Senin, 03 April 2017



JANGAN LUPAKAN ALLAH !
   
“ Dan janganlah kamu seperti orang orang yang lupa kepada Allah, kemudian Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri, mereka Itulah orang orang yang fasik.  ( Q.S. Al Hasyr 19 )
                
Merenung atau mengingat asal kejadian sangat penting dalam kehidupan, apalagi mengingat Sang Pencipta Nya, jangan sampai melupakakan Nya, seperti apa yang diungkapkan pepatah : “ Ibarat kacang lupa akan kulitnya “.
Ibarat orang yang semula miskin kemudian berhasil menjadi kaya raya, namun lupa riwayat awal mulanya. Orang semacam ini sangat berbahaya : bisa bersikap sombong, menyepelehkan orang bawah, bersikap bakhil, bahkan lupa pula kepada yang pernah membantu dan membesarkannya.
Dengan sikapnya ini akan banyak yang pada membencinya !. Ini baru sekedar contoh dalam kehidupan dunia, apalagi bila melupakan Sang Pencipta Nya, fasik namanya !.     

ASAL KEJADIAN
Orang yang mengingat asal kejadiannya beda dengan yang tidak, yang mengingat asal kejadian pasti akan timbul rasa syukurnya, tidak akan sombong, selalu bersikap rendah hati, suka menolong, jauh dari kebakhilan. “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. ( Q.S. An Nahl 78 )
Bukankah ketika lahir manusia dicipta tidak mengerti sesuatupun ?, kemudian secara bertahap Allah memberinya pendengaran ( telinga ), kemudian secara bertahap pula Allah memfungsikan penglihatannya ( mata ) dan yang terakhir hati ( perasaan ).
Akankah manusia tidak bersyukur kepada Sang Pencipta Nya ?. 

BETAPA BANYAK KARUNIANYA
Bayangkan betapa banyak Karunia yang dianugerahkan kepada manusia, setelah dicipta dalam bentuk yang terbaik, diberinya pendengaran, bayangkan keadaan orang yang tidak bisa mendengar ( tuna rungu ) ?, yang berakibat menjadi bisu.
Apalagi tidak bisa melihat ( tuna netra ), betapa menderitanya, sehingga tidak bisa menikmati keindahan alam yang demikian luar biasa indahnya. Sehingga untuk bisa lebih memahami pengetahuan harus ditempuh dengan mempelajari huruf timbul dengan meraba ( huruf Braille yang ditemukan orang buta berkebangsaan Perancis ). Akankah karunia ini tidak disyukurinya ?.
Apalagi karunia rasa ( hati ), yang merupakan segalanya, dengan hati orang bisa merasa, dengan hati orang bisa memposisikan dirinya secara wajar normal dan terhormat.
Bayangkan ketika orang tak punya perasaan, jiwanya dalam keadaan tidak normal ? : Berbicara sendiri, berpidato tak berujung pangkal,  ngomel tak karuan, lari lari dalam keadaan telanjang tanpa malu, kasihan lantaran jiwanya sakit, sehingga tak bisa mengendalikan sikapnya, begini akibat bila jiwa sakit.

JANGAN LUPAKAN SANG PENCIPTA
Orang yang melupakan Allah disebut fasik, prilakunya akan memperturutkan hawa nafsunya belaka :
“ Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah..... “. ( Q.S. Al A’raaf (7) : 176 )
Bila mau memperhatikan dan kembali kepada firman Allah derajatnya akan tinggi, nilai kemanusiaannya akan tetap terjaga secara terhormat, namun bila mengabaikannya jelas hawa nafsu akan menjadi pengendalinya, hawa nafsu akan jadi patokannya.
Jika sudah demikian derjatnya seperti hewan, karena peringatan takkan digubrisnya lagi, bagai anjing yang selalu mengulurkan lidahnya, lantaran ketidak fahamannya, seolah mengejek, betapa rendah dan jelek perumpamannya.
“.......Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian Itulah perumpamaan orang orang yang mendustakan ayat ayat kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah kisah itu agar mereka berfikir.  ( Q.S. Al A’raaf (7) : 176 )

LUPA DIRI 
Orang yang lupa kepada Allah, artinya mengabaikan firman Nya, tidak menurut tuntunan Nya, akan dilupakan Allah, keadaan ini sangat berbahaya sekali 
“ Dan janganlah kamu seperti orang orang yang lupa kepada Allah, kemudian Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri, mereka Itulah orang orang yang fasik.                                                        
Orang yang melupakan Allah, bila mengalami kegagalan jelas akan kebingungan, karena tidak tahu kemana harus mencari jalan keluarnya, lantaran tak faham bahwa hidup tak mulus selamanya, tak faham bahwa hidup merupakan ujian yang harus dihadapi dengan kesabaran.
Akibat tidak memahami tujuan hidupnya, bila menemui kegagalan jelas jiwanya akan mengalami stress dan tekanan, akan mengalami depresi berkepanjangan yang sangat membahayakan.

KISAH NYATA
Bukankah baru baru ini mencuat kasus memalukan di Sulawesi, dimana seorang Proff. DR. Dengan beberapa dosen dan mahasiswa mengadakan pesta meneggak narkoba, kok bisa ?, ya ini memang kenyataan, kenyataan bila mengabaikan peringatan Nya, sehingga lupa titel yang disandangnya.

GILA
Stress adalah tekanan jiwa dalam skala rendah, bila berketerusan karena tak tahu cara mengatasinya, akan meningkat pada tahap depresi, bisa menjadi gila karena beban berat yang disandang jiwanya. Prilakunya tak bisa dikontrolnya : meraung meronta, marah marah, bertelanjang, tertawa terbahak sendirian, ngomel tak karuan, diam membisu dan sebangsanya. Begini keadaan bila jiwa menderita.

BUNUH DIRI      
Seorang pelawak kondang asal Surabaya, tertangkap gara gara menenggak narkoba, akhirnya ketika di tahanan lantaran takut mendekam di teralis besi yang akan dihadapi, akhirnya mencari jalan keluar dengan meminum cairan pembersih lantai. Akankah bisa lepas dari penderitaannya ?, justru berakhir dengan opname di rumah sakit, untung jiwanya terselamatkan. Nah bila meninggal jelas neraka akan juga menghadangnya. Begitu fatal, rugi dan berbahayanya  bagi yang melupakan Sang Pencipta Nya.
Semoga Allah senantiasa memberikan hidayah Nya, agar jiwa selalu mengingat Nya, sehingga jiwa selalu dalam ketenangan. “(yaitu) orang orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingati Allah lah hati menjadi tenteram. (Q.S. Ar Ra’d  (13) : 28). 


KISAH TAULADAN
AHLI SYURGA

Anas bin Malik, salah seorang sahabat kenamaan, mengisahkan bahwa suatu kali ia sedang duduk bersama Rasulullah s.a.w. tiba tiba beliau bersabda : " Sekarang muncul di hadapan kalian salah seorang ahli surga ".
Lalu salah seorang laki laki dari kaum Anshar muncul sementara air masih menetes dari janggutnya setelah berwudhu, dengan menenteng terompah di tangan kirinya.
Pada hari berikutnya Rasulullah s.a.w. mengatakan kata kata itu lagi, lalu orang itu muncul seperti pada kali pertama. Pada hari ketiga, Rasulullah saw. mengatakan lagi kata kata itu, lalu orang itu muncul seperti halnya pada yang pertama.
Ketika Rasulullah bangkit dan pergi, Abdullah bin Amr mengikuti lelaki itu dengan maksud agar ia dapat mengamati kehidupannya dari dekat, lalu ia mencari alasan seraya berkata kepadanya : " Aku bertengkar dengan ayahku, lalu aku bersumpah aku tidak akan menemuinya tiga hari, apakah engkau berkenan memberiku tempat menginap ? ".
Lelaki tersebut menjawab : " Baiklah, dengan senang hati ".
Abdullah bin Amr menginap bersama lelaki Anshar itu dirumahnya selama tiga malam dan ia tidak melihat lelaki Anshar itu bangun untuk shalat malam.
Bilamana terjaga dari tidurnya, ia berbalik di atas kasur untuk melakukan dzikir kepada Allah SWT dan membaca bacaan takbir hingga waktu fajar.
Meskipun ibadah malamnya tampak tidak istimewa namun yang ia dengar lelaki tersebut hanya mengatakan sesuatu yang baik.
Ketiga tiga malam telah berlalu dan Abdullah bin Amr nyaris meremehkan amal perbuatannya, kemudian Abdullah bin Amr menjelaskan sambil berkata : " Wahai saudaraku, aku tidak pernah marah dan tidak pula ingin menjauh dari ayahku !".
Abdullah bin Amr kemudian mengatakan sejujurnya : " Akan tetapi aku mendengar Rasulullah saw bersabda : " Sekarang muncul di hadapan kalian salah seorang ahli surga ".
Ternyata engkaulah orang yang muncul itu sampai tiga kali. Oleh sebab itu sebenarnya aku ingin menginap dirumahmu supaya aku dapat melihat sendiri apa yang engkau lakukan lalu mengikutimu. Akan tetapi aku tidak melihatmu melakukan amal amal istimewa. Jadi apa sebenarnya yang ada di balik kata kata Rasulullah s.a.w. ? ".
Dia menjawab : " Hanyalah apa yang engkau lihat itu. Namun demikian dalam diriku tidak ada perasaan curang terhadap siapa pun di antara kaum muslimin dan tidak pula ada dengki dan iri terhadap karunia Allah yang di berikan kepada seseorang "Kemudian Abdullah berkata : " Itulah kiranya yang telah engkau capai ".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar