Minggu, 08 September 2019


AKHLAK PASUKAN ISLAM TERHADAP TAWANAN PERANG

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Q.S. Al Anbiya (21) : 107)

Karena mulianya ajaran Islam, sehingga akhlaq sangat dijunjung tinggi dan menjadi acuan, walau terhadap para tawanan perang sekalipun.  
Rasulullah s.a.w. bersabda : “Aku wasiatkan agar kalian berbuat baik terhadap mereka yaitu tawanan”. (H.R. ath Thabrani).
Begitu tinggi agama mengajarkan tentang nilai nilai kemanusiaan, sehingga walau terhadap tawananpun tetap diperlakukan dengan sopan.

MEMBERI MAKAN
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan”. (Q. S. Al Insan (76) : 8). Dengan ayat ini mendorong hamba hamba Nya untuk berbuat baik walau terhadap para tawanan.

LEBIH MENGUTAMAKAN TAWANAN
Abdullah bin Abbas r.a. berkata : “Rasulullah s.a.w. memerintahkan sahabat sahabatnya dalam perang Badar untuk memuliakan tawanan. Bahkan mereka lebih mengutamakan tawanan tawanan dari pada diri mereka sendiri dalam hal makanan. Begitu hati para sahabat dalam memegang pesan Nabi, sehingga mereka sangat mengutamakan para tawanan dari kepentingan dirinya.

SAMPAI MERASA MALU
Abu Aziz saudara kandung sahabat Mush’ab bin Umair berkata : “Aku berada di tengah tengah beberapa orang Anshar yang menawanku dari Perang Badar. Apabila tiba waktu makan siang dan malam, mereka memberikan roti, khusus untukku, sedang mereka hanya memakan kurma, mereka melakukan karena wasiat Rasulullah s.a.w., sehingga tidak ada sepotong roti pun di tangan mereka, kecuali mereka memberikan untukku. Sehingga aku merasa malu, kemudian kukembalikan kepada mereka. namun mereka mengembalikan lagi padaku, mereka tidak mau menyentuhnya”.

DEMIKIAN PULA TERHADAP TAWANAN TERHORMAT
Ibnu Hisyam berkata : “Abu Aziz adalah pembawa panji musyrikin di perang Badar”. Tawanan ini termasuk orang musyrikin Mekah, merupakan tokoh yang memusuhi kaum muslimin. Karena pembawa panji perang adalah orang orang yang terkenal pemberani dan pemimpin kaumnya.

MEMBERI PAKAIAN
Dalam kitab Shahihnya, Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Jabir bin Abdullah r.a. berkata : “Pada hari Perang Badar orang orang musyrik yang tertawan dibawa (ke hadapan Nabi). Saat itu Abbas bin Abdul Muthalib dibawa dalam keadaan tidak memakai baju. Maka Nabi s.a.w. mencarikan sebuah baju panjang untuknya. Para sahabat mendapati baju panjang Abdullah bin Ubay cocok untuk Abbas bin Abdul Muthalib. Maka Nabi s.a. w. memberikan baju panjang Abdullah bin Ubay kepada Abbas bin Abdul Muthalib untuk dipakai”.
Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah s.a.w. memerintahkan agar tawanan dari suku Hawazin diberi pakaian. Beliau memerintah seseorang ke Mekah membeli pakaian untuk tawanan. Sehingga saat mereka bebas, mereka mengenakan pakaian. (al Baihaqi dalam Dala il an Nubuwah, 5/264).

TEMPAT LAYAK BAGI TAWANAN
Berbeda dengan Romawi, Persia, Yunani, dll., Islam di zaman Nabi s.a.w. tawanan ditempatkan di tempat layak. Karena saat itu belum ada tempat khusus seperti penjara. Tetapi tawanan tetap diberikan tempat cukup  manusiawi. Sehingga para tawanan ditempatkan di masjid dan rumah rumah para sahabat.

HIKMAH DITAWAN DI  MASJID
Hikmah tawanan ditempatkan di masjid agar mereka bisa menyaksikan akhlak dan ibadah kaum muslimin, agar tersentuh hatinya. Sedangkan penempatan tawanan di rumah para sahabat bertujuan sebagai penghormatan dan pemuliaan bagi mereka.

DI RUMAH
Al Hasan al Bashri berkata pernah tawanan dihadapkan kepada Rasulullah s.a.w.. Kemudian beliau menempatkan mereka di rumah para sahabat. Beliau berpesan kepada shahibul bait (tuan rumah) : “Berbuat baiklah kepadanya !. Para tawanan tinggal di rumah mereka selama 2 atau 3 hari, hal ini sangat berpengaruh pada diri para tawanan.

LEMAH LEMBUT
Dalam Shahih Muslim terdapat riwayat dari Imran bin Hushein r.a. berkakata :  ”Bani Tsaqif adalah pelayan Bani ‘Uqail, lalu Bani Tsaqif menawan dua sahabat Nabi s.a.w. Di sisi lain, sahabat Rasulullah s.a.w. menawan seseorang dari bani ‘Uqail bersama seekor untanya. Rasulullah s.a.w. kemudian mendatanginya, saat itu tawanan dalam keadaan terikat.
Tawanan berkata : “Wahai Muhammad”, beliau menimpalinya : “Ada apa denganmu ?”. Laki laki itu berkata : “Apa alasanmu menawanku dan apa alasanmu menawan unta pacuanku yang larinya cepat ?”, beliau menjawab : “Itu aku lakukan sebagai pembalasan karena dosa sekutumu”.

MEMELUK ISLAM
Kemudian beliau pergi, laki laki itu kembali menyeru beliau sambil  berkata : “Wahai Muhammad, wahai Muhammad”. Rasulullah s.a.w. kembali menemuinya dan bersabda : “Apa keperluanmu ?”. Laki laki itu menjawab : “Sekarang saya muslim”.

MINTA MAKAN DAN MINUM
Kemudian beliau pergi, namun laki laki itu menyerunya sambil berkata : “Wahai Muhammad wahai Muhammad”. Beliau lalu menemuinya sambil bersabda : “Apa keperluanmu ?”. laki laki itu berkata : “Aku lapar, berilah makan kepadaku dan aku juga haus maka berilah aku minum !”. Beliau bersabda : “Ini kebutuhanmu”. (H.R. Muslim).
Kemudian, Rasulullah s.a.w. memberikan tawanan (yang statusnya sebagai budak) itu kepada Abu Haitsam r.a. Nabi berwasiat agar berlaku baik. Kemudian Abu Haitsam membawa tawanan ke rumahnya. Sampai di rumah ia berkata : “Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. berwasiat kepadaku untuk berbuat baik kepadamu. “Sekarang kumerdekakan engkau berharap pahala di sisi Allah, ini anak panah dari hartaku (untukmu)”. (H.R. Baihaqi).

MENGHORMATI TAWANAN   
Apabila wanita dan anak anak menjadi tawanan perang, Nabi s.a.w. melarang memisahkan antara ibu dan anaknya. Dari Abu Ayyub al Anshari r.a. ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Siapa yang memisahkan antara ibu dan anaknya, Allah akan memisahkan antara dirinya dengan orang yang ia kasihi pada hari kiamat nanti”. (H.R. Turmudzi).

SIKAP PADA DIPLOMAT
Karena sangat hati dalam urusan tawanan sampai terhadap para petugas negara (diplomat) beliau berpesan. Rasulullah s.a.w. bersabda : “ …. Sesungguhnya para utusan (duta) itu tidak boleh dibunuh” (H.R. Abu Dawud). Subhaanallah demikian tinggi dan mulianya ajaran agama Islam tentang akhlak, sehingga walau terhadap para tawananpun diperlakukan dengan sopan dan manusiawi.

TSUMAMAH MEMELUK ISLAM


Satu ketika Tsumamah bin Itsal asal Yamamah pergi ke Madinah. Membunuh Muhammad misi utamanya, melihat gelagat yang mencurigakan, insting Umar bin Al Khattab tanggap. Kemudian Umar menghadangnya : “Apa tujuanmu ke Madinah ?, bukankah engkau seorang musyrik ?”.
Aku ke sini untuk membunuh Muhammad !”. Tsumamah membenci Nabi Muhammad s.a.w. karena ajaran Islam yang dibawanya, Umar yang dikenal sebagai pegulat tangguh langsung menangkap dan meringkus Tsumamah, kemudian tangannya diikat dan digiring ke masjid. Setelah diikat di tiang masjid, Umar melapor ke Nabi Muhammad s.a.w.
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. memandang wajah Yamamah, tidak terlihat kebencian sedikitpun di wajah beliau.
Apakah kalian sudah memberinya makan ?, tanya N, MuhammadMakanan apa wahai Rasulullah ?, dia datang ingin membunuhmu, bukan ingin memeluk Islam !, jawab Umar keheranan.
Tolong ambilkan segelas susu dari rumahku dan buka tali pengikatnya !”, dengan penuh heran Umar mematuhi instruksi kekasihnya.
Ucapkanlah la ilaha illa Allah, pinta Rasulullah pada Tsumamah.Aku tidak sudi mengucapkannya !, jawab Tsumamah tegas.
Katakan aku bersaksi tiada sesembahan selain Allah dan Muhammad itu Rasul Allah, pinta baginda.Aku tidak akan mengucapkannya !”.
Mereka yang menyaksikan pada geram dan marah, mendengar jawaban Tsumamah. Kemudian Rasulullah sa.w. justru melepaskan dan memintanya segera meninggalkan Madinah. Kemudian Tsumamah bangkit, baru beberapa langkah meninggalkan masjid ia berkata : “Wahai Rasulullah, aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad Rasul Allah”.
           Semua kaget, Rasulullah s.a.w. tersenyum. “Mengapa engkau baru mengucapkannya ?”. “Ketika engkau belum membebaskan, aku tidak mengucapkannya, khawatir dianggap aku memeluk Islam karena takut padamu. Setelah engkau bebaskan, aku mengucapkannya semata mata karena mengharap ridha Nya”, jawab Tsumamah mengharukan. 
        Diinilah rahasia permintaan makan oleh Rasulullah, yang tidak dimengerti sahabatnya.  “Ketika memasuki Madinah, tidak ada yang lebih aku benci selain engkau Muhammad. Setelah meninggalkan Madinah, tidak ada yang lebih aku cintai selain Muhammad !”, katanya. Subhaanallah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar