Senin, 30 Maret 2015


PRILAKU BERSIH SEJUK DI HATI

 “ Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. ( Q.S. As Syams 7-10 )

Hati atau jiwa fithrah asalnya putih bersih, bagai kertas yang belum ditulisi, bukankah Nabi s.a.w. bersabda : “ Tiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci, tergantung kepada kedua orang tuanya, dijadikan yahudi, majusi atau nasrani “.
Maka beruntung yang selalu memperhatikan kesucian jiwa atau hati, sehingga hidup tak terasa risi, tak ada ganjalan di hati, apalagi silang sengketa dalam sehari hari, tak punya musuh yang menjadikan hidup terasa tak nyaman lagi.
Pola hidup semacam ini akan terjadi bila hati selalu dijaga dari kekotoran, dari noda yang bisa mengotori.

JIWA SEBAGAI PENENTU
Jiwa merupakan faktor penentu segala prilaku, bila jiwa sehat, bersih, jernih, peka, akan membuahkan prilaku yang cenderung kepada kebaikan, ketaqwaan : Suka menolong, suka sedekah, tidak bakhil, sabar, pemaaf tidak pendendam, suka mendamaikan, walhasil jauh dari kedzaliman.
Demikian pula sebaliknya, bila jiwa sakit, akan tidak peka, tidak jernih, suka dan cenderung kepada kefasikan : Suka dusta, menipu, khianat, curang, hasud, adu domba walhasil suka pada kedzaliman.  

BERUNTUNG YANG MENSUCIKANNYA
"......Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu..... “.         
Bagi yang kehidupannya selalu ingat kepada tuntunan agama, pasti akan memelihara jiwanya, dengan berpegang teguh pada ajaran agama, yang bersumber dari Sang Pencipta Nya, sehingga jiwanya selalu terjaga dari kekotoran jiwa yang merugikannya. Selalu terjaga dari kefasikan, tahu yang benar dan salah, tahu mana yang halal dan haram, sehingga jauh dari sikap dzalim.  

RUGI BAGI YANG MENGOTORINYA
.......Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.  
Jiwa yang semula berfithrah suci bersih, bisa menjadi kotor karena kuatnya dorongan nafsu yang cenderung kepada kehidupan dunia yang merangsangnya, sehingga suka melakukan kedzaliman, kefasikan, dengan demikian kebersihan jiwanya yang semula fithrahnya suci menjadi kotor.

JIWA SUKA KETAQWAAN
Pada hakekatnya hati atau jiwa dicipta Yang Maha Kuasa suka kepada kebaikan, kebenaran, kejujuran, sikap yang menunjukkan ketaqwaan. Bila jiwa selalu diajak kepada ketaqwaan jiwa akan merasakan ketenangan, karena memang demikian menurut fithrahnya. Taqwa merupakan bentuk dzikrullah ( ingat kepada Allah ), dengan bersikap taqwa berarti melakukan dzikrullah, dengan dzikrullah hati atau jiwa menemukan ketenangan.    
“ (Yaitu) orang orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingati Allah lah hati menjadi tenteram “. ( Q.S. Ar Ra’du 28 )

TAK SUKA KEFASIKAN
Jiwa sangat tidak menyukai kefasikan, bila kefasikan selalu dilakukan, jiwa akan tersiksa akan menderita : resah, gelisah, khawatir, takut. Keadaan ini membuat tekanan pada jiwa. Bukankah para perampok atau pencuri setelah melaksanakan perbuatan kejinya pada lari meninggalkan jejak, karena ketakutan, takut pada polisi, takut dibui.
Ada pula yang melakukan pembunuhan, kemudian jiwanya selalu dibayangi wajah korban yang dibunuhnya, betapa menderita dan tersiksa jiwanya tiap hari karena selalu terbayang wajah yangg didzalimi.
Bukankah sekarang banyak pejabat pada keder, khawatir dan ketakutan menghadapi K.P.K ( komisi pemberantasan korupsi ) yang gencar menangkap para koruptor. .......Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

AHLI SYURGA
Ada pula prilaku yang seolah nampak biasa biasa saja, namun memiliki nilai tinggi sehingga bisa memasukkan ke syurga, sebagaimana hadits :   Anas bin Malik, salah seorang sahabat kenamaan, mengisahkan bahwa suatu kali ia sedang duduk bersama Rasulullah s.a.w. tiba tiba beliau bersabda : " Sekarang muncul di hadapan kalian salah seorang ahli syurga ". Kemudian salah seorang laki laki dari kaum Anshar muncul sementara air masih menetes dari janggutnya setelah berwudhu, dengan menenteng terompah di tangan kirinya.
Pada hari berikutnya Rasulullah s.a.w. mengatakan kata kata itu lagi, lalu orang itu muncul seperti pada kali pertama. Pada hari ketiga, Rasulullah saw. mengatakan lagi kata kata itu, lalu orang itu muncul seperti halnya pada yang pertama.

ABDULLAH BIN AMR MENYELIDIKI
Ketika Rasulullah bangkit dan pergi, Abdullah bin Amr mengikuti lelaki itu dengan maksud agar dia dapat mengamati kehidupannya dari dekat, kemudian dia mencari alasan seraya berkata kepadanya : " Aku bertengkar dengan ayahku, lalu aku bersumpah aku tidak akan menemuinya tiga hari, apakah engkau berkenan memberiku tempat menginap ? ". Lelaki tersebut menjawab : " Baiklah, dengan senang hati ". Abdullah bin Amr menginap bersama lelaki Anshar itu dirumahnya selama tiga malam dan ia tidak melihat lelaki Anshar itu bangun untuk shalat malam.

BIASA BIASA SAJA
Bilamana terjaga dari tidurnya, dia berbalik di atas kasur untuk melakukan dzikir kepada Allah SWT dan membaca bacaan takbir hingga waktu fajar. Meskipun ibadah malamnya tampak tidak istimewa namun yang dia dengar lelaki tersebut hanya mengatakan sesuatu yang baik.
Ketiga tiga malam telah berlalu dan Abdullah bin Amr nyaris meremehkan amal perbuatannya, kemudian Abdullah bin Amr menjelaskan sambil berkata : " Wahai saudaraku, aku tidak pernah marah dan tidak pula ingin menjauh dari ayahku !".

TERUS TERANG
Abdullah bin Amr kemudian mengatakan sejujurnya : " Akan tetapi aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : " Sekarang muncul di hadapan kalian salah seorang ahli syurga ".
Ternyata engkaulah orang yang muncul itu sampai tiga kali. Oleh sebab itu sebenarnya aku ingin menginap dirumahmu supaya aku dapat melihat sendiri apa yang engkau lakukan lalu mengikutimu. Akan tetapi aku tidak melihatmu melakukan amal amal istimewa. Jadi apa sebenarnya yang ada di balik kata kata Rasulullah s.a.w. ? ".

TIDAK CURANG DAN TIDAK DENGKI
Dia menjawab : " Hanyalah apa yang engkau lihat itu. Namun demikian dalam diriku tidak ada perasaan curang terhadap siapa pun di antara kaum muslimin dan tidak pula ada dengki dan iri terhadap karunia Allah yang di berikan kepada seseorang ".
Kemudian Abdullah berkata : " Itulah kiranya yang telah engkau capai ".

PEJABAT YANG JUJUR
Bermacam prilaku terpuji dilakukan bagi yang bertaqwa, termasuk salah seorang pejabat yang benar benar luar biasa ketaqwaannya. Sebagaimana layaknya bila seorang pejabat berkunjung kesatu wilayah, biasa di layani dan dijamu di hotel agar nampak dipandang tahu diri dalam melayani sang atasan. Ketika sang pejabat masuk kamar .....ternyata dijumpai seorang wanita wanita cantik bertelanjang, tahu apa yang terjadi dengan beliau ?,....dengan suara tegas dan lantang dia menginstruksi : “ Kenakan baju dan segera keluar dalam 10 menit ! “. Si wanita menjawab dengan suara pelan penuh rayuan : “ Pak saya dipesan untuk menservice bapak “. Karena desakan beliau yang tegas, akhirnya si wanita nyelonong juga keluar penuh malu.
Bayangkan betapa hebatnya ketaqwaan pejabat tersebut, dalam keadaan jauh dari keluarga masih sanggup dan bisa menjaga keimanannya, sehingga dapat menahan nafsunya dari godaan wanita jalang yang menggodanya, ini pertanda jiwa yang sehat jiwa, yang tenang, yang tak mudah tergoda rayuan. Betapa mulianya bila prilaku bersih diamalkan, sehingga membuat hidup jadi tenang dan nyaman, karena jiwanya selalu disucikan, bahkan kelak Allah akan melindunginya “ di hari kebangkitan dimana tidak ada perlindungan kecuali lindungan Allah “. Betapa nikmatnya.  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar