KECERDASAN MILITER KHALID BIN AL
WALID
“Apakah kamu mengira bahwa kamu
akan masuk syurga, padahal belum nyata bagi Allah orang orang yang berjihad diantaramu
dan belum nyata orang orang yang sabar”. (Q.S. Ali Imran (3) : 142)
Di antara tokoh
militer yang paling cemerlang adalah panglima Islam Khalid bin Walid. Dia mampu menggetarkan benteng Persia dan Romawi dalam waktu relatif singkat. Berkat kepemimpinan
militernya Islam tersebar di Jazirah Arab, Iraq dan Syam.
ABU BAKAR MEMUJI
Begitu hebatnya strategi
Khalid dalam berperang, sampai Abu Bakar memujinya : “Demi Allah, orang
orang Romawi akan lupa dengan tipu daya setan karena (kedatangan) Khalid bin al Walid”. Abu Bakar r.a. juga berkata : “Para wanita tidak akan mampu lagi melahirkan
seseorang seperti Khalid”.
GELARNYA
Kaum muslimin
mengenalnya dengan gelar Saifullah (pedang
Allah). Sebutan bermula saat Rasulullah s.a.w. menyebutnya di hari keislamannya
: “Engkau adalah pedang di antara pedang pedang Allah yang dia
hunuskan kepada orang orang musyrik”.
STRATEGI
PERANG MUNDUR TERATUR
Di Perang Mu’tah tahun
8 H, 3000 pasukan Islam dikepung 100.000 pasukan Romawi. Saat itu tiga
panglima muslimin gugur: Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah
bin Rawahah r.a. Kemudian orang orang mengangkat Khalid bin Walid menjadi panglima.
Karena kekuatan tidak seimbang, Khalid membuat taktik mundur dengan rapi.
Gerakan mundur demikian rupa membuat musuh takut mengejarnya, sehingga mereka tidak berani mengejarnya sehingga kaum
muslimin pulang dengan selamat.
STRATEGI PERANG YARMUK
Sebelum tiba di
Yarmuk, pasukan Khalid bertemu pasukan Yazid bin Abi
Sufyan, Abu
Ubaidah bin al Jarrah, Amr bin Ash dan Syurahbil bin Hasnah di Ajnadayn.
46.000.
PRAJURIT MUSLIM MELAWAN 240.000. PASUKAN KAFIR
Kemudian para
panglima berkumpul dan berdiskusi. Khalid berkata : “Jumlah
pasukan musuh sekitar 240.000 orang. Sedangkan total pasukan kita 46.000 orang, namun Alquran berkata : “Betapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan
golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang orang yang
sabar”. (Q.S. Al Baqarah (2) : 249).
Setelah memahami
pasukan Romawi bersatu di bawah komando Theodoric, Khalid membagi pasukan
menjadi 46 bataliyon.
SETIAP
BATALYON 1000 PRAJURIT
Setiap bataliyon
terdiri dari 1000 pasukan dipimpin seorang
yang tangguh. Kemudian dia mengelompokkan pasukan pasukan di jantung pasukan, sayap kanan dan kiri. Khalid memerintahkan pasukannya menunggu Romawi terlebih dahulu
memulai serangan. Ketika kuda kuda sudah menyerang garis depan
pasukan Islam, Khalid instruksikan agar pasukan tetap membiarkan mereka leluasa
hingga masuk jauh ke dalam sampai garis belakang pasukan.
Di belakang, mereka
akan disergap pasukan kavaleri (pasukan berkuda). Dengan demikian situasi ini akan memecah pasukan infanteri Romawi
dan kavalerinya. Kaum muslimin pun bisa dengan mudah menyerang infanteri Romawi.
STRATEGI
DIFENSIF
Khalid memilih
taktik difensif karena di belakang ada Kota Madinah yang harus dilindungi.
Ketika pasukan Romawi sampai, kaum muslimin menyeberangi sungai hingga berada di
sisi kanannya. Pasukan Romawi dikepung bukit sementara di hadapannya pasukan
muslimin.
Saat fajar hari, tanggal 28 Jumadil
Ula 13 H, kaum muslmimin memprovokasi Romawi. pasukan berkuda Romawi memasuki
garis depan pasukan Islam. Khalid menyiapkan pasukan berkuda menghadapinya. Keadaan berjalan sesuai rencana, tentara Romawi diterkam singa singa Islam.
Mereka lari kocar kacir. Ada yang menuju sungai,
ada yang masuk jurang. Mereka kian terpojok dan banyak yang tewas
terbunuh.
Sedang pasukan
infanteri Romawi berada dalam keadaan terikat. Karena takut lari dari perang,
pemimpin mereka merantai pasukan pejalan kaki, satu rantai
10 orang.
Rantai membuatnya sulit bergerak. Perang berlangsung
selama satu hari.
Theodoric kabur akhirnya tewas terjerembab ke dalam jurang.
Kerugian kaum
muslimin sekitar 3000 pasukan terluka, kerugian Romawi tak terhitung. Seorang
pasukan Khalid menyatakan bahwa kerugian yang diderita Romawi 8000 orang Romawi
tewas terjerembab di parit di antaranya Theodoric saudara Heraclius. Khalid
berkata : “Segala puji bagi Allah yang telah
menolong hamba hamba Nya yang beriman”.
MERAHASIAKAN
KEMATIAN KHALIFAH
Sebelum perang berkecamuk, datang utusan
dari Madinah mengabarkan bahwa Khalifah Abu Bakar ash Shiddiq wafat. Kaum
muslimin sepakat membaiat Umar bin al Khattab
sebagai penggantinya. Utusan juga mengabarkan, Khalifah Umar mengganti Khalid
bin Walid dengan Abu Ubaidah bin al Jarrah
sebagai panglima utama pasukan. Namun Khalid sengaja
merahasiakan kabar ini, khawatir konsentrasi pasukan terpecah dan mengganggu
moral pasukan.
MELIMPAHKAN
JABATAN DENGAN SPORTIF
Setelah perang usai
Khalid meletakkan jabatan dan memberikannya kepada Abu Ubaidah bin al Jarrah, sambil berkata : “Sekarang,
engkaulah panglima besar pasukan. Aku adalah prajuritmu yang bisa dipercaya.
Perintahkan aku, aku akan mentaati !”, kata Khalid.
KHALID
WAFAT
Setelah kemenangan
di Yarmuk, Khalid memperingatkan Raja Persia, Kisra yang juga ingin memerangi
Islam. Khalid berkata : “Masuk
Islamlah pasti kau selamat, jika tidak sungguh
aku akan datang menemui kalian bersama orang orang yang mendambakan kematian sebagaimana kalian mencintai
kehidupan !”.
Saat membaca surat
Kisra merasa ciut. Ia mengirim utusan ke Kaisar China untuk meminta bantuan.
Kaisar China menanggapi sambil berkata : “Wahai Kisra, tidak ada daya bagiku
menghadapi kaum yang seandainya mereka ingin mencongkel gunung, niscaya mereka
bisa melakukannya. Orang orang yang hanya takut kepada Allah, maka Allah membuat segala sesuatu takut kepada
mereka !”.
MENYESAL WAFAT DIATAS RANJANG
Walau mantan panglima yang banyak jasanya,
namun di akhir hayatnya Khalid bin Walid hanya
memiliki harta berupa pedang dan kuda yang dipakai untuk berjihad. Saat itu ia
menangis : “Inilah keadaanku akan wafat di atas kasurku. Padahal tidak satu
jengkal pun di tubuhku kecuali terdapat bekas sabetan pedang, atau tusukan
tombak atau luka bekas anak panah yang menancap di jalan
Allah. Aku mati seperti seekor hewan. Padahal aku berharap mati syahid di
jalan Allah, karena itu
jangan tidur mata mata yang penakut”.
Ya
Allah betapa hebat pengorbanan Khalid demi tegaknya agama Islam, dengan mengorbankan
jiwa dan raganya. Ya Allah ampuni dan rakhmati Khalid bin Walid. Amiin
iSTRI SHOLIHAH
Syuraih adalah seorang hakim di zaman
khalifah Umar
bin Khattab.
Setelah menikah dengan wanita bani
Tamim, dia berkata kepada Sya’bi (seorang tabi’in) : “Wahai Sya’bi menikahlah
dengan wanita bani Tamim karena mereka wanita yang baik”.
Begitu sampai di rumah aku
menyesal :
“Aku telah menikah dengan keluarga Arab yang keras dan kasar”. Aku ingat kepada
wanita bani Tamim dan mereka keras hatinya. Aku berniat
menceraikannya, kemudian
aku berubah pikiran. Jangan ditalak dulu, jika baik. Jika tidak, barulah
ditalak. Berapa
hari setelah itu para wanita Tamim datang mengantarkannya kepadaku. Ketika dia
didudukkan di rumah, aku berkata :
“Istriku termasuk sunnah jika laki laki
bersatu dengan istrinya untuk shalat dua rakaat dan dia pun demikian”.
Aku
beridiri shalat, kemudian aku menengok ke belakang, ternyata dia juga shalat.
Selesai shalat para pelayannya menyiapkan pakaianku dan memakaikan jubah yang
telah dicelup dengan minyak za’faran.
Manakala rumah telah sepi, aku
mendekatinya. Aku menjulurkan tangan ke arahnya, dia berkata : “Tetaplah di tempatmu”.
Aku berkata kepada diriku : “Sebuah musibah telah
menimpaku”.
Dia berkata : “Aku wanita Arab. Demi
Allah, aku tidak melangkah kecuali untuk perkara yang diridhai Allah. Dan kamu
adalah laki laki
asing, aku tidak mengenal akhlak kepribadianmu. Katakan apa yang kamu sukai,
sehingga aku bisa melakukannya. Katakan apa yang kamu benci, sehingga aku bisa
menjauhinya”.
Aku berkata : “Aku suka ini dan ini
(aku menyebut ucapan, perbuatan, dan makanan yang aku sukai) dan juga membenci
ini dan ini.”
Dia bertanya : “Jelaskan kepadaku
tentang kerabatmu. Apakah kamu ingin mereka mengunjungimu ?”. Aku menjawab : “Aku seorang hakim.
Aku tidak mau mereka membuatku jenuh”. Aku lalui malam yang penuh kenikmatan, aku
tinggal bersamanya tiga hari. Kemudian aku pergi ke pengadilan bekerja kembali.
Tidak ada hari yang aku lalui tanpa kebaikan darinya.
Setahun kemudian tatkala aku
pulang ke rumah, aku melihat seorang wanita tua yang memerintah dan melarang,
ternyata itu adalah ibu mertuaku. Ibu
mertua bertanya :
“Bagaimana istrimu ?”, aku menjawab : “Wanita terbaik dan
teman yang menyenangkan. Ibu telah mendidiknya dengan baik dan mengajarkan budi
pekerti dengan baik pula kepadanya”. Dua puluh tahun aku
bersamanya,
Aku
tidak pernah mencelanya atau marah kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar