Kamis, 29 Desember 2016



         SALMAN  ALFARISI MENJAMINKAN DIRINYA
    
.        “Dan orang orang yang memelihara amanat amanat (yang dipikulnya) dan janjinya”. (Q.S. Al Mukminun (23) : 8) .
               
Diantara bentuk persaudaraan Muslim adalah menanamkan rasa kepercayaan berdasar amanah dan kejujuran. Kenyataan ini terbukti pada kisah yang terjadi saat Umar bin Khaththab menjabat sebagai kholifah.
Saat Umar bin Khaththab sedang duduk di bawah sebatang kurma, bersama para sahabat diantaranya Abdullah bin ‘Abbas, Salman Al Farisi juga Abu Dzar Al Ghifari. Pembicaraan segera terhenti karena dua pemuda berwajah mirip datang dengan mengapit pemuda yang terikat lengannya. 

MENGHADAP KHOLIFAH
Karena kesederhanaan kholifah sebagai pimpinan yang tidak  terlalu protokoler, maka dengan mudahnya keduanya menghadap dan lapor tentang masalah yang dihadapinya sambil berkata : “Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah atas pembunuh ayah kami ini ! ", Ujar salah seorang dari mereka. Umar bangkit : "Takutlah kalian kepada Allah !”, ujar Umar : “Perkara apakah ini ?". Kemudian dua pemuda menjelaskan bahwa pemuda yang mereka bawa adalah pembunuh ayahnya, bahkan dia siap mendatangkan saksi yang menyatakan bahwa si pelaku telah mengaku. 

MENGAKU 
Umar bertanya kepada tertuduh : "Benarkah apa yang mereka dakwakan kepadamu ?", "Benar wahai Amirul Mukminin !". "Engkau tidak menyangkal dan di wajahmu kulihat ada penyesalan, Umar menyelidik dengan teliti “. “Ceritakan kejadiannya !", pinta Umar bin Khaththab. 

BERKISAH JUJUR
"Aku datang dari negeri jauh ”, kata pemuda . “Sesampai di kota ini, aku tambatkan kudaku di sebuah pohon dekat kebun milik keluarga mereka. Ku tingggalkan sejenak untuk mengurus suatu hajat, tanpa kuketahui kudaku makan tanaman yang ada di kebun mereka, saat aku kembali, kulihat seorang lelaki tua yang ternyata ayah kedua pemuda ini sedang memukul kepala kudaku dengan batu hingga tewas. Melihat kejadian itu, aku emosi kemudian kuhunus pedang. Aku khilaf, aku telah membunuh lelaki tua itu. Aku memohon ampun kepada Allah karenanya”. Umar termenung. “Wahai Amirul Mukminin tegakkanlah hukum Allah, kami minta qishash atas orang ini, jiwa harus dibayar dengan jiwa !", kata salah seorang. 
Umar menatap pemuda tertuduh usianya masih sangat muda, pantas bila mudah emosi. Tapi jelas pad wajahnya teduh, akhlaknya santun. Gurat gurat sesal nampak jelas membayang wajahnya. Umar iba menimbang nimbang betapa sia sianya jika pemuda ini harus mati begitu cepat.

UMAR USUL
"Bersediakah kalian, jika aku membayar diyat (tebusan) untuknya, agar dia bisa bebas ?”, pinta Umar pada kedua pemuda penuntut qishas. Pemuda menjawab : ” Demi Allah, hai Amirul Mukminin sungguh kami sangat mencintai ayah kami, dia telah membesarkan kami dengan penuh cinta. Keberadaannya di tengah kami takkan bisa terganti dengan diyat sebesar apapun. Hati kami baru tenteram jika had ditegakkan !", jawabnya tegas. Umar terhenyak : "Bagaimana menurutmu ?”, tanya Umar kepada pemuda terdakwa. “Aku ridha hukum Allah ditegakkan ke padaku, wahai Amirul Mukminin”, jawabnya yakin. 

USUL MINTA IZIN PULANG
“Namun ada yang menghalangiku, karena ada amanah dari kaumku tentang harta dan perkara yang harus kusampaikan kepadanya. Juga keluargaku, aku bekerja untuk menafkahi mereka. Hasil dari  perjalananku harus kuserahkan dan juga memohon ridla dan ampunan ayah dan ibuku". 

JANJI AKAN KEMBALI MENEPATI JANJI
Umar merenung iba, tak ada jalan lain, hudud harus ditegakkan, tetapi dia juga memiliki amanah yang harus ditunaikan. “Jadi bagaimana  ?”, tanya Umar. “Jika engkau mengizinkanku aku minta waktu 3 hari untuk pulang guna menunaikan amanah. Demi Allah aku pasti kembali di hari ketiga untuk menerima  hukumanku, wahai putera Al Khattab".

KHOLIFAH MINTA JAMINAN
"Adakah orang yang bisa menjaminmu ?”, tanya Umar, “Aku tidak punya kenalan di kota ini guna kuminta menjadi penjaminku, kecuali Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat". "Tidak Demi Allah, tetap harus ada seseorang yang menjaminmu atau aku tak mengizinkanmu pergi !", jawab Umar bin Khaththab tegas. "Aku bersumpah dengan nama Allah yang keras 'Adzabnya. Aku takkan menyalahi janjiku !", "Aku percaya, tetapi tetap harus ada orang yang menjaminmu !". "Aku tak punya !”.

SALMAN ALFARISI TAMPIL
“Wahai Amirul Mukminin !”, terdengar suara menyela : “Jadikan aku sebagai penjamin anak muda ini, biarkanlah dia pergi menunaikan amanahnya !". Salman Al Farisi tampil mengajukan diri. "Engkau hai Salman, bersedia menjamin anak muda ini ?", "Ya aku bersedia !", "Kalian berdua yang mengajukan gugatan”, panggil Umar : “Apakah kalian bersedia menerima Salman Al Farisi sebagai penjamin ?”. Adapun Salman demi Allah, aku bersaksi tentang dirinya bahwa dia lelaki kesatria yang jujur dan tak berkhianat”. Kedua pemuda saling pandang : Kami menerima, jawabnya.

TEGANG MENANTI SAAT.
Para sahabat berkumpul mendatangkan Umar dan Salman. Demi Allah mereka keberatan jika Salman harus dibunuh sebagai badal (ganti). Mereka tak ingin kehilangan sahabat yang pengorbanannya bagi Islam begitu besar. Salman seorang sahabat yang tulus dan rendah hati, dihormati dan  dicintai. 
Satu demi satu mulai Abu Darda’ dan beberapa sahabat mengajukan diri sebagai pengganti Salman. Tetapi Salman menolak. Umar juga menggeleng, waktu terus bergerak mendekati saat yang ditentukan. Kekhawatiran Umar makin memuncak, sahabat makin tegang dan sedih. 

DATANG TEPAT WAKTUNYA
Hanya beberapa saat menjelang habisnya batas waktu, nampak seseorang datang dengan berlari bertatih dan terseok. Dia pemuda terhukum sambil berkata : “Maafkan aku”, ujarnya memelas, “Urusan kaumku itu ternyata rumit, sementara untaku tak sempat istirahat, dia kelelahan nyaris sekarat dan terpaksa kutinggal di tengah jalan. Aku harus berlari agar  cepat sampai ke mari hingga nyaris terlambat".  Semua yang melihatnya  pada menatap iba,  tak rela jika dia harus berakhir hidupnya pada hari itu.

UMAR TAKJUB KEJUJURANNYA
"Pemuda yang jujur”, ujar Umar dengan mata berkaca kaca, “Mengapa kau datang kembali padahal bagimu ada kesempatan untuk lari dan tak harus mati menanggung qishash?". Pemuda menjawab dengan tenangnya : Sungguh jangan sampai ada orang mengatakan tidak ada lagi orang yang tepat janji. Dan jangan sampai ada yang mengatakan, bahwa tidak ada lagi kejujuran di kalangan kaum Muslimin.

PERCAYA BERDASAR RASA PERSAUDARAAN
"Dan kau Salman”, kata Umar bergetar : “Untuk apa kau susah susah menjadikan dirimu penanggung kesalahan orang yang tak kau kenal sama sekali, bagaimana kau bisa mempercayainya ?". 
"Sungguh jangan sampai orang mengatakan bahwa tidak ada lagi orang yang mau saling berbagi beban dengan saudaranya. Atau jangan sampai ada yang merasa bahwa tidak ada lagi rasa saling percaya di antara orang orang Muslim. Jawab Salman dengan tulus dan mantap.

BUKTI KOKOHNYA IMAN
"Allaahu Akbar !”, seru Umar : “Segala puji bagi Allah. Kalian telah membesarkan hati umat ini dengan kemuliaan sikap dan agungnya iman kalian. Tetapi bagaimanapun wahai pemuda, had untukmu harus kami tegakkan !". Pemuda terdakwa mengangguk pasrah. 

BERKAT KEIMANANNYA SUDI MEMAAFKAN
Tiba tiba ……ada suara dari para penggugat : Kami sepakat memutuskan untuk memaafkannya !“, sambil tersedu sedan penuh haru. “Kami melihatnya sebagai orang yang berbudi dan menepati janji. Demi Allah, pasti benar benar sebuah kekhilafan yang tak disengaja, jika dia sampai membunuh ayah kami. Dia telah menyesal dan beristighfar kepada Allah atas dosanya. Kami memaafkannya, janganlah menghukumnya wahai Amirul Mukminin !. “Alhamdulillah !”, ujar Umar. Pemuda terhukum sujud syukur, diikuti Salman Al farisi, bahkan diikuti pula oleh semua hadirin. 

MEMAAFKAN DEMI KOKOHNYA IMAN
“Mengapa kalian tiba tiba berubah fikiran ?”, tanya Umar pada kedua ahli waris korban. Agar jangan sampai ada yang mengatakan bahwa di kalangan kaum Muslimin tidak ada lagi kemaafan, pengampunan, iba hati dan kasih sayang", jawab mereka kompak penuh haru.

Senin, 26 Desember 2016



MASIHKAH MENYEMARAKKAN TAHUN BARU MASEHI ?

Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang orang musyrikin tidak menyukai. (Q.S. AtTaubah (9) :33)..

Sebentar lagi pergantian tahun akan terjadi, akan banyak yang pada menyongsong dan larut di malam pergantian tahun baru ini : Dengan pesta meriah, bermacam pula ragamnya, yang penting happy, puas  dan bangga.
Namun……sadarkah bahwa apa yang dilakukan sudah benar menurut tuntunan agama ?. Lantaran kurang memahami atau tidak mau mengkaji ajaran agamanya secara kaffah (total), sehingga umat Islam banyak yang pada larut dan ikut ikutan dalam acara yang tidak seharusnya dilakukan.
Karena beragama hanya berbekal semboyan : “yang penting sholat”, dengan hanya bermodal pada pemahaman ini, sehingga hal hal lain yang seharusnya difahami diabaikan begitu saja !!!.   

PENTINGNYA MEMAHAMI ILMU
Padahal bila faham dan iman masih melekat akan miris dan malu rasanya. Disini pentingnya mendalami ilmu !, bukankah Nabi s.a.w. bersabda : "Barang siapa menginginkan soal soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah dia memiliki ilmunya dan barang siapa yang mengingin akhirat, wajiblah dia memiliki ilmunya pula dan barang siapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akherat), wajiblah dia memiliki ilmu keduanya pula". (H.R.Bukhari dan Muslim).
Demikian pula halnya dalam pemakaian Kalender Masehi perlu dikaji pula, agar bisa memahami hakekat sebenarnya.

SYIAR NASRANI
Dari penyebutan kata “masehi” saja jelas merupakan penisbatan kepada Nabi ‘Isa  a.s. Awal perhitungan penanggalan diambil dari tahun lahirnya Nabi ‘Isa a.s. (Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid.  TarikhilMiladi : http://www.dorar.net/art/223).
Dengan demikian, kalender masehi pada hakikatnya merupakan simbol agama nasrani. Sebagaimana dikatakan Syaikh Shalih Al Fauzan hafidzahullah : “…Apalagi kalender masehi adalah simbol dari agama mereka karena dia mengisyaratkan pada pengagungan kelahiran Al Masih a.s. dan berhari raya dengannya di setiap penghujung tahun Ini adalah bid’ah yang diada adakan oleh nashara”. (http://www.alathary.net/vb2/showthread.php?13590).

RENUNGAN ???
Sebagai seorang muslim akankah sudi mengiklankan syi’ar agama nashara, dengan meninggalkan syi’ar Muslim (penanggalan Hijriyyah) ?. Apakah seorang Muslim rela mengatakan : “Biarlah pudar syi’ar Islam dan berkibar syi’ar agama Nashara ?”. Jika bukan kaum Muslimin siapa lagi yang akan mengibarkan syi’ar umat Islam ini (kalender Hijriyyah)Bila mau menyimak sejarah timbulnya kalender Masehi maka akan kaget dibuatnya ……!!!, betapa tidak ?, disini pentingnya memahami ilmu sejarah !. Kenyataan akan terbukti bila melembari sejarahnya.

PENAMAAN BULAN DARI NAMA BERHALA ROMAWI DAN KAISARNYA
               Dari nama bulannya saja kita akan terperanjat kaget dibuatnya !!!.
  1. Januari diambil dari kata Janus (dewa permulaan dan akhir bangsa Romawi ada yang mengatakan dewa matahari).
  2. Februari dari Februus (dewa kematian dan pemurnian Romawi juga dewa bangsa etruskan. Bulan ini menjadi bulan perayaan ritual pemurnian di Romawi dirayakan tiap 15 bulan ini).
  3. Maret dari Mars (dewa perang romawi) .
  4. April dari Aperire (membuka). Bulan April (aprilis) dalam kalender Romawi merupakan penghormatan untuk dewi venus, dewa cinta dan keindahan. Kata april diambil dari nama venus dalam bahasa yunani
       yaitu aphrodite (Aphros).
  1. Mei dari Maia Maiestas (dewi kelahiran).
  2. Juni dari Juno (dewi romawi, istri jupiter (mitologi), dewi bulan).
  3. Juli dari julius caesar (diktator romawi).
  4. Agustus dari Agustus (kaisar romawi pertama).
TASYABBUH
Bila sudah mengetahui status kalender masehi sebagai syi’ar agama nashara dan romawi, kemudian masih menggunakannya, pada hakikatnya  merupakan bentuk  meniru (tasyabbuh) dengan simbol simbol mereka ?. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia bagian dari kaum itu”. (H.R. Abu Dawud, Syaikh Al Albani menyatakan derajatnya hasan shahih).
Syaikh Shalih Al Fauzan hafizhahullah ditanya tentang apakah perhitungan dengan kalender masehi termasuk bentuk loyalitas kepada orang kafir ?, beliau menjawab : ”Tidak dianggap sebagai bentuk loyalitas, akan tetapi dianggap sebagai tasyabbuh (dengannya) (Istikhdamut Tarikhil Miladi, http://www.dorar.net/art/223)..   

BERBAGAI TRADISI DAN KEPERCAYAAN 1 JANUARI                                         
Di Brazil di tengah malam tiap 1 Januari, orang orang pada ke pantai menaburkan bunga, sebagai tanda “penghormatan terhadap sang dewa Lemanja Dewa laut”. Di Brazil, orang Romawi kuno saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas bergambar Janus (dewa pintu dan semua permulaan). Bulan Januari diambil dari nama dewa ini. 
Bagi umat kristen Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi”..

MUHASABAH
Akankah sebagai umat Islam masih sudi mengikuti jejak kaum non muslim dengan tetap memeriahkan malam tahun barunya ?. Na’udzu billaahi min dzaalik (kami berlindung kepada Allah dari yang demikian itu).
Untuk itu paling tidak mari memperbanyak istighfar (meminta ampun kepada Allah) atas kesalahan kesalahan yang telah diperbuat.

“Ya Allah curahkan selalu hidayah Mu, agar kami selalu berada dijalan Mu dan jauhkan kami dari kesesatan, Amin”.

MUTIARA HADITS
PEGANG TEGUH SUNNAH NABI JAUHI YANG BUKAN TUNTUNAN !
Tiap agama memiliki alat dan cara beribadahnya, khususnya untuk memanggil jamahnya dalam beribadah :  Kaum nasrani menggunakan lonceng, Yahudi menggunakan terompet, Majusi menggunakan api.
Nah nanti pada akhir Desember pukul 00.00. (malam tahun baru), sebagian umat Islam akan latah menggunakan ketiganya secara serempak :
Lonceng berdentang, trompet ditiup, kembang api / lilin dinyalakan ?. 
Maka benarlah apa yang telah disabdakan Rasulullah s.a.w. :
Dari Abu Sa’id Al Khudri r.a. dia berkata : “Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga kalau  mereka masuk kedalam lubang biawak, niscaya kalianpun akan masuk (mengikuti) kedalamnya. Mereka (para sahabat) bertanya : “Wahai Rasulullah apakah mereka mereka kaum Yahudi dan Nasrani ?. kemudian beliau bersabda : “Siapa lagi kalau bukan mereka”. (H.R. Bukhari dan Musliim).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan : “Tidak diragukan lagi bahwa umat Islam ada yang kelak akan mengikuti jejak Yahudi dan Nasrani dalam sebagian perkara”. (Majmu’ Al Fatawa 27 : 286).
Nah mari merenung, siapakah yang pertama kali merayakan tahun baru ?. Jelas orang orang non muslim. Lantas ……mengapa diikuti ?.
Padahal Rasulullah s.a.w. 14 abad silam telah memberi peringatan kepada orang orang yang menyerupai perbuatan orang kafir.
Dari Ibnu Umar r.a. Nabi s.a.w. bersabda : “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”. (H.R. Ahmad dan Abu Dawud)
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : “Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang yang menyerupai selain kami”. (H.R. Tirmimidzi).
Begitu bahayanya bila tuntunan agama tidak difahami, sehingga dengan mudahnya terjerumus dalam kelatahan sehingga dengan mudahnya mengikuti ibadah umat lain tanpa disadarinya, sehingga dikatakan Nabi s.a.w. : “Bukan termasuk golongan kami !”. Na’udzu billaahi min dzaalik !.