AKHLAK PASUKAN ISLAM TERHADAP TAWANAN PERANG
“Dan tiadalah Kami mengutus
kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Q.S. Al Anbiya (21)
: 107)
Karena mulianya ajaran Islam, sehingga akhlaq sangat dijunjung tinggi
dan menjadi acuan, walau terhadap para tawanan perang sekalipun.
Rasulullah s.a.w. bersabda : “Aku wasiatkan agar kalian berbuat baik terhadap mereka
yaitu tawanan”. (H.R. ath Thabrani).
Begitu tinggi agama mengajarkan tentang nilai nilai
kemanusiaan, sehingga walau terhadap tawananpun tetap diperlakukan dengan
sopan.
MEMBERI MAKAN
“Dan mereka memberikan makanan
yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan”. (Q. S. Al Insan (76) : 8). Dengan ayat ini mendorong hamba hamba Nya untuk
berbuat baik walau terhadap para tawanan.
LEBIH MENGUTAMAKAN TAWANAN
Abdullah
bin Abbas r.a. berkata : “Rasulullah s.a.w. memerintahkan sahabat sahabatnya
dalam perang Badar untuk memuliakan tawanan. Bahkan mereka lebih mengutamakan tawanan tawanan dari pada diri mereka sendiri dalam hal makanan. Begitu
hati para sahabat dalam memegang pesan Nabi, sehingga mereka sangat
mengutamakan para tawanan dari kepentingan dirinya.
SAMPAI MERASA MALU
Abu Aziz saudara kandung sahabat
Mush’ab bin Umair berkata : “Aku berada di tengah tengah
beberapa orang Anshar yang menawanku dari Perang Badar. Apabila tiba waktu
makan siang dan malam, mereka memberikan roti, khusus untukku, sedang mereka
hanya memakan kurma, mereka melakukan karena wasiat Rasulullah s.a.w., sehingga
tidak ada sepotong roti pun di tangan mereka, kecuali mereka memberikan
untukku. Sehingga aku merasa malu, kemudian kukembalikan kepada mereka. namun mereka mengembalikan
lagi padaku, mereka tidak mau menyentuhnya”.
DEMIKIAN PULA TERHADAP TAWANAN TERHORMAT
Ibnu Hisyam berkata : “Abu
Aziz adalah pembawa panji musyrikin di perang Badar”. Tawanan ini termasuk orang musyrikin Mekah, merupakan tokoh yang memusuhi kaum muslimin. Karena pembawa panji perang adalah
orang orang yang terkenal pemberani dan pemimpin kaumnya.
MEMBERI PAKAIAN
Dalam
kitab Shahihnya, Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Jabir bin Abdullah r.a.
berkata : “Pada hari Perang Badar orang orang musyrik yang tertawan dibawa
(ke hadapan Nabi). Saat itu Abbas bin Abdul Muthalib dibawa dalam keadaan tidak
memakai baju. Maka Nabi s.a.w. mencarikan sebuah baju panjang untuknya. Para sahabat
mendapati baju panjang Abdullah bin Ubay cocok untuk Abbas bin Abdul Muthalib.
Maka Nabi s.a. w. memberikan baju panjang Abdullah bin Ubay kepada Abbas bin
Abdul Muthalib untuk dipakai”.
Diriwayatkan
pula bahwa Rasulullah s.a.w. memerintahkan agar tawanan dari suku Hawazin diberi
pakaian. Beliau memerintah seseorang ke Mekah membeli pakaian untuk tawanan.
Sehingga saat mereka bebas, mereka mengenakan pakaian. (al Baihaqi dalam Dala il
an Nubuwah, 5/264).
TEMPAT LAYAK BAGI TAWANAN
Berbeda
dengan Romawi, Persia, Yunani, dll., Islam di zaman Nabi s.a.w. tawanan
ditempatkan di tempat layak. Karena
saat itu belum ada tempat khusus seperti
penjara. Tetapi tawanan tetap diberikan tempat cukup manusiawi. Sehingga para tawanan ditempatkan di masjid dan rumah
rumah para sahabat.
HIKMAH DITAWAN DI MASJID
Hikmah
tawanan ditempatkan di masjid agar mereka bisa menyaksikan akhlak dan ibadah
kaum muslimin, agar tersentuh hatinya. Sedangkan penempatan tawanan di rumah para sahabat bertujuan sebagai penghormatan
dan pemuliaan bagi mereka.
DI RUMAH
Al Hasan
al Bashri berkata pernah tawanan dihadapkan kepada Rasulullah s.a.w..
Kemudian beliau menempatkan mereka di rumah para sahabat. Beliau berpesan
kepada shahibul bait (tuan rumah) : “Berbuat baiklah kepadanya !”. Para tawanan tinggal di rumah mereka selama 2 atau 3 hari, hal ini sangat berpengaruh
pada diri para tawanan.
LEMAH LEMBUT
Dalam
Shahih Muslim terdapat riwayat dari Imran bin Hushein r.a. berkakata : ”Bani
Tsaqif adalah pelayan Bani ‘Uqail, lalu Bani Tsaqif menawan dua sahabat Nabi s.a.w.
Di sisi lain, sahabat Rasulullah s.a.w. menawan seseorang dari bani ‘Uqail
bersama seekor untanya. Rasulullah s.a.w. kemudian mendatanginya, saat itu tawanan dalam keadaan
terikat.
Tawanan berkata :
“Wahai Muhammad”, beliau menimpalinya : “Ada apa denganmu ?”. Laki laki
itu berkata : “Apa alasanmu menawanku dan apa alasanmu menawan unta pacuanku
yang larinya cepat ?”, beliau menjawab : “Itu aku lakukan sebagai pembalasan
karena dosa sekutumu”.
MEMELUK ISLAM
Kemudian
beliau pergi, laki laki itu kembali menyeru beliau sambil berkata : “Wahai Muhammad, wahai Muhammad”.
Rasulullah s.a.w. kembali menemuinya dan bersabda : “Apa keperluanmu ?”. Laki laki itu menjawab : “Sekarang saya muslim”.
MINTA MAKAN DAN MINUM
Kemudian
beliau pergi, namun laki laki itu menyerunya sambil berkata : “Wahai Muhammad wahai Muhammad”. Beliau lalu menemuinya sambil bersabda : “Apa keperluanmu ?”.
laki laki itu berkata : “Aku lapar, berilah makan kepadaku dan aku juga haus
maka berilah aku minum !”. Beliau bersabda : “Ini kebutuhanmu”. (H.R. Muslim).
Kemudian,
Rasulullah s.a.w. memberikan tawanan (yang statusnya sebagai budak) itu kepada
Abu Haitsam r.a. Nabi berwasiat agar berlaku baik. Kemudian Abu Haitsam membawa
tawanan ke rumahnya. Sampai di rumah ia berkata : “Sesungguhnya Rasulullah s.a.w.
berwasiat kepadaku untuk berbuat baik kepadamu. “Sekarang kumerdekakan engkau
berharap pahala di sisi Allah, ini anak panah dari hartaku (untukmu)”. (H.R. Baihaqi).
MENGHORMATI TAWANAN
Apabila
wanita dan anak anak menjadi tawanan perang, Nabi s.a.w. melarang memisahkan antara ibu dan anaknya. Dari Abu Ayyub al Anshari r.a. ia
berkata : “Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Siapa yang memisahkan
antara ibu dan anaknya, Allah akan memisahkan antara dirinya dengan orang yang
ia kasihi pada hari kiamat nanti”. (H.R. Turmudzi).
SIKAP PADA DIPLOMAT
Karena
sangat hati dalam urusan tawanan sampai terhadap para petugas negara (diplomat)
beliau berpesan. Rasulullah s.a.w. bersabda :
“ …. Sesungguhnya para utusan (duta)
itu tidak boleh dibunuh” (H.R. Abu Dawud). Subhaanallah demikian tinggi dan
mulianya ajaran agama Islam tentang akhlak, sehingga walau terhadap para
tawananpun diperlakukan dengan sopan dan manusiawi.
TSUMAMAH MEMELUK ISLAM
Satu ketika Tsumamah bin Itsal
asal Yamamah pergi ke Madinah. Membunuh Muhammad misi utamanya, melihat gelagat yang
mencurigakan, insting Umar bin Al Khattab
tanggap.
Kemudian Umar menghadangnya : “Apa tujuanmu ke Madinah ?, bukankah engkau
seorang musyrik ?”.
“Aku ke sini untuk membunuh
Muhammad !”. Tsumamah membenci Nabi Muhammad
s.a.w. karena ajaran Islam yang dibawanya, Umar yang dikenal sebagai pegulat
tangguh langsung menangkap dan meringkus Tsumamah, kemudian tangannya diikat
dan digiring
ke masjid. Setelah diikat di tiang masjid, Umar melapor ke Nabi Muhammad s.a.w.
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. memandang wajah
Yamamah, tidak terlihat kebencian
sedikitpun di wajah beliau.
“Apakah kalian sudah memberinya
makan ?”, tanya N, Muhammad. “Makanan apa wahai Rasulullah ?, dia datang ingin membunuhmu,
bukan ingin memeluk Islam
!”, jawab Umar keheranan.
“Tolong ambilkan segelas susu
dari rumahku dan buka tali pengikatnya !”,
dengan
penuh heran Umar mematuhi instruksi kekasihnya.
“Ucapkanlah la ilaha illa Allah, pinta Rasulullah pada
Tsumamah. “Aku
tidak sudi mengucapkannya !”, jawab Tsumamah tegas.
“Katakan aku bersaksi tiada sesembahan selain Allah dan
Muhammad itu Rasul Allah”,
pinta baginda. “Aku
tidak akan mengucapkannya !”.
Mereka yang menyaksikan pada geram dan marah, mendengar
jawaban Tsumamah. Kemudian Rasulullah
sa.w. justru melepaskan dan
memintanya segera meninggalkan Madinah. Kemudian Tsumamah bangkit, baru beberapa
langkah meninggalkan masjid ia berkata : “Wahai Rasulullah, aku bersaksi
tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasul Allah”.
Semua kaget, Rasulullah s.a.w. tersenyum. “Mengapa
engkau baru mengucapkannya ?”. “Ketika engkau belum membebaskan, aku tidak
mengucapkannya, khawatir dianggap aku memeluk Islam karena takut padamu.
Setelah engkau bebaskan, aku mengucapkannya semata mata karena mengharap ridha Nya”,
jawab Tsumamah mengharukan.
Diinilah
rahasia permintaan makan oleh Rasulullah, yang tidak dimengerti sahabatnya.
“Ketika memasuki Madinah, tidak ada yang lebih aku benci selain engkau
Muhammad. Setelah meninggalkan Madinah, tidak ada yang lebih aku cintai selain
Muhammad !”, katanya. Subhaanallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar