Senin, 03 April 2017



KARENA TAK TAKUT MATI

SA’ID BIN JUBAIR MELAWAN KEKEJAMAN HAJJAJ BIN YUSUF  ATS TSAQAFI

“Sesungguhnya orang orang ang beriman, orang orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan Rahmat Allah dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Al Baqarah (2) : 218)

Al Hajjaj bin Yusuf  kelahiran Thaif pada 661 M,  dari suku thaqafi, semula bertugas sebagai ketua pengawal keselamatan negara dalam kekhalifahan dibawah pimpinan Abdul Malik bin Marwan
Kemudian dilantik menjadi panglima besar tentara kerajaan Bani Ummaiyyah. Hajjaj ditugaskan menumpas kerajaan Hijaz dibawah pimpinan Abdullah bin Zubair, dengan tugas pertama menumpas tentera Abdullah yang diketuai saudara Abdullah sendiri yaitu Mus'ab bin Zubair.
Setelah tentera Mus'ab tewas, Hajjaj meneruskan menumpas kerajaan Abdullah bin Zubair yang berpusat di Makkah. Kemudian meneruskan penyebaran agama Islam dan melancarkan ekspedisi militer.

JASA DAN PERJUANGANNYA         
Mensosialisasikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi kerajaan. Menambah baris dan tanda dalam bacaan Al Quran untuk memudahkan pembacanya. Menyelamatkan umat Islam ketika diserang  kerajaan Hindu di India. Mengukuhkan pertahanan Islam di Turkestan  sampai negara China dan meluaskan wilayah Islam di Eropah.

PENGUASA DZALIM
Walau dikenal mencintai Al Quran, ironisnya bersikap dzalim, suka membantai bahkan sampai menelan ribuan korban orang orang mukmin.
Imam Adz Dzahabi berkata tentang Al Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqafi : “Al Hajjaj, Allah memusnahkannya di bulan Ramadhan 95 Hijrah, dia seorang dzhalim, bengis, suka menumpahkan darah”. Imam Adz Dzahabi menulis sejarah hidupnya dalam At Tarikh al Kabir.

PERLAWANAN PARA TABI’IN.
Karena kedzalimannya, beberapa tokoh tabi’in dan pemuka Islam turun tangan, mengadakan perlawanan di antaranya Sa’id bin Jubair,  Abdurrahman bin Laila, Imam asy Sya’bi, Abul Bukhtari dan lain lain.

AMIR BARU MEKKAH
Kemudian seorang amir baru didatangkan ke Mekah, yakni Khalid bin Abdullah al Qasri dari Bani Umayah. Para sahabat Sa’id bin Jubair khawatir karena tahu tentang kekejaman wali baru itu. Mereka beryakinan pasti akan menangkap Sa’id bin Jubair. Mereka segera menemui Sa’id bin Jubair : “Orang itu telah datang ke Mekah, demi Allah kami khawatir akan diri anda, sebaiknya anda keluar saja dari sini”, beliau menjawab : “Demi Allah sudah lama aku bersembunyi sampai malu rasanya kepada Allah, aku telah memutuskan akan tetap tinggal di sini, pasrah dengan kehendak Allah”.

DITANGKAP
Dugaan kekejaman Khalid terbukti, begitu mengetahui tempat persembunyian Sa’id bin Jubair, tentara Khalid mengepung rumahnya kemudian  menangkap dan mengikatnya di depan murid dan sahabatnya. Kemudian membawanya kepada Hajjaj. Sa’id menghadapinya dengan tenang, beliau berkata kepada sahabatnya : “Saya merasa akan terbunuh di tangan penguasa dzalim”.

DIALOG
Kemudian Sa’id dihadapkan kepada Hajjaj bin Yusuf, Hajjaj bertanya : “Siapa namamu ?”, Sa’id : “Sa’id (bahagia) bin Jubair (perkasa)”, Hajjaj : “Yang benar engkau adalah Syaqi (celaka) bin Kasir (lumpuh)”, Sa’id : “Ibuku lebih mengetahui namaku daripada engkau”, Hajjaj : “Bagaimana pendapatmu tentang Muhammad ?”, Sa’id : “Apakah yang kau maksud  Muhammad bin Abdullah s.a.w.?”, Hajjaj : “Benar”, Sa’id : “Manusia utama di antara keturunan Adam dan Nabi yang terpilih. Beliau mengemban risalah dan menyampaikan amanat, beliau menunaikan nasihat bagi Allah, kitab Nya, bagi seluruh kaum muslimin secara umum dan khusus”.

BERTANYA TENTANG DIRINYA
Hajjaj : “Bagaimana pendapatmu tentang diriku ?”, Sa’id : “Engkau lebih tahu tentang dirimu sendiri”, Hajjaj : “Aku ingin mendengarkan pendapatmu”, Sa’id : “Itu akan menyakitkan dan menjengkelkanmu”, Hajjaj : “Aku harus tahu dan mendengarnya darimu”, Sa’id : “Yang kuketahui, engkau telah melanggar Kitabullah, engkau mengutamakan hal hal yang kelihatan hebat, padahal justru membawamu ke arah kehancuran dan menjurumuskanmu ke neraka”, Hajjaj : “Kalau begitu demi Allah aku akan membunuhmu”, Sa’id : “Bila demikian, maka engkau merusak duniaku dan aku merusak akhiratmu”, Hajjaj : “Pilihlah cara kematian yang kau sukai”, Sa’id : “Pilihlah sendiri wahai Hajjaj. Demi Allah untuk setiap cara yang kau lakukan, Allah akan membalasmu dengan cara yang setimpal di akhirat nanti !”.

TETAP TERSENYUM TEGAR
Hajjaj : “Tidakkah engkau menginginkan ampunanku ?”, Sa’id : “Ampunan hanya dari Allah, sedangn engkau tak punya ampunan dan alasan lagi di hadapan Nya”. Hajjaj marah sambil memerintah kepada algojonya : “Siapkan pedang dan alasnya !”. Sa’id tersenyum mendengarnya, sampai  Hajjaj bertanya : “Mengapa engkau tersenyum ?”, Sa’id : “Aku takjub atas kecongkakanmu terhadap Allah dan kelapangan Allah terhadapmu”.
Hajjaj : “Bunuh dia sekarang !”. Sa’id menghadap kiblat sambil membaca ayat : “Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar dan aku bukanlah termasuk orang orang yang mempersekutukan Allah”. (Q.S. Al An’am (6) : 79)
Hajjaj : “Palingkan dia dari kiblat!”. Sa’id membaca firman Allah : “Dan kepunyaan Allah lah timur dan barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. (Q.S. Al Baqarah (2) : 115)
Hajjaj : “Sungkurkan dia ke tanah !”. Sa’id membaca firman Allah :  Dari bumi itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.  (Q.S. Thaha (20) : 55)

DISEMBELIH
Hajjaj : “Sembelihlah musuh Allah ini !, aku belum pernah menjumpai orang yang suka berdalih dengan ayat ayat Allah seperti dia”. Kemudian Sa’id berdoa : “Ya Allah jangan Kau beri kesempatan lagi dia melakukannya kepada orang lain setelah aku”.

TERSIKSA SELALU MENGINAGU
Lima belas hari setelah wafatnya Sa’id bin Jubair, Hajjaj bin Yusuf terserang demam, suhu tubuhnya terus meningkat.

Tidurnya tak nyenyak selalu mengigau : “Ini Sa’id bin Jubair hendak menerkamku, Sa’id bin Jubair berkata : “Mengapa engkau membunuhku ?”, dia menangis tersedu menyesali diri, kemudian meninggal secara mengenaskan.

KISAH TAULADAN

SA’ID BIN JUBAIR ILMUWAN KSATRIA

Bertubuh kekar, sempurna bentuk tubuhnya, lincah gerak geriknya,  jenius akalnya, suka kepada kebaikan dan menjauhi dosa. Meski berkulit hitam, berambut keriting dan berasal dari Habsyi, namun percaya diri, usianya  muda belia.
Keyakinannya bahwa ilmu merupakan jalan yang bisa mengantarnya kepada Allah dan takwa adalah jalan yang menuntunnya ke syurga. Sa’id berguru kepada para sahabat, seperti Abu Sa’id al Khudri, Adi bin Hatim ath Thayy, Abu Musa al Asy’ari, Abu Hurairah ad Dausi, Abdullah bin Umar maupun Ummul Mukminin Aisyah. Guru utamanya adalah Abdullah bin Abbas r.a.
Kemudian mengembara berkeliling di negara negara muslim untuk menuntut ilmu. Setelah dirasa cukup, memutuskan menetap di Kufah menjadi guru dan imam di kota tersebut.
Sudah menjadi kebiasaannya apabila membaca ayat : (Yaitu) orang orang yang mendustakan al Kitab (Alquran) dan wahyu yang dibawa oleh Rasul Rasul Kami yang telah Kami utus. Kelak mereka akan mengetahui, ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api”. (Q.S. Al Mukmin : 70-72).
Atau ketika membaca ayat ayat yang berisi ancaman, gemetarlah badannya dan menetes air matanya. Kemudian mengulang ulang ayat tersebut sampai adakalanya hampir pingsan.
Melakukan perjalanan ke Baitullah dua kali setiap tahun. Orang orang berduyun duyun ke Kufah untuk menuntut ilmu dari Sa’id bin Jubair. Ketika ditanya : “Apakah khasysyah (takut) itu ?”, beliau menjawab : “Khasysyah adalah bahwa engkau harus takut kepada Allah hingga rasa takutmu menghalangi dirimu dari perbuatan maksiat”.
Kota Kufah menjadi pilihannya, karena di bawah kepemimpinan gubernur Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqafi. Kekuasaannya meliputi Irak dan seluruh Masyriq serta negeri di seberangnya, dia memegang kekuasaan dengan dzalimnya.  
Bahkan sempat membunuh Abdullah bin Zubair dan menumpas gerakannya. Sempat menundukkan Irak di bawah kekuasaan Bani Umayah dan memadamkan pemberontakan dengan kejamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar