PRILAKU BERSIH SEJUK DI HATI
“
Dan jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang
yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya “. ( Q.S. As Syams 7-10 )
Hati atau
jiwa fithrah asalnya putih bersih, bagai kertas yang belum ditulisi, bukankah
Nabi s.a.w. bersabda : “ Tiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci,
tergantung kepada kedua orang tuanya, dijadikan yahudi, majusi atau nasrani “.
Maka
beruntung yang selalu memperhatikan kesucian jiwa atau hati, sehingga hidup tak
terasa risi, tak ada ganjalan di hati, apalagi silang sengketa dalam sehari
hari, tak punya musuh yang menjadikan hidup terasa tak nyaman lagi.
Pola hidup
semacam ini akan terjadi bila hati selalu dijaga dari kekotoran, dari noda yang
bisa mengotori.
JIWA SEBAGAI PENENTU
Jiwa
merupakan faktor penentu segala prilaku, bila jiwa sehat, bersih, jernih, peka,
akan membuahkan prilaku yang cenderung kepada kebaikan, ketaqwaan : Suka
menolong, suka sedekah, tidak bakhil, sabar, pemaaf tidak pendendam, suka
mendamaikan, walhasil jauh dari kedzaliman.
Demikian
pula sebaliknya, bila jiwa sakit, akan tidak peka, tidak jernih, suka dan
cenderung kepada kefasikan : Suka dusta, menipu, khianat, curang, hasud, adu
domba walhasil suka pada kedzaliman.
BERUNTUNG YANG MENSUCIKANNYA
"......Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu..... “.
Bagi yang kehidupannya
selalu ingat kepada tuntunan agama, pasti akan memelihara jiwanya, dengan
berpegang teguh pada ajaran agama, yang bersumber dari Sang Pencipta Nya,
sehingga jiwanya selalu terjaga dari kekotoran jiwa yang merugikannya. Selalu
terjaga dari kefasikan, tahu yang benar dan salah, tahu mana yang halal dan
haram, sehingga jauh dari sikap dzalim.
RUGI BAGI YANG MENGOTORINYA
“ .......Dan
sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya “.
Jiwa yang semula berfithrah
suci bersih, bisa menjadi kotor karena kuatnya dorongan nafsu yang cenderung
kepada kehidupan dunia yang merangsangnya, sehingga suka melakukan kedzaliman, kefasikan,
dengan demikian kebersihan jiwanya yang semula fithrahnya suci menjadi kotor.
JIWA SUKA KETAQWAAN
Pada hakekatnya
hati atau jiwa dicipta Yang Maha Kuasa suka kepada kebaikan, kebenaran,
kejujuran, sikap yang menunjukkan ketaqwaan. Bila jiwa selalu diajak kepada
ketaqwaan jiwa akan merasakan ketenangan, karena memang demikian menurut
fithrahnya. Taqwa merupakan bentuk dzikrullah ( ingat kepada Allah ), dengan
bersikap taqwa berarti melakukan dzikrullah, dengan dzikrullah hati atau jiwa
menemukan ketenangan.
“ (Yaitu) orang orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingati Allah lah
hati menjadi tenteram “. ( Q.S. Ar Ra’du 28 )
TAK SUKA KEFASIKAN
Jiwa
sangat tidak menyukai kefasikan, bila kefasikan selalu dilakukan, jiwa akan
tersiksa akan menderita : resah, gelisah, khawatir, takut. Keadaan ini membuat
tekanan pada jiwa. Bukankah para perampok atau pencuri setelah melaksanakan
perbuatan kejinya pada lari meninggalkan jejak, karena ketakutan, takut pada
polisi, takut dibui.
Ada pula
yang melakukan pembunuhan, kemudian jiwanya selalu dibayangi wajah korban yang
dibunuhnya, betapa menderita dan tersiksa jiwanya tiap hari karena selalu
terbayang wajah yangg didzalimi.
Bukankah
sekarang banyak pejabat pada keder, khawatir dan ketakutan menghadapi K.P.K (
komisi pemberantasan korupsi ) yang gencar menangkap para koruptor. “ .......Dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya “.
AHLI SYURGA
Ada pula prilaku yang seolah nampak biasa biasa saja, namun memiliki nilai
tinggi sehingga bisa memasukkan ke syurga, sebagaimana hadits : Anas
bin Malik, salah seorang sahabat kenamaan, mengisahkan bahwa suatu kali ia
sedang duduk bersama Rasulullah s.a.w. tiba tiba
beliau
bersabda : " Sekarang muncul di hadapan kalian salah seorang ahli syurga ". Kemudian salah seorang laki laki
dari kaum Anshar muncul sementara air masih menetes dari janggutnya setelah
berwudhu, dengan menenteng terompah di tangan kirinya.
Pada
hari berikutnya Rasulullah s.a.w. mengatakan kata kata
itu lagi, lalu orang itu muncul seperti pada kali pertama. Pada hari ketiga,
Rasulullah saw. mengatakan lagi kata kata itu, lalu orang itu muncul
seperti halnya pada yang pertama.
ABDULLAH BIN AMR
MENYELIDIKI
Ketika
Rasulullah bangkit dan pergi, Abdullah bin Amr mengikuti lelaki itu dengan
maksud agar dia
dapat mengamati kehidupannya dari dekat, kemudian dia mencari alasan seraya berkata kepadanya :
" Aku bertengkar dengan ayahku, lalu aku bersumpah aku tidak akan
menemuinya tiga hari, apakah engkau berkenan memberiku tempat menginap ? ".
Lelaki tersebut menjawab : "
Baiklah, dengan senang hati ". Abdullah bin Amr menginap
bersama lelaki Anshar itu dirumahnya selama tiga malam dan ia tidak melihat
lelaki Anshar itu bangun untuk shalat malam.
BIASA BIASA SAJA
Bilamana
terjaga dari tidurnya, dia
berbalik di atas kasur untuk melakukan dzikir kepada Allah SWT dan membaca
bacaan takbir hingga waktu fajar. Meskipun ibadah malamnya tampak tidak
istimewa namun yang dia
dengar lelaki tersebut hanya mengatakan
sesuatu yang baik.
Ketiga
tiga malam telah berlalu dan Abdullah bin Amr nyaris
meremehkan amal perbuatannya, kemudian Abdullah bin Amr menjelaskan sambil berkata : " Wahai saudaraku, aku tidak pernah marah dan tidak pula ingin
menjauh dari ayahku !".
TERUS TERANG
Abdullah
bin Amr kemudian mengatakan sejujurnya : " Akan tetapi aku mendengar
Rasulullah s.a.w. bersabda : "
Sekarang muncul di hadapan kalian salah seorang ahli syurga ".
“ Ternyata
engkaulah orang yang muncul itu sampai tiga kali. Oleh sebab itu sebenarnya aku
ingin menginap dirumahmu supaya aku dapat melihat sendiri apa yang engkau
lakukan lalu mengikutimu. Akan
tetapi aku tidak melihatmu melakukan amal amal istimewa. Jadi
apa sebenarnya yang ada di balik kata kata Rasulullah s.a.w. ? ".
TIDAK CURANG DAN TIDAK DENGKI
Dia
menjawab : " Hanyalah apa yang engkau lihat itu. Namun demikian dalam
diriku tidak ada perasaan curang terhadap siapa pun di antara kaum muslimin dan
tidak pula ada dengki dan iri terhadap karunia Allah yang di berikan kepada
seseorang ".
Kemudian
Abdullah berkata : " Itulah kiranya yang telah engkau capai ".
PEJABAT YANG JUJUR
Bermacam
prilaku terpuji dilakukan bagi yang bertaqwa, termasuk salah seorang pejabat
yang benar benar luar biasa ketaqwaannya. Sebagaimana layaknya bila seorang
pejabat berkunjung kesatu wilayah, biasa di layani dan dijamu di hotel agar
nampak dipandang tahu diri dalam melayani sang atasan. Ketika sang pejabat
masuk kamar .....ternyata dijumpai seorang wanita wanita cantik bertelanjang,
tahu apa yang terjadi dengan beliau ?,....dengan suara tegas dan lantang dia
menginstruksi : “ Kenakan baju dan segera keluar dalam 10 menit ! “. Si wanita
menjawab dengan suara pelan penuh rayuan : “ Pak saya dipesan untuk menservice
bapak “. Karena desakan beliau yang tegas, akhirnya si wanita nyelonong juga
keluar penuh malu.
Bayangkan
betapa hebatnya ketaqwaan pejabat tersebut, dalam keadaan jauh dari keluarga
masih sanggup dan bisa menjaga keimanannya, sehingga dapat menahan nafsunya dari
godaan wanita jalang yang menggodanya, ini pertanda jiwa yang sehat jiwa, yang
tenang, yang tak mudah tergoda rayuan. Betapa mulianya bila prilaku bersih
diamalkan, sehingga membuat hidup jadi tenang dan nyaman, karena jiwanya selalu
disucikan, bahkan kelak Allah akan melindunginya “ di hari kebangkitan dimana tidak ada perlindungan kecuali lindungan
Allah “. Betapa nikmatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar