DUTA NABI MENGHADAP KAISAR ROMAWI
“Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik .....“.
( Q.S. An Nahl (16) : 125 )
Dalam
mengembangkan agama Islam, Rasulullah s.a.w. sangat bijaksana, disamping dengan
ajakan dan ketauladanan, juga berkirim surat lewat duta yang ditunjuknya, salah
satunya surat yang dikirim ke kaisar Rumawi (Heraclius). Penyerahan surat dan
dialog dengan Kaisar dikisahkan oleh Abu Sufyan.
PENYERAHAN SURAT
Ibnu Abbas
r.a. berkata : “Abu Sofyan mengisahkan kepadanya dari lesan Abu Sofyan sendiri kisah sebagai
berikut : “Pada masa berlangsungnya perjanjian damai antara saya dengan
Rasulullah s.a.w. saya berniaga ke Syam.
Ketika saya berada
disana, disampaikan orang sepucuk surat dari Rasulullah s.a.w. kepada Kaisar
Heraclius, penguasa agung Rumawi. Yang membawa surat Dihyah
Al Kalbi kemudian disampaikan kepada pembesar Bushra, kemudian pembesar
Bushra menyampaikannya kepada Kaisar Heraclius.
DIALOG
HERACLIUS
Tanya
Heraclius : “Adakah disini orang orang dari bangsa laki laki yang menda’wakan
dirinya menjadi Nabi itu ?“, jawab mereka : “Ada“. Kemudian saya (Abu Sofyan)
dipanggil mereka menghadap Heraclius bersama beberapa orang Quraisy kawan
kawanku, kami masuk dan duduk dihadapan baginda. Heraclius bertanya : “Siapakah
diantara kalian yang dekat pertalian darahnya dengan orang yang menda’wahkan
dirinya menjadi Nabi itu ?“, jawabku : “Saya“.
Kemudian mereka menyuruhku duduk kedepan, sedang kawan kawanku duduk
dibelakang.
BERTANYA LEWAT PENERJEMAH
Kemudian dipanggil penerjemah sambil berkata : “Katakan
kepadanya bahwa aku (Heraclius) beranya kepada mereka tentang laki laki yang
menda’wahkan dirinya sebagai Nabi, jika dia berdusta katakan dia dusta“. Kata
Abu Sufyan : “Demi Allah,
kalau aku tidak takut akan dicap pendusta sungguh kudustai dia“. Kemudian
Heraclius berkata kepada penerjemah : “Tanyakan kepadanya bagaimana
kebangsaan orang itu dikalanganmu ?“, jawabku : “Dia seorang bangsawan
dikalangan kami“, dia bertanya lagi : “Apakah dia keturunan raja ?“,
jawabku : “Tidak“, tanyanya : “Pernahkah kalian mengatakannya pembohong
sebelum ia mengaku menjadi Nabi ?“, jawabku : “Tidak“.
PENGIKUT MAKIN BERTAMBAH
Dia bertanya lagi : “Siapakah
yang jadi pengikutnya, orang besar atau rakyat kecil ?“, jawabku : “Hanya
rakyat kecil“, tanyanya : “Apakah pengikutnya bertambah atau berkurang ?“,
jawabku : “Mereka selalu bertambah“, tanyanya : “Adakah diantara pengikutnya
itu orang yang murtad karena benci kepada agama yang dikembangkannya itu ?“,
jawabku : “Tidak“, tanyanya : “Pernahkah kamu berperang dengannya ?“, jawabku : “Ya pernah“,
tanyanya : “Bagaimana jalannya peperanganmu dengannya ?“. Jawabku :
“Peperangan kami berjalan silih berganti antara menang dan kalah, kadang kadang
kami yang menang dia kalah, kadang kadang kami yang kalah dia yang menang“.
TIDAK PERNAH INGKAR JANJI
Tanyanya : “Pernahkah dia inkar
janji ?“, jawabku : “Tidak bahkan kami sedang dalam masa perjanjian damai,
yaitu tidak akan serang menyerang dengannya. Aku tidak tahu apa yang dibuatnya
terhadap perjanjian itu“. Kata Sufyan selanjutnya : “Demi Allah, tidak ada
kalimat dapat kuucapkan selain dari pada itu “. Tanyanya : “Adakah orang
lain sebelum dia yang mengaku menjadi Nabi seperti dia pula ?“, jawabku :
“Tidak !“.
MAKIN YAKIN
Kemudian
dia berkata kepada penerjemahnya : “Katakan kepadanya, kutanyakan kepadamu
tentang bangsanya (status sosial), maka engkau katakan dia bangsawan, memang
demikianlah halnya semua Rasul Rasul, mereka dibangkitkan dari kalangan
bangsawan kaumnya“. Kutanyakan pula kepadamu : “Apakah dia turunan raja
jawabmu tidak“. Kataku : “Jika bapak atau kakeknya yang menjadi raja, tentu
dia ingin mengembalikan kekuasaan nenek moyangnya“. Kutanyakan pula tentang
pengikutnya, apakah terdiri dari rakyat atau orang orang besar, engkau jawab
hanya terdiri dari rakyat kecil, memang
merekalah pengikut para Rasul.
TIDAK PERNAH DUSTA
Kutanyakan pula pernahkah kamu menuduhnya
sebagai pembohong sebelumnya, jawabmu tidak, aku tahu dia tidak akan pernah
berdusta terhadap manusia,
apalagi berdusta terhadap Allah.
TIDAK
ADA YANG MURTAD
Saya tanya
kepadamu adakah pengikutnya yang murtad, jawabmu tidak. Memang begitulah
halnya apabila iman telah tertanam dalam hati seseorang. Kataku pula
apakah pengikutnya berkurang, jawabmu bahkan mereka selalu bertambah, ya
seperti itulah iman hingga sempurna“. Kutanyakan pula : “Pernahkah dia inkar janji“, jawabmu
tidak pernah, memang demikianlah para Rasul tak pernah inkar janji.
Kutanya pula engkau adakah orang lain sebelum dia yang mengaku menjadi Nabi
seperti dia, jawabmu tidak, kataku kalau ada orang lain sebelumnya yang
mengaku jadi Nabi seperti dia, mungkin dia hanya ikut ikutan dengan orang yang
sebelumnya.
MEMBENARKAN
KENABIAN
Kemudian
dia bertanya : “Apa saja yang diperintahkan kepadamu ?“, jawabku : “Dia
menyuruh kami sholat, membayar zakat, menghubungkan shilaturrahIm dan
hidup suci“. Kata
Heraclius : “Jika yang kamu
katakan itu benar semuanya, maka tak salah lagi orang itu sesungguhnya Nabi !.
Aku tahu bahwa dia akan muncul, tetapi aku tidak menduga bahwa dia akan muncul
di kalangan kalian. Kalaulah aku yakin bahwa aku dapat bertemu dengannya, aku
memang ingin benar bertemu dengannya.
Dan kalau aku telah berada didekatnya, akan kubasuh kedua telapak kakinya.
Dan daerah kekuasaanya kelak akan sampai ke daerah kekuasaanku ini !”.
AJAKAN
Kata Abu
Sufyan : “Kemudian dimintanya surat Rasulullah s.a.w. kemudian dibacanya, didalamnya tertulis :
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dari Muhammad
Rasulullah kepada Heraclius pembesar Rumawi. Berbahagialah orang yang mengikuti
petunjuk. Kemudian aku mengajak anda memeluk Islam,
Islamlah anda niscaya anda selamat, Islamlah anda niscaya Allah akan memberi
anda pahala berlipat ganda. Jika anda menolak maka anda akan memikul dosa seluruh
rakyat anda. Hai ahli kitab marilah kita
bersatu dalam kalimat yang sama antara kita semua, yakni bahwa kita tidak akan
menyembah selain hanya kepada Allah semata mata, tidak akan menyekutukan Nya
dengan sesuatu yang lain dan tidak menjadikan sebagian kita menjadi Tuhan
sebagian yang lain, kecuali hanya Allah semata mata !. Jika mereka menolak
maka katakanlah kepada mereka : “Saksikanlah
bahwa kami adalah orang orang Muslim“. Setelah Heraclius membaca
surat, terdengar suara heboh disekitarnya, dia memerintah kami agar keluar.
KAGUM
Sampai
diluar saya berkata kepada kawan kawanku : “Sungguh
luar biasa urusan Ibnu Abi Kabsyah (panggilan Nabi), sehingga dia ditakuti oleh
raja bangsa kulit kuning. Karena itu aku senantiasa yakin bahwa agama
Rasulullah s.a.w. ini pasti menang, sehingga ahirnya Allah memasukkan Islam
kedalam hati sanubariku“. (H.R.
Muslim)
KISAH TAULADAN
WAFAT DENGAN JARI MENUNJUK KEATAS
Dari Ja’far bin Aslam berkata : “Tatkala kaum muslimin berada di tengah
medan perang Yamamah, yang pertama kali menjadi kurban adalah Abu Uqail. Dia
terkena panah pada bagian antara kedua bahu dan dadanya, tetapi tidak sampai
meninggal dunia. Kemudian panah dicabutnya, di siang hari tangan kirinya terasa
lemah, kemudian dibawa kedalam kemah.
Ketika peperangan makin memanas,
umat Islam mengalami kekalahan, sementara Abu Uqail masih dalam kondisi lemah
karena lukanya, tiba tiba ia mendengar Ma’n bin Addy menjeru : “Wahai kaum
Anshar, mohonlah pertolongan kepada Allah, seranglah musuhmu !“.
Ibnu Umar berkata : “Setelah
mendengar seruan, Abu Uqail berdiri untuk menemui kaumnya. Maka aku bertanya :
“Apa yang kamu inginkan ?, kamu tidak harus
ikut menyerang“. Abu Uqail menjawab : “Tadi aku mendengar seseorang
memanggil namaku“. Aku katakan kepadanya : “Yang memanggil mengatakan wahai
orang Anshar, bukan memanggil wahai orang yang terluka !“.
Abu Uqail berkata : “Aku termasuk
orang Anshar oleh karena itu aku harus menyambut seruannya sekalipun dengan
merangkak“, jawabnya bersemangat. Dengan sigapnya Uqail mengenakan sabuk dan mengambil
pedang sambil berseru : “Wahai kaum Anshar, seranglah musuh sebagaimana dalam
perang Hunain, bersatulah kalian semoga Allah melimpahkan Rahmat kepadamu.
Majulah kemedan perang karena kaum Muslimin itu bersembunyi, hanya sekedar
memperdaya musuh, giringlah musuhmu sehingga masuk kedalam kebun, kemudian
membaurlah dengan mereka dan gunakan pedang kalian untuk menebas mereka !“.
Aku perhatikan tubuh Abu Uqail,
ternyata tangannya penuh luka dan terlepas dari bahunya, pada tubuhnya terdapat
14 luka yang menyebabkan ia meninggal dunia. Saat itu bertepatan dengan
terbunuhnya musuh Allah yakni Musailamah si Nabi palsu. Aku berada di sisi abu
Uqail ketika ia menghembuskan nafasnya terahir, aku memanggil namanya : “Wahai
Abu Uqail“, ia menjawab : “Labbaik“, dengan suara terbata bata ia bertanya :
“Siapa yang kalah ?”, aku menjawab : “Bergembiralah musuh Allah telah terbunuh
!“. Kemudian
ia menunjuk kelangit dengan jarinya sambil memuji Allah, diikuti dengan hembusan nafasnya terakhir.
Demikian hebat semangat jihadnya, sehingga terus berjuang walau tubuhnya penuh luka,
demi tegaknya kalimat tauhid. Allaahu Akbar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar