KARENA TAK TAKUT MATI
SA’ID BIN JUBAIR MELAWAN KEKEJAMAN
HAJJAJ BIN YUSUF ATS TSAQAFI
“Sesungguhnya
orang orang ang beriman, orang orang yang berhijrah dan berjihad di jalan
Allah, mereka itu mengharapkan Rahmat Allah dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (Q.S. Al Baqarah (2) : 218)
Al Hajjaj bin
Yusuf kelahiran Thaif pada 661 M, dari suku thaqafi, semula bertugas sebagai ketua
pengawal keselamatan negara dalam kekhalifahan dibawah pimpinan Abdul Malik bin Marwan.
Kemudian dilantik menjadi panglima besar tentara kerajaan Bani
Ummaiyyah. Hajjaj ditugaskan menumpas kerajaan Hijaz dibawah pimpinan Abdullah bin Zubair, dengan tugas pertama menumpas tentera
Abdullah yang diketuai saudara Abdullah sendiri yaitu Mus'ab bin Zubair.
Setelah tentera
Mus'ab tewas, Hajjaj meneruskan menumpas kerajaan Abdullah bin Zubair yang
berpusat di Makkah. Kemudian
meneruskan penyebaran agama Islam dan melancarkan ekspedisi militer.
JASA DAN PERJUANGANNYA
Mensosialisasikan
bahasa Arab sebagai bahasa resmi kerajaan.
Menambah baris dan tanda dalam bacaan Al Quran untuk memudahkan pembacanya.
Menyelamatkan umat Islam ketika diserang
kerajaan Hindu di India. Mengukuhkan
pertahanan Islam di Turkestan sampai negara China dan meluaskan
wilayah Islam di Eropah.
PENGUASA DZALIM
Walau dikenal mencintai Al Quran, ironisnya bersikap dzalim, suka
membantai bahkan sampai menelan ribuan korban orang orang mukmin.
Imam Adz Dzahabi berkata tentang Al Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqafi : “Al Hajjaj,
Allah memusnahkannya di bulan Ramadhan 95 Hijrah, dia seorang dzhalim, bengis,
suka menumpahkan darah”. Imam Adz Dzahabi menulis sejarah hidupnya dalam At Tarikh al
Kabir.
PERLAWANAN PARA TABI’IN.
Karena kedzalimannya, beberapa tokoh tabi’in
dan pemuka Islam turun tangan, mengadakan perlawanan di antaranya Sa’id bin
Jubair, Abdurrahman bin Laila, Imam asy Sya’bi,
Abul Bukhtari dan lain lain.
AMIR BARU MEKKAH
Kemudian seorang amir baru didatangkan ke Mekah, yakni Khalid bin
Abdullah al Qasri dari Bani Umayah. Para sahabat Sa’id bin Jubair khawatir
karena tahu tentang kekejaman wali baru itu. Mereka beryakinan pasti akan menangkap Sa’id bin Jubair. Mereka
segera menemui Sa’id bin Jubair : “Orang itu telah datang ke Mekah, demi Allah kami khawatir akan diri anda, sebaiknya anda
keluar saja dari sini”, beliau menjawab : “Demi Allah sudah lama aku bersembunyi sampai malu rasanya kepada
Allah, aku
telah memutuskan akan tetap tinggal di sini, pasrah dengan kehendak Allah”.
DITANGKAP
Dugaan kekejaman Khalid terbukti, begitu
mengetahui tempat persembunyian Sa’id bin Jubair, tentara Khalid mengepung
rumahnya kemudian menangkap dan
mengikatnya di depan murid dan sahabatnya. Kemudian membawanya kepada Hajjaj.
Sa’id menghadapinya dengan tenang, beliau berkata kepada sahabatnya : “Saya
merasa akan terbunuh di tangan penguasa dzalim”.
DIALOG
Kemudian Sa’id dihadapkan kepada Hajjaj bin
Yusuf, Hajjaj bertanya : “Siapa namamu ?”, Sa’id : “Sa’id (bahagia) bin Jubair
(perkasa)”, Hajjaj : “Yang benar engkau adalah Syaqi (celaka) bin Kasir
(lumpuh)”, Sa’id : “Ibuku lebih mengetahui namaku daripada engkau”, Hajjaj :
“Bagaimana pendapatmu tentang Muhammad ?”, Sa’id : “Apakah yang kau maksud Muhammad bin Abdullah s.a.w.?”, Hajjaj : “Benar”, Sa’id : “Manusia utama di antara keturunan Adam dan
Nabi yang terpilih. Beliau mengemban risalah dan menyampaikan amanat, beliau menunaikan
nasihat bagi Allah, kitab Nya, bagi seluruh kaum muslimin secara umum dan
khusus”.
BERTANYA TENTANG DIRINYA
Hajjaj : “Bagaimana pendapatmu tentang diriku ?”, Sa’id : “Engkau
lebih tahu tentang dirimu sendiri”, Hajjaj : “Aku ingin mendengarkan pendapatmu”,
Sa’id : “Itu akan menyakitkan dan menjengkelkanmu”, Hajjaj : “Aku harus tahu
dan mendengarnya darimu”, Sa’id : “Yang kuketahui, engkau telah melanggar
Kitabullah, engkau mengutamakan hal hal yang kelihatan hebat, padahal justru
membawamu ke arah kehancuran dan menjurumuskanmu ke neraka”, Hajjaj :
“Kalau begitu demi Allah aku akan membunuhmu”, Sa’id : “Bila demikian, maka
engkau merusak duniaku dan aku merusak akhiratmu”, Hajjaj : “Pilihlah cara
kematian yang kau sukai”, Sa’id : “Pilihlah sendiri wahai Hajjaj. Demi Allah
untuk setiap cara yang kau lakukan, Allah akan membalasmu dengan cara yang
setimpal di akhirat nanti !”.
TETAP TERSENYUM TEGAR
Hajjaj : “Tidakkah engkau menginginkan ampunanku ?”, Sa’id : “Ampunan
hanya dari Allah, sedangn engkau tak punya ampunan dan alasan lagi di hadapan
Nya”. Hajjaj marah sambil memerintah kepada algojonya : “Siapkan pedang dan
alasnya !”. Sa’id tersenyum mendengarnya, sampai Hajjaj bertanya : “Mengapa engkau tersenyum ?”,
Sa’id : “Aku takjub atas kecongkakanmu terhadap Allah dan kelapangan Allah
terhadapmu”.
Hajjaj : “Bunuh dia sekarang !”. Sa’id menghadap kiblat sambil
membaca ayat : “Sesungguhnya aku
menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi dengan
cenderung kepada agama yang benar dan aku bukanlah termasuk orang orang yang
mempersekutukan Allah”. (Q.S. Al An’am (6) : 79)
Hajjaj : “Palingkan dia dari kiblat!”. Sa’id membaca firman Allah
: “Dan kepunyaan Allah lah timur dan barat,
maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah”. (Q.S. Al Baqarah
(2) : 115)
Hajjaj : “Sungkurkan dia ke tanah !”. Sa’id membaca firman Allah :
“Dari bumi itulah Kami menjadikan
kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan
mengeluarkan kamu pada kali yang lain”. (Q.S. Thaha (20) : 55)
DISEMBELIH
Hajjaj : “Sembelihlah musuh Allah ini !, aku belum pernah
menjumpai orang yang suka berdalih dengan ayat ayat Allah seperti dia”. Kemudian Sa’id berdoa : “Ya Allah jangan Kau beri
kesempatan lagi dia melakukannya kepada orang lain setelah aku”.
TERSIKSA SELALU
MENGINAGU
Lima belas hari setelah wafatnya Sa’id bin Jubair, Hajjaj bin
Yusuf terserang demam, suhu tubuhnya terus meningkat.
Tidurnya tak nyenyak selalu mengigau : “Ini Sa’id bin Jubair
hendak menerkamku, Sa’id bin Jubair berkata : “Mengapa engkau membunuhku ?”,
dia menangis tersedu menyesali diri, kemudian meninggal secara mengenaskan.
KISAH TAULADAN
SA’ID BIN JUBAIR ILMUWAN KSATRIA
Bertubuh kekar, sempurna bentuk tubuhnya, lincah gerak geriknya, jenius akalnya, suka kepada kebaikan dan
menjauhi dosa. Meski berkulit hitam, berambut keriting dan berasal dari Habsyi,
namun percaya diri, usianya muda belia.
Keyakinannya bahwa ilmu merupakan jalan yang bisa mengantarnya kepada
Allah dan takwa adalah jalan yang menuntunnya ke syurga. Sa’id berguru kepada para
sahabat, seperti Abu Sa’id al Khudri, Adi bin Hatim ath Thayy, Abu Musa al Asy’ari,
Abu Hurairah ad Dausi, Abdullah bin Umar maupun Ummul Mukminin Aisyah. Guru
utamanya adalah Abdullah bin Abbas r.a.
Kemudian mengembara berkeliling di negara negara muslim untuk menuntut
ilmu. Setelah dirasa cukup, memutuskan menetap di Kufah menjadi guru dan imam
di kota tersebut.
Sudah menjadi kebiasaannya apabila membaca ayat : “(Yaitu) orang orang yang mendustakan al Kitab (Alquran) dan wahyu yang dibawa oleh Rasul Rasul Kami yang telah Kami utus. Kelak mereka akan
mengetahui, ketika belenggu dan rantai dipasang di
leher mereka, seraya mereka
diseret ke dalam air yang sangat
panas, kemudian mereka dibakar dalam api”. (Q.S. Al Mukmin :
70-72).
Atau ketika membaca ayat ayat yang berisi ancaman, gemetarlah
badannya dan menetes air matanya. Kemudian mengulang ulang ayat tersebut sampai
adakalanya hampir pingsan.
Melakukan perjalanan ke Baitullah dua kali setiap tahun. Orang orang
berduyun duyun ke Kufah untuk menuntut ilmu dari Sa’id
bin Jubair. Ketika ditanya : “Apakah khasysyah (takut) itu ?”, beliau menjawab : “Khasysyah adalah bahwa
engkau harus takut kepada Allah hingga rasa takutmu
menghalangi dirimu dari perbuatan maksiat”.
Kota Kufah menjadi pilihannya, karena di bawah kepemimpinan
gubernur Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqafi. Kekuasaannya meliputi Irak dan seluruh
Masyriq serta negeri di seberangnya, dia memegang kekuasaan dengan dzalimnya.
Bahkan sempat membunuh Abdullah bin Zubair dan menumpas gerakannya.
Sempat menundukkan Irak di bawah kekuasaan Bani Umayah dan memadamkan
pemberontakan dengan kejamnya.