Sabtu, 24 Desember 2016



     DEMI CINTANYA KEPADA  ALLAH DAN RASULNYA      

Sesungguhnya jawaban oran orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan : "Kami mendengar dan kami patuh". dan mereka Itulah orang orang yang beruntung”. (Q.S. An Nur (24) : 51)”

Di zaman Rasulullah s.a.w. hidup seorang pemuda bernama Zahid berumur 35 tahun, belum menikah, tinggal di Suffah masjid Madinah. Ketika sedang memperkilat pedangnya tiba tiba Rasulullah s.a.w. datang mengucapkan salam : “Wahai saudaraku Zahid, selama ini engkau sendirian saja”. “Allah bersamaku ya Rasulullah”. Jawab Zahid. “Maksudku mengapa engkau selama ini engkau membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah ?”, kata Rasulullah s.a.w. Zahid menjawab : “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek, siapa yang mau denganku ya Rasulullah?”. ” Asal engkau mau itu urusan yang mudah”, kata Rasulullah s.a.w.

RASULULLAH MEMBUAT LAMARAN
Kemudian Rasulullah s.a.w. memerintah sekretarisnya membuat surat untuk melamar Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah kaya dan cantik jelita. Kemudian surat dibawa Zahid ke Said yang sedang menerima tamu. “Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasul yang mulia diberikan untukmu saudaraku”.

TERPERANJAT KAGET
Said menjawab : “Adalah suatu kehormatan buatku”. Ketika membaca surat, Said terperanjat karena tradisi Arab perkawinan harus berdasar sekufu (selevel). Kemudian Said bertanya kepada Zahid : “Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah ?”, Zahid menjawab :  “Apakah  engkau pernah melihat aku berbohong ?”. Dalam suasana seperti itu Zulfah datang kemudian berkata : “Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini, bukankah lebih baik dipersilahkan  masuk ?”.  “Wahai anakku ini adalah pemuda yang akan melamar engkau”.

MENANGIS
Saat Zulfah melihat Zahid dia menangis sejadi jadinya sambil berkata : “Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau ayah..!” .Zulfah merasa dirinya terhina melihat fisik Zahid yang tidak menarik.

DITOLAK
Maka Said berkata kepada Zahid : “Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak”.

BERUBAH DEMI CINTANYA PADA RASULULLAH
Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya : “Wahai ayah, mengapa membawa bawa nama Rasul ?”. Said berkata : “Yang melamarmu atas perintah Rasulullah”. Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas kelancangan perbuatannya kemudian berkata : “Wahai ayah, mengapa tadi ayah tidak berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu aku harus segera dikawinkan dengan pemuda ini !”. Karena dia ingat firman Allah : “Sesungguhnya jawaban orang orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul Nya agar Rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan : “Kami mendengar dan kami taat. Dan mereka itulah orang orang yang beruntung”. (Q.S. 24 (An Nur) : 51)

BERBINAR BINAR BAHAGIA
Zahid di hari itu merasa jiwanya berbinar binar karena baru kali ini merasakan kebahagiaan tiada tara dan segera pamit pulang. Sampai di masjid dia sujud syukur. Rasulullah tersenyum melihat gerak gerik Zahid yang berbeda dari biasanya. “Bagaimana Zahid ?”, “Alhamdulillah saya diterima ya Rasul”, jawab Zahid.  “Sudah adakah persiapan ?”, Zahid menundukkan kepala sambil berkata : “Ya Rasul kami tidak memiliki apa apa”.

MENCARI DANA
Kemudian Rasulullah s.a.w. menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Ustman dan Abdurrahman bi Auf. Setelah mendapatkan uang yang cukup, Zahid ke pasar membeli persiapan perkawinan. Padahal di saat itu Rasulullah s.a.w. menyerukan umat Islam  menghadapi kaum kafir yang akan menghancurkan Islam. Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sedang bersiap siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya : “Ada apa ini ?”. Sahabat menjawab : “Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, apakah engkau tidak mengerti ?”.

ISTIGHFAR
Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata : “Wah jika demikian  perlengkapan kawin ini kujual dan kubelikan kuda terbaik”. Para sahabat menasehatinya : “Wahai Zahid nanti malam kamu akan berbulan madu, tetapi mengapa engkau memilih bberperang ?”.

PUTAR HALUAN
Zahid menjawab tegas : “Itu tidak mungkin !”, kemudian  Zahid menyitir ayat : “Jika bapak bapak, anak anak, suadara saudara, istri istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu cintai daripada Allah dan Rasul Nya (dari) berjihad di jalan Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang fasik”. (Q.S. At Taubah (9) : 24).

GUGUR SEBAGI SYAHID
Kemudian Zahid dengan sigapnya tampil ke medan pertempuran dan mati syahid di jalan Allah. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Hari ini Zahid sedang berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah”. Kemudian Rasulullah s.a.w. membacakan firman : “Janganlah kamu mengira bahwa orang orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan Nya kepada mereka dan mereka bergirang hati terhadap orang orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (Q.S. Ali Imran (3) : 169-170).
Saat itulah para sahabat meneteskan air mata dan Zulfah pun berkata : “Ya Allah alangkah bahagianya calon suamiku, jika aku tidak bisa mendampinginya di dunia izinkanlah aku mendampinginya di akhirat”.
Demikian nikmat, mulia dan bahagianya bila hidup disandarkan pada prinsip : “mengutamakan kecintaan kepada Allah dan Rasul Nya”.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar