JANGAN LUPAKAN ALLAH !
“ Dan janganlah kamu
seperti orang orang
yang lupa kepada Allah, kemudian
Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri, mereka Itulah orang orang yang fasik “. ( Q.S. Al Hasyr
19 )
Merenung
atau mengingat asal kejadian sangat penting dalam kehidupan, apalagi mengingat
Sang Pencipta Nya, jangan sampai melupakakan Nya, seperti apa yang diungkapkan
pepatah : “ Ibarat kacang lupa akan kulitnya “.
Ibarat orang yang semula miskin
kemudian berhasil menjadi kaya raya, namun lupa riwayat awal mulanya. Orang
semacam ini sangat berbahaya : bisa bersikap sombong, menyepelehkan orang
bawah, bersikap bakhil, bahkan lupa pula kepada yang pernah membantu dan
membesarkannya.
Dengan sikapnya ini akan banyak yang pada membencinya !.
Ini baru sekedar contoh dalam kehidupan dunia, apalagi bila melupakan Sang
Pencipta Nya, fasik namanya !.
ASAL KEJADIAN
Orang
yang mengingat asal kejadiannya beda dengan yang tidak, yang mengingat asal
kejadian pasti akan timbul rasa syukurnya, tidak akan sombong, selalu bersikap
rendah hati, suka menolong, jauh dari kebakhilan. “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari
perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur “. ( Q.S. An Nahl 78 )
Bukankah
ketika lahir manusia dicipta tidak mengerti sesuatupun ?, kemudian secara
bertahap Allah memberinya pendengaran ( telinga ), kemudian secara bertahap
pula Allah memfungsikan penglihatannya ( mata ) dan yang terakhir hati (
perasaan ).
Akankah
manusia tidak bersyukur kepada Sang Pencipta Nya ?.
BETAPA BANYAK
KARUNIANYA
Bayangkan
betapa banyak Karunia yang dianugerahkan kepada manusia, setelah dicipta dalam
bentuk yang terbaik, diberinya pendengaran, bayangkan keadaan orang yang tidak
bisa mendengar ( tuna rungu ) ?, yang berakibat menjadi bisu.
Apalagi tidak bisa melihat ( tuna netra ), betapa
menderitanya, sehingga tidak bisa menikmati keindahan alam yang demikian luar
biasa indahnya. Sehingga untuk bisa lebih memahami pengetahuan harus ditempuh
dengan mempelajari huruf timbul dengan meraba ( huruf Braille yang ditemukan
orang buta berkebangsaan Perancis ). Akankah karunia ini tidak disyukurinya ?.
Apalagi karunia rasa ( hati ), yang merupakan segalanya,
dengan hati orang bisa merasa, dengan hati orang bisa memposisikan dirinya
secara wajar normal dan terhormat.
Bayangkan
ketika orang tak punya perasaan, jiwanya dalam keadaan tidak normal ? :
Berbicara sendiri, berpidato tak berujung pangkal, ngomel tak karuan, lari lari dalam keadaan
telanjang tanpa malu, kasihan lantaran jiwanya sakit, sehingga tak bisa
mengendalikan sikapnya, begini akibat bila jiwa sakit.
JANGAN LUPAKAN
SANG PENCIPTA
Orang
yang melupakan Allah disebut fasik, prilakunya akan memperturutkan hawa
nafsunya belaka :
“ Dan
kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat ayat
itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah.....
“. ( Q.S. Al A’raaf (7) : 176 )
Bila
mau memperhatikan dan kembali kepada firman Allah derajatnya akan tinggi, nilai
kemanusiaannya akan tetap terjaga secara terhormat, namun bila mengabaikannya
jelas hawa nafsu akan menjadi pengendalinya, hawa nafsu akan jadi patokannya.
Jika sudah demikian derjatnya
seperti hewan, karena peringatan takkan digubrisnya lagi, bagai anjing yang
selalu mengulurkan lidahnya, lantaran ketidak fahamannya, seolah mengejek,
betapa rendah dan jelek perumpamannya.
“.......Maka
perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan
jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian
Itulah perumpamaan orang orang
yang mendustakan ayat ayat
kami. Maka ceritakanlah
(kepada mereka) kisah kisah
itu agar mereka berfikir “. ( Q.S. Al A’raaf (7)
: 176 )
LUPA DIRI
Orang yang
lupa kepada Allah, artinya mengabaikan firman Nya, tidak menurut tuntunan Nya,
akan dilupakan Allah, keadaan ini sangat berbahaya sekali
“ Dan
janganlah kamu seperti orang orang
yang lupa kepada Allah, kemudian
Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri, mereka Itulah orang orang yang fasik “.
Orang yang melupakan Allah,
bila mengalami kegagalan jelas akan kebingungan, karena tidak tahu kemana harus
mencari jalan keluarnya, lantaran tak faham bahwa hidup tak mulus selamanya,
tak faham bahwa hidup merupakan ujian yang harus dihadapi dengan kesabaran.
Akibat tidak memahami tujuan hidupnya,
bila menemui kegagalan jelas jiwanya akan mengalami stress dan tekanan, akan
mengalami depresi berkepanjangan yang sangat membahayakan.
KISAH NYATA
Bukankah
baru baru ini mencuat kasus memalukan di Sulawesi, dimana seorang Proff. DR.
Dengan beberapa dosen dan mahasiswa mengadakan pesta meneggak narkoba, kok bisa
?, ya ini memang kenyataan, kenyataan bila mengabaikan peringatan Nya, sehingga
lupa titel yang disandangnya.
GILA
Stress
adalah tekanan jiwa dalam skala rendah, bila berketerusan karena tak tahu cara
mengatasinya, akan meningkat pada tahap depresi, bisa menjadi gila karena beban
berat yang disandang jiwanya. Prilakunya tak bisa dikontrolnya : meraung meronta,
marah marah, bertelanjang, tertawa terbahak sendirian, ngomel tak karuan, diam
membisu dan sebangsanya. Begini keadaan bila jiwa menderita.
BUNUH DIRI
Seorang
pelawak kondang asal Surabaya, tertangkap gara gara menenggak narkoba, akhirnya
ketika di tahanan lantaran takut mendekam di teralis besi yang akan dihadapi, akhirnya
mencari jalan keluar dengan meminum cairan pembersih lantai. Akankah bisa lepas
dari penderitaannya ?, justru berakhir dengan opname di rumah sakit, untung
jiwanya terselamatkan. Nah bila meninggal jelas neraka akan juga menghadangnya.
Begitu fatal, rugi dan berbahayanya bagi
yang melupakan Sang Pencipta Nya.
Semoga
Allah senantiasa memberikan hidayah Nya, agar
jiwa selalu mengingat Nya, sehingga jiwa selalu dalam ketenangan. “(yaitu)
orang
orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingati Allah lah
hati menjadi tenteram”. (Q.S. Ar Ra’d (13) : 28).
KISAH TAULADAN
AHLI SYURGA
Anas
bin Malik, salah seorang sahabat kenamaan, mengisahkan bahwa suatu kali ia
sedang duduk bersama Rasulullah s.a.w.
tiba tiba
beliau
bersabda : " Sekarang muncul di hadapan kalian salah seorang ahli surga
".
Lalu
salah seorang laki laki
dari kaum Anshar muncul sementara air masih menetes dari janggutnya setelah
berwudhu, dengan menenteng terompah di tangan kirinya.
Pada
hari berikutnya Rasulullah s.a.w.
mengatakan kata kata
itu lagi, lalu orang itu muncul seperti pada kali pertama. Pada hari ketiga,
Rasulullah saw. mengatakan lagi kata kata itu, lalu
orang itu muncul seperti halnya pada yang pertama.
Ketika Rasulullah bangkit dan pergi, Abdullah bin Amr
mengikuti lelaki itu dengan maksud agar ia dapat mengamati kehidupannya dari
dekat, lalu ia mencari alasan seraya berkata kepadanya : " Aku bertengkar
dengan ayahku, lalu aku bersumpah aku tidak akan menemuinya tiga hari, apakah
engkau berkenan memberiku tempat menginap ? ".
Lelaki
tersebut menjawab :
" Baiklah, dengan senang hati ".
Abdullah
bin Amr menginap bersama lelaki Anshar itu dirumahnya selama tiga malam dan ia
tidak melihat lelaki Anshar itu bangun untuk shalat malam.
Bilamana terjaga dari tidurnya, ia berbalik di atas kasur
untuk melakukan dzikir kepada Allah SWT dan membaca bacaan takbir hingga waktu
fajar.
Meskipun
ibadah malamnya tampak tidak istimewa namun yang ia dengar lelaki tersebut hanya
mengatakan sesuatu yang baik.
Ketiga tiga malam telah berlalu dan Abdullah bin Amr nyaris
meremehkan amal perbuatannya, kemudian Abdullah bin Amr menjelaskan sambil berkata
: " Wahai saudaraku, aku
tidak pernah marah dan tidak pula ingin menjauh dari ayahku !".
Abdullah
bin Amr kemudian mengatakan sejujurnya : " Akan tetapi aku mendengar
Rasulullah saw bersabda : " Sekarang muncul di hadapan kalian salah
seorang ahli surga ".
“ Ternyata
engkaulah orang yang muncul itu sampai tiga kali. Oleh sebab itu sebenarnya aku
ingin menginap dirumahmu supaya aku dapat melihat sendiri apa yang engkau
lakukan lalu mengikutimu. Akan tetapi aku tidak melihatmu melakukan
amal amal istimewa. Jadi apa sebenarnya yang ada di balik kata kata Rasulullah
s.a.w. ? ".
Dia menjawab : " Hanyalah apa yang engkau lihat itu.
Namun demikian dalam diriku tidak ada perasaan curang terhadap siapa pun di
antara kaum muslimin dan tidak pula ada dengki dan iri terhadap karunia Allah
yang di berikan kepada seseorang ". Kemudian
Abdullah berkata : " Itulah kiranya yang telah engkau capai ".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar