian, sehingga prilakunya lepas control, tidak bisa membedakan yang benar dan salah !.    

PERLU DIKENDALIKAN
Karena nafsu bersifat cenderung kepada keduniawian, maka perlu dikendalikan, bila tidak berakibat menghuni neraka. “Itulah orang orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong. (Q.S. Al Baqarah (2) : 86)
Begitu beratnya memerangi nafsu sampai sepulang dari perang Badar Nabi bersabda :Kalian telah pulang dari sebuah pertempuran kecil menuju pertempuran akbar. Lalu sahabat bertanya : “Apakah pertempuran akbar (yang lebih besar) itu wahai Rasulullah ?”, Rasul menjawab : "jihad (memerangi) hawa nafsu.

AKIBAT MENGUMBAR NAFSU :
1.SESAT, MENDAPAT ADZAB BERAT
Dengan memahami agama, nafsu bisa dikendalikan, bukan sebaliknya, karena memperturutkan nafsu jelas menyesatkan dari jalan Allah !. ……Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat adzab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (Q.S. Shad (38) : 26). Untuk itu jiwa harus dibersihkan bukan dikotori, agar tidak merugi. “Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S. Asy Syams (91) : 10)

2.MENYIMPANG DARI KEBENARAN
Akibat tidak mampu mengendalikan hawa nafsu, berakibat akan lepas dari kebenaran. “...Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran…”.  (Q.S. An Nisa’ (4) : 135)

AKIBAT TIDAK MAMPU MENGENDALIKAN NAFSU
           1. Di bulan november 2018, terjadi pembunuhan satu keluarga akibat rasa “dendam” lantaran tersinggung karena sering dimarahi (pengakuan terdakwa).
    2. Hanya karena merasa dipelototi, seorang tukang parkir “tersinggung”,  kemudian membunuhnya dengan balok kayu.
          3. Lantaran karena “cemburu”, sehingga tega membunuh sang istri.
      4. Karena merasa tersaingi dalam bisnis, timbullah rasa “hasut / dengki”, sehingga nekad membakar toko milik pesaingnya.
     5. Lantaran terlampau “cintanya terhadap harta”, sampai nekat (korupsi). 
Betapa fatal akibat tidak mampu mengendalikan nafsu, sehingga beresiko di dunia apalagi di akherat kelak .  

HIKMAH MENGENDALIKAN NAFSU :
1.DIKARUNIAI SYURGA
Betapa besar hikmah mengendalikan hawa nafsu, sehingga mampu membedakan yang benar dan salah, sehingga kelak dikaruniai Syurga. “Dan adapun orang orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).”(Q.S. An Nazia’at (79) : 40-41)

2.BERJIWA TENANG
Jiwa yang tenang merupakan tuntutan tiap orang, jiwa tenang bukan karena banyak uang, tingginya jabatan atau kesuksesan !. Karena banyak yang sudah dipuncak kesuksesan…..justru ketenangan tidak bisa digapai dan dirasakan.
Disni pentingnya memahami Al Quran, karena Allah sudah menjelaskan kunci sukses ketenangan jiwa : “(yaitu) orang orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingati Allahlah hati menjadi tenteram. (Q.S. Ar Ra’du (13) : 28)

3.BERUNTUNG
Lantaran tidak mengindahkan tuntunan agama, sehingga mengumbar hawa nafsunya, demi mengejar harta, tahta dan wanita, sehingga tak perduli mana yang halal apalagi kharam : Menipu, memalsu, curang dalam takaran / timbangan, korupsi, manipulasi, suap menyuap, membunuh dan sebangsanya.
Akankah dengan kedzaliman, akan tercapai ketenangan jiwa ?. Justru dengan kedzaliman akan membuat orang pada melaknat dan berdo’a untuk kedzalimannya, bukankah do’a orang teraniaya sangat mustajab. Yang jelas harta yang diperolehnya tidak barokah, jiwanya jelas merana karena dihantui ketidak jujurannya. Sangat beda dengan selalu mensucikan jiwanya, sehingga harta yang diperoleh punya nilai barokah, di jiwa terasa tenang. “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu”. (Q.S. Asy Syams (91) : 9)

4.DIRIDLOI ALLAH, DIMASUKKAN SYURGANYA
Lantaran mampu mengendalikan jiwa, maka jiwanya menjadi tenang dan kelak akan dipanggil menghadap dengan Ridlo Nya dan dimasukkan ke dalam kelompok hamba Nya dan dipersilahkan masuk syurga Nya : “Hai jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba hamba Ku. Masuklah ke dalam syurga Ku. (Q.S. Al Fajr (89) : 27-30)

         

KARENA PESONA WANITA, SUDI PINDAH AGAMA, HAFALAN QURAN PUN LENYAP PULA

‘Abdah bin ‘Abdurrahiim adalah tabiin (270 H) hafal Al Quran, terkenal keilmuan dan kezuhudannya. Namun di akhir hidupnya mati dalam kemurtadan dan hilang semua hafalan Al Qurannya, melainkan hanya 2 ayat saja yang tersisa.          

Bermula ketika kaum Muslimin mengepung Romawi. Tiba tiba matanya tertuju pada wanita Romawi dalam benteng. Kecantikannya meluluhkan hatinya. Lantaran tidak kuat menahan godaan nafsunya, dia mengirim surat cinta : “Adinda bagaimana caranya agar aku bisa sampai ke pangkuanmu ?”. Si perempuan menjawab : “Kakanda masuklah ke dalam agama Nashrani, maka aku akan jadi milikmu”.

Lantaran kuatnya pesona wanita, diapun tak kuasa mengendalikan nafsunya, maka runtuhlah keimanannya, sampai sudi meninggalkan agamanya (Islam), bahkan lebih memilih murtad (meninggalkan agama). Kemudian nekad menikah di dalam benteng, kaum Muslimin yang menyaksikan terguncang heran, bagaimana mungkin seorang hafidz Al Qur’an bisa meninggalkan keyakinannya dan menjadi hamba salib ?.    

Ketika dibujuk bertaubat dia tak mampu, ketika ditanya : “Dimana hafalan Al Quranmu yang dulu ?”, dia menjawab : “Aku lupa semua isi Al Quran kecuali hanya 2 ayat yaitu : “Orang orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang orang Muslim, biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang senang dan dilalaikan oleh angan angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)”. (Q.S. Al Hijr (13) : 2-3).        

Seolah ayat ini sebagai dalil bagi dirinya, kutukan sekaligus peringatan Allah Ta'ala yang terakhir namun tak digubrisnya. Kemudian dia hidup bahagia berlimpah harta dan keturunan dengan kaum Nashrani. Dalam keadaan seperti itu dia sampai meninggal dalam keadaan murtad.

Begini akibat bila memperturutkan hawa nafsu, sehingga walau seorang hafidz dan mujahid, bisa berbalik arah menjadi murtad. Bukankah Nabi s.a.w. bersabda : “Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah yang maha dahsyat bahayanya bagi lelaki kecuali fitnah wanita”. (H.R. Muttafaq ‘alaih). Disarikan dari tulisan DR. Hamid Ath Thahir. Dalam buku : “Di bawah kilatan pedang”




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar