RESIKO DAN BAHAYA DUSTA !
"
…..Maka jauhilah olehmu berhala berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan perkataan
dusta ". ( Q.S. AL Hajj (22) : 30 )
Lidah (mulut) sebagai alat komunikasi
sangat menentukan pribadi seseorang, dari cara bertutur dan berkata, pribadi
seseorang bisa diukur dan ditentukan.
HUBUNGAN
IMAN DAN LESAN
Mengingat pentingnya peran
lisan, sampai Nabi s.a.w. mengingatkan, bahkan sampai dikaitkan dengan masalah
iman : " Barang siapa beriman
kepada Allah dan hari ahir, maka hendaklah berkata yang baik atau diam
". ( H.R. Muslim ). Begitu
teliti Nabi s.a.w. mengajarkan, sampai masalah perkataan dikaitkan dengan iman
dan hari kebangkitan, artinya bagi yang mengaku beriman setiap kata harus
dijaga, karena kelak akan dimintai
pertanggung jawaban dihari kebangkitan !.
KEBENARAN JADIKAN LANDASAN
Dalam berbicara agar teliti dan ditata, kebenaran
dalam berbicara harus tetap dijaga, agar dipercaya. Karena kepercayaan
merupakan modal utama. Ingat pepatah :
“ Sekali lancung keujian selama hidup tak akan dipercaya”.
Begitu pentingnya berkata benar,
sampai dikaitkan dengan masalah iman dan taqwa. Maka beruntunglah bagi yang
bisa dan selalu menjaga lidah : " Hai orang orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar ". ( Q.S. Al Ahzab 70)
JANGAN DUSTA
Dalam
berbicara jauhi dan hindari dusta, jangan coba membumbuinya agar nampak menarik
dan indah. Lebih baik jadi pendengar setia, daripada berbicara tanpa titik
koma, tetapi hampa tanpa makna. Sembrono dalam berbicara sangat berbahaya, karena
yang sudah terlanjur terucap, sulit untuk mencabutnya.
BAHAYA
DUSTA
Begitu besar bahaya dusta sehingga mengakibatkan :
1.
MERESAHKAN JIWA
Dusta
membuat jiwa tidak tenang, karena prilakunya tidak seirama dengan
tuntutan nuraninya, karena yang
dilakukan bertentangan dengan jiwanya, bukankah fithrah jiwa menuntut kejujuran
dan kebenaran, bukan dusta, penipuan, dan penghianatan yang membuat jiwa jadi
resah. Nabi s.a.w. menyampaikan : "
Sesungguhnya jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu menimbulkan
kebimbangan". ( H.R. Turmudzi )
2.DIGOLONGKAN
MUNAFIK
Begitu hina dan berbahayanya prilaku dusta, sampai
digolongkan munafik.
" Ciri ciri munafiq ada tiga, jika berkata dusta dan jika
berjanji ingkar, dan jika dipercaya
berkhianat ". ( H.R. Bukhari
dan Muslim). Tiga sifat ini biasanya saling
berkaitan, intinya dari kebiasaan berdusta.
3. TERGOLONG DOSA
BESAR
Begitu berbahayanya dusta
termasuk kesaksian palsu, sehingga Nabi s.a.w. sampai mengulang berkali kali. Dari Abu Bakrah r.a. berkata : “Rasulullah
s.a.w. bersabda : " Maukah kamu sekalian aku beritahu tentang sebesar besar dosa besar ?". Kami menjawab : "
Baiklah wahai Rasulullah ". Beliau bersabda : " Yaitu
menyekutukan Allah, berani kepada kedua orang tua ", waktu itu beliau
masih bersandar, kemudian beliau duduk seraya bersabda : " Ingatlah
berkata dusta dan saksi palsu ". Beliau selalu mengulang ulangnya sehingga kami berkata : " Semoga
beliau lekas diam ". ( Riwayat
Bukhari dan Muslim ).
4. DOSA KECILNYA TAK DIAMPUNI
Karena dusta tergolong dosa
besar, begitu fatal akibatnya karena dosa kecil yang dilkukan takkan bisa
terhapus. "jika kamu
menjauhi dosa dosa besar di antara dosa dosa yang dilarang kamu mengerjakannya,
niscaya Kami hapus kesalahan kesalahanmu (dosa dosa kecil) dan Kami masukkan
kamu ke tempat yang mulia (syurga)". ( Q.S.An Nisaa' 31 )
HIKMAH BERKATA BENAR
HIKMAH BERKATA BENAR
Begitu besar manfaat
menjaga lesan sehingga Allah akan memperbaiki
amalannya dan akan mengampuni dosa dosanya bahkan akan mendapatkan
kemenangan. “Hai orang orang yang beriman bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar. Niscaya
Allah memperbaiki bagimu amalan amalanmu dan mengampuni bagimu dosa dosamu. Dan
barangsiapa mentaati Allah dan
Rasul Nya, maka
sesungguhnya dia telah mendapat kemenangan yang besar". ( Q.S. Al Ahzab 70-71 ). Tinggi
nian penghargaan bagi yang bisa menjaga hati dan lisan.
KISAH
NYATA
Di bulan september 2016 nama Dimas Kanjeng Taat Pribadi (Probolinggo)
sempat menggegerkan dengan kasus “penggandaan uang”, sehingga sempat membuat
booming berita, booming bukan karena kebaikannya, justru lantaran keburukannya.
Karena kelihaiannya dalam menipu dan berdusta, sehingga banyak kalangan terkesima
dan terpedaya, sehingga menimbulkan banyak korban dibuatnya.
Karena rapinya tipuan dan
kedustaan, korban tidak hanya dari kalangan bawah, bahkan para pejabat sipil
maupun militer terkena juga. Modus yang dipakai : Berpenampilan bagai orang
sakti (berjubah bersurban), seakan punya
karomah dan mampu menggandakan uang. Ditambah
pula mejeng di You Tube mendemonstrasikan menggadakan uang, dengan cara ini
banyak yang pada tergiur menjadi pengikutnya, .karena mengira punya karomah.
KENA
BATUNYA
Akhirnya fihak kepolisian berhasil
“menyingkap dan menyita beberapa jubah berkantong yang bisa menyimpan uang sampai
ratusan juta, dengan teknik tipuan ini seakan dia mampu menggandakan uang secara gaib ”. Begitu licin, cerdik dan hebat tipuanya,
sehingga banyak yang terpedaya dengan menyetor mahar dari yang murah sampai “ratusan
miliard rupiah !”.
DOSA
MAKIN BERGANDA
Akibat tipuannya, Dimas Kanjeng
Taat Pribadi bahkan sampai tega membunuh 2 pengikutnya, yang akan melapor
polisi tentang kegiatan penipuannya. Begitu
fatal bila ajaran agama tidak dijalankan secara kaffah (total), sehingga berakibat
sengsara (tidak barokah) dan menyengsarakan manusia. Lebih lebih citra agama
akan jatuh dan runtuh karena dijadikan kedok penipuan !!!.
Akibat perbuatan sang pengganda
uang, sekarang berurusan dengan fihak
kepolisian, sehingga berakhir dengan menghuni jeruji penjara yang menghadangnya,
begini akibat bila mengejar harta, tanpa memperdulikan barokah. Apalagi fihak kepolisian terus menyelidiki
kuburan yang ada di areal padepokan. Juga terus menunggu laporan siapa yang
pernah jadi jadi korban.
Begini akibat bila dusta
dijadikan modal mencari uang, sehingga dosa makin berganda, berakibat jiwa dan
raga jadi korbannya !.
KEMBALI
KE TUNTUNAN
Agar hidup selamat dan tenang,
maka kembali ke tuntunan merupakan jalan teraman : " Hai orang orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar ". ( Q.S. Al Ahzab 70).
KISAH
TAULADAN
ABDURRAHMAN BIN AUF SANG DERMAWAN
`Abdurrahmân
bin `Auf bin `Abdi `Auf bin `Abdil Hârits Bin Zahrah bin Kilâb bin al Qurasyi
az Zuhri Abu Muhammad, dilahirkan
sepuluh tahun setelah tahun Gajah, termasuk terdahulu memeluk Islam.
Berhijrah
dua kali,
ikut perang Badar dan peperangan lainnya. Saat jahilillah, bernama `Abdul
Ka`bah; kemudian diberi nama `Abdurrahmân oleh Rasulullah s.a.w. termasuk dermawan
dan memperhatikan dakwah Islam.
Pernah
menjual tanah 40 ribu dinar, kemudian dibagikan kepada fakir miskin bani Zuhrah.
Al Miswar berkata : “Aku mengantar sebagian dinar kepada Aisyah r.a. ” Aisyah r.a. berkata :
“Siapa yang mengirim ini ?”, aku menjawab : “`Abdurrahmân bin Auf”. Aisyah r.a.
berkata : “Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Tidak ada yang menaruh
simpati kepada kalian kecuali dia termasuk orang orang yang sabar. Semoga Allah
Azza wa Jalla memberi minum kepada `Abdurrahmân bin Auf dengan minuman syurga”.
`Abdurrahmân
bin Auf berkata : “Kami bersama Rasulullah s.a.w. diuji dengan kesempitan kami
bisa bersabar”.
Suatu hari `Abdurrahmân r.a. diberi makanan padahal sedang
berpuasa, dia berkata : “Mush`ab bin Umair telah terbunuh padahal dia lebih
baik dariku. Tetapi ketika meninggal tidak ada kafan menutupinya selain burdah
(apabila kain ditutupkan di kepala kakinya terlihat, apabila kakinya ditutup
kepalanya terlihat). Demikian pula Hamzah, dia juga terbunuh,
padahal dia lebih baik dariku. Ketika meninggal, tidak ada kafan yang
menutupinya selain burdah. Aku khawatir balasan kebaikan
kebaikanku
diberikan di dunia ini. Kemudian dia menangis lalu meninggalkan makanan
tersebut”.
Naufal
bin al Hudzali
berkata :
“….
Suatu hari dia pulang dan mandi. Setelah itu keluar membawa makanan berisi
roti dan daging, kemudian menangis. Kami bertanya : “ Wahai Abu Muhammad
(panggilan `Abdurrahmân), apa yang menyebabkan kamu menangis ?”, dia menjawab :
“Dahulu Rasulullah s.a.w. meninggal dunia dalam keadaan beliau dan keluarganya
belum kenyang dengan roti syair”. Di zaman Nabi s.a.w., `Abdurrahmân bin `Auf
r.a.
pernah menyedekahkan
separuh hartanya. Setelah itu bersedekah lagi sebanqak 40.000 dinar. Harta
bendanya diperoleh dari hasil perdagangan. Ja`far bin Burqan berkata : “Telah sampai kabar
kepadaku bahwa `Abdurrahmân bin Auf
r.a. memerdekakan 3000 orang. Wafat
di tahun
32 H pada usia 72.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar