Senin, 28 Oktober 2019



KECERDASAN MILITER KHALID BIN AL WALID

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum nyata bagi Allah orang orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang orang yang sabar”. (Q.S. Ali Imran (3) : 142)

Di antara tokoh militer yang paling cemerlang adalah panglima Islam Khalid bin Walid. Dia mampu menggetarkan benteng Persia dan Romawi dalam waktu relatif singkat. Berkat kepemimpinan militernya Islam tersebar di Jazirah Arab, Iraq dan Syam.

ABU BAKAR MEMUJI
Begitu hebatnya strategi Khalid dalam berperang, sampai Abu Bakar memujinya : “Demi Allah, orang orang Romawi akan lupa dengan tipu daya setan karena (kedatangan) Khalid bin al Walid”. Abu Bakar r.a. juga berkata : “Para wanita tidak akan mampu lagi melahirkan seseorang seperti Khalid”.

GELARNYA
Kaum muslimin mengenalnya dengan gelar Saifullah (pedang Allah). Sebutan bermula saat Rasulullah s.a.w. menyebutnya di hari keislamannya :  “Engkau adalah pedang di antara pedang pedang Allah yang dia hunuskan kepada orang orang musyrik”.

STRATEGI PERANG MUNDUR TERATUR
Di Perang Mu’tah tahun 8 H, 3000 pasukan Islam dikepung 100.000 pasukan Romawi. Saat itu tiga panglima muslimin gugur: Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah r.a. Kemudian orang orang mengangkat Khalid bin Walid menjadi panglima.
Karena kekuatan tidak seimbang, Khalid membuat taktik mundur dengan rapi. Gerakan mundur demikian rupa membuat musuh takut mengejarnya, sehingga mereka tidak berani mengejarnya  sehingga kaum muslimin pulang dengan selamat.

STRATEGI PERANG YARMUK
Sebelum tiba di Yarmuk, pasukan Khalid bertemu pasukan Yazid bin Abi
Sufyan, Abu Ubaidah bin al Jarrah, Amr bin Ash dan Syurahbil bin Hasnah di Ajnadayn.

46.000. PRAJURIT MUSLIM MELAWAN 240.000. PASUKAN KAFIR 
Kemudian para panglima berkumpul dan berdiskusi. Khalid berkata : “Jumlah pasukan musuh sekitar 240.000 orang. Sedangkan total pasukan kita 46.000 orang, namun Alquran  berkata : “Betapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang orang yang sabar”. (Q.S. Al Baqarah (2) : 249).
Setelah memahami pasukan Romawi bersatu di bawah komando Theodoric, Khalid membagi pasukan menjadi 46 bataliyon.

SETIAP BATALYON 1000 PRAJURIT
Setiap bataliyon terdiri dari 1000 pasukan  dipimpin seorang yang tangguh. Kemudian dia mengelompokkan pasukan pasukan di jantung pasukan, sayap kanan dan kiri. Khalid memerintahkan pasukannya menunggu Romawi terlebih dahulu memulai serangan. Ketika kuda kuda sudah menyerang garis depan pasukan Islam, Khalid instruksikan agar pasukan tetap membiarkan mereka leluasa hingga masuk jauh ke dalam sampai garis belakang pasukan.                
Di belakang, mereka akan disergap pasukan kavaleri (pasukan berkuda). Dengan demikian situasi ini akan memecah pasukan infanteri Romawi dan kavalerinya. Kaum muslimin pun bisa dengan mudah menyerang infanteri Romawi.

STRATEGI DIFENSIF
Khalid memilih taktik difensif karena di belakang ada Kota Madinah yang harus dilindungi. Ketika pasukan Romawi sampai, kaum muslimin menyeberangi sungai hingga berada di sisi kanannya. Pasukan Romawi dikepung bukit sementara di hadapannya pasukan muslimin.
Saat fajar hari, tanggal 28 Jumadil Ula 13 H, kaum muslmimin memprovokasi Romawi. pasukan berkuda Romawi memasuki garis depan pasukan Islam. Khalid menyiapkan pasukan berkuda menghadapinya. Keadaan berjalan sesuai rencana, tentara Romawi diterkam singa singa Islam. Mereka lari kocar kacir. Ada yang menuju sungai, ada yang masuk jurang. Mereka kian terpojok dan banyak yang tewas terbunuh.
Sedang pasukan infanteri Romawi berada dalam keadaan terikat. Karena takut lari dari perang, pemimpin mereka merantai pasukan pejalan kaki, satu rantai
10 orang. Rantai membuatnya sulit bergerak. Perang berlangsung selama satu hari. Theodoric kabur akhirnya tewas terjerembab ke dalam jurang.
Kerugian kaum muslimin sekitar 3000 pasukan terluka, kerugian Romawi tak terhitung. Seorang pasukan Khalid menyatakan bahwa kerugian yang diderita Romawi 8000 orang Romawi tewas terjerembab di parit di antaranya Theodoric saudara Heraclius. Khalid berkata : “Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba hamba Nya yang beriman”.

MERAHASIAKAN KEMATIAN KHALIFAH
Sebelum perang berkecamuk, datang utusan dari Madinah mengabarkan bahwa Khalifah Abu Bakar ash Shiddiq wafat. Kaum muslimin sepakat membaiat Umar bin al Khattab  sebagai penggantinya. Utusan juga mengabarkan, Khalifah Umar mengganti Khalid bin Walid dengan Abu Ubaidah bin al Jarrah sebagai panglima utama pasukan. Namun Khalid sengaja merahasiakan kabar ini, khawatir konsentrasi pasukan terpecah dan mengganggu moral pasukan.

MELIMPAHKAN JABATAN DENGAN SPORTIF
Setelah perang usai Khalid meletakkan jabatan dan memberikannya kepada Abu Ubaidah bin al Jarrah, sambil berkata : “Sekarang, engkaulah panglima besar pasukan. Aku adalah prajuritmu yang bisa dipercaya. Perintahkan aku, aku akan mentaati !, kata Khalid.

KHALID WAFAT
Setelah kemenangan di Yarmuk, Khalid memperingatkan Raja Persia, Kisra yang juga ingin memerangi Islam. Khalid berkata : “Masuk Islamlah pasti kau selamat, jika tidak sungguh aku akan datang menemui kalian bersama orang orang yang mendambakan kematian sebagaimana kalian mencintai kehidupan !”.
Saat membaca surat Kisra merasa ciut. Ia mengirim utusan ke Kaisar China untuk meminta bantuan. Kaisar China menanggapi sambil berkata : “Wahai Kisra, tidak ada daya bagiku menghadapi kaum yang seandainya mereka ingin mencongkel gunung, niscaya mereka bisa melakukannya. Orang orang yang hanya takut kepada Allah, maka Allah membuat segala sesuatu takut kepada mereka !”.

MENYESAL  WAFAT DIATAS RANJANG
Walau mantan panglima yang banyak jasanya, namun di akhir hayatnya Khalid bin Walid hanya memiliki harta berupa pedang dan kuda yang dipakai untuk berjihad. Saat itu ia menangis : “Inilah keadaanku akan wafat di atas kasurku. Padahal tidak satu jengkal pun di tubuhku kecuali terdapat bekas sabetan pedang, atau tusukan tombak atau luka bekas anak panah yang menancap di jalan Allah. Aku mati seperti seekor hewan. Padahal aku berharap mati syahid di jalan Allah, karena itu jangan tidur mata mata yang penakut”.
Ya Allah betapa hebat pengorbanan Khalid demi tegaknya agama Islam, dengan mengorbankan jiwa dan raganya. Ya Allah ampuni dan rakhmati Khalid bin Walid. Amiin 

iSTRI SHOLIHAH

Syuraih adalah seorang hakim di zaman khalifah Umar bin Khattab.
Setelah menikah dengan wanita bani Tamim, dia berkata kepada Sya’bi (seorang tabi’in) : “Wahai Sya’bi menikahlah dengan wanita bani Tamim karena mereka wanita yang baik”.
Begitu sampai di rumah aku menyesal : “Aku telah menikah dengan keluarga Arab yang keras dan kasar”. Aku ingat kepada wanita bani Tamim dan mereka keras hatinya. Aku berniat menceraikannya, kemudian aku berubah pikiran. Jangan ditalak dulu, jika baik. Jika tidak, barulah ditalak. Berapa hari setelah itu para wanita Tamim datang mengantarkannya kepadaku. Ketika dia didudukkan di rumah, aku berkata : “Istriku termasuk sunnah jika laki laki bersatu dengan istrinya untuk shalat dua rakaat dan dia pun demikian”.
Aku beridiri shalat, kemudian aku menengok ke belakang, ternyata dia juga shalat. Selesai shalat para pelayannya menyiapkan pakaianku dan memakaikan jubah yang telah dicelup dengan minyak za’faran.
Manakala rumah telah sepi, aku mendekatinya. Aku menjulurkan tangan ke arahnya, dia berkata : “Tetaplah di tempatmu”.
Aku berkata kepada diriku : “Sebuah musibah telah menimpaku”.
Dia berkata : “Aku wanita Arab. Demi Allah, aku tidak melangkah kecuali untuk perkara yang diridhai Allah. Dan kamu adalah laki laki asing, aku tidak mengenal akhlak kepribadianmu. Katakan apa yang kamu sukai, sehingga aku bisa melakukannya. Katakan apa yang kamu benci, sehingga aku bisa menjauhinya”.
Aku berkata : “Aku suka ini dan ini (aku menyebut ucapan, perbuatan, dan makanan yang aku sukai) dan juga membenci ini dan ini.”
Dia bertanya : “Jelaskan kepadaku tentang kerabatmu. Apakah kamu ingin mereka mengunjungimu ?”. Aku menjawab : “Aku seorang hakim. Aku tidak mau mereka membuatku jenuh”. Aku lalui malam yang penuh kenikmatan, aku tinggal bersamanya tiga hari. Kemudian aku pergi ke pengadilan bekerja kembali. Tidak ada hari yang aku lalui tanpa kebaikan darinya.
Setahun kemudian tatkala aku pulang ke rumah, aku melihat seorang wanita tua yang memerintah dan melarang, ternyata itu adalah ibu mertuaku. Ibu mertua bertanya : “Bagaimana istrimu ?”, aku menjawab : “Wanita terbaik dan teman yang menyenangkan. Ibu telah mendidiknya dengan baik dan mengajarkan budi pekerti dengan baik pula kepadanya”Dua puluh tahun aku bersamanya, Aku tidak pernah mencelanya atau marah kepadanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar