Senin, 21 November 2016



PENGGALI KUBUR MENYESALI DOSA

“ Dan (juga) orang orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji ( zina, riba ) atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah ?, dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka mengetahui “. ( Q.S. Ali Imran (3) : 135 )

Suatu hari Umar bin Khaththab r.a., menangis di depan pintu rumah Rasulullah s.a.w.  mendengar tangis Umar bin Khaththab Rasulullah s.a.w segera keluar dan bertanya : “ Wahai Umar mengapa engkau menangis ? ”. Umar menjawab : “ Wahai  Rasulullah, bersamaku ada seorang pemuda yang membuat hatiku sedih karena tangisnya ”. Kemudian Rasulullah s.a.w memerintah agar membawa masuk pemuda tersebut. Si pemuda disuruh duduk di depan Rasulullah s.a.w  dan Umar Ibnu Khaththab duduk di sebelahnya. Kemudian Rasulullah s.a.w  bertanya : “ Wahai pemuda mengapa engkau menangis ? ”.

MENGAKU PENUH KHAWATIR
Pemuda menjawab sambil menangis : “ Wahai Rasulullah dosaku sangat besar dan aku takut Allah memurkaiku…”. “ Apakah engkau telah menyekutukan Allah dengan sesuatu ? ”, tanya baginda s.a.w. “ Tidak ya Rasul ”, sahut pemuda sambil terus menangis penuh sesal. “ Apakah engkau telah membunuh seseorang dengan alasan yang tidak benar ? ”, Rasulullah s.a.w. kembali bertanya. “ Tidak ya Rasul ”, sahut pemuda sambil terus menangis.
Kemudian Rasulullah s.a.w bersabda : “ Sungguh walau dosamu sebesar apa pun, Allah akan mengampuninya sekalipun sepenuh langit dan bumi ”. “ Sungguh dosaku lebih besar dari itu ya Rasul ”, sahut pemuda. “ Apakah besar dosamu melebihi Arasy ?, besar mana dengan Arasy ? ”, tanya baginda s.a.w lagi. “ Dosaku sangat besar ya Rasulullah ”.

RASULULLAH MENDESAK
Lalu besar mana dosamu dengan ke Agungan, Ampunan, dan Rahmat Allah ? ”, tanya Rasulullah s.a.w. “ Tentu ke Agungan, Ampunan dan Rahmat Allah lebih besar. Tetapi dosaku sangat besar ya Rasulullah ! ”, jawabnya sambil menangis terisak isak, tanda penuh sesal. Karena kurang memahami maksud si pemuda, akhirnya Rasulullah s.a.w. mendesaknya : “ Coba katakan dosa apa yang telah engkau perbuat ! ”. “ Aku malu menyebutnya ya Rasulullah “, kata  pemuda. Karena Rasulullah s.a.w terus mendesaknya, dengan perasaan malu dan takut pemuda itupun menceritakan dosa yang dilakukannya.

TERUS TERANG
“ Wahai Rasulullah aku ini seorang penggali kubur sejak tujuh tahun lalu. Suatu saat puteri seorang sahabat Ansar meninggal, melihat kecantikan dan kemontokan tubuhnya, nafsu birahiku memuncak. Setelah kuburan sepi ku bongkar kuburnya dan kutelanjangi mayat gadis itu. Setelah ku cumbui, nafsu berahiku tak dapat kutahan, kemudian kusetubuhi.

MAYAT BERKATA
Saya terkejut karena tiba tiba .....mayat gadis itu berkata : “ Tidakkah engkau malu kepada Allah, pada hari Allah menghukum orang orang yang berbuat dzalim, sementara engkau menelanjangiku dan menyetubuhiku. Engkau membuatku dalam keadaan junub di hadapan Allah ! ”.

RASULULLAH MARAH
Mendengar pengakuan pemuda, Rasulullah s.a.w. bangkit  meninggalkannya sambil berseru : “ Hai pemuda fasik pergilah !, jangan engkau mendekati aku, nerakalah tempatmu kelak ! ”. Pemuda tersebut keluar meninggalkan rumah Rasulullah s.a.w sambil terus menangis. Dia berjalan keluar kampung sampai tiba di padang pasir yang luas dan panas.

PENUH SESAL
Tujuh hari lamanya dia tidak makan dan minum karena penyesalan dan kesedihan yang mendalam hingga lemah keadaan tubuhnya, kemudian jatuh tersungkur. Di atas pasir dia sujud sambil berdoa memohon ampun : “ Ya Allah, aku adalah hamba Mu yang telah berbuat dosa besar. Sekarang aku datang ke pintu Mu, agar Engkau berkenan menjadi penolongku disisi kekasih Mu. Sungguh Engkau Maha Pemurah kepada hamba hamba Mu dan tiada tersisa harapanku kecuali kepada Mu. Ya Allah Tuhanku sudilah menerima kehadiranku, jika tidak datangkan api dari sisi Mu, bakarlah tubuhku di dunia ini, daripada Kau bakar tubuhku di akhirat nanti ”.

JIBRIL MENGINGATKAN
Setelah itu Malaikat Jibril a.s datang kepada Rasulullah s.a.w. Usai menyampaikan salam dari Allah, Jibril a.s berkata : “ Wahai Muhammad, Allah s.w.t bertanya kepadamu : “ Apakah engkau yang menciptakan makhluk ? ”. “ Bahkan Dialah yang menciptakan diriku dan mereka ”, jawab Rasulullah s.a.w. “ Apakah engkau memberi rizki kepada mereka ?, tanya Jibril a.s. Rasulullah s.a.w menjawab : “ Bahkan Dia memberi rizki padaku dan mereka ”. “ Apakah engkau menerima taubat mereka ? ”, tanya Jibril.lagi. Bahkan Dia yang berhak menerima taubat dan mengampuni dosa dosa hamba Nya ”, ujar Rasulullah s.a.w.

MAHA PENGAMPUN
Jibril a.s lalu berkata : “ Allah berfirman kepadamu : “ Telah datang kepadamu seorang hamba Ku dan dia menerangkan satu dosa dari beberapa dosanya dan kamu berpaling (marah) kepadanya karena dosanya, bagaimana keadaan orang orang mukmin kelak, apabila mereka datang dengan dosa yang banyak dan besar ibarat gunung yang besar ?. Engkau adalah utusan Ku yang Ku  utus sebagai Rahmat untuk segenap alam. Maka jadilah engkau orang yang sayang menyayangi pada semua orang beriman, menjadi penolong bagi orang orang yang telah berdosa dan memaafkan keterlanjuran dan kesalahan mereka (hamba Ku), karena sesungguhnya Aku telah mengampunkannya (menerima taubatnya) dan dosanya ”.

MENGUTUS SAHABAT
Kemudian Rasulullah s.a.w. mengutus beberapa sahabat menemui pemuda tersebut, setelah para sahabat menemui pemuda tersebut kemudian memberi khabar gembira kepadanya dengan maaf dan ampunan Nya.
Kemudian mereka membawa pemuda tersebut menjumpai Rasulullah s.a.w. yang sedang melaksanakan sholat Maghrib berjama’ah. Ketika Rasulullah s.a.w. membaca surah Al Fatihah kemudian dilanjutkan dengan surah At Takaatsur, sesampai baginda membaca : “Hattaa zurtumul maqaabir “ ( kamu telah dilalaikan sehingga kamu masuk kubur ).

WAFAT
Maka berteriaklah si pemuda dengan suara keras dan ......langsung jatuh tersungkur. Ketika para sahabat selesai menunaikan sholat, para sahabat mendapati pemuda tersebut telah meninggal dunia. 
 Demikian indah dan mulia akhir kematiannya, karena hidupnya diakhiri dengan penuh penyesalan dan taubat yang sebenarnya. Subhaanallah.


KISAH TAULADAN

KHALIFAH HARUN AL RASYID DINASEHATI


Abdullah bin Al Faraj Al Abid berkata : “Saya punya seorang pekerja jujur dan amanah. Suatu hari dia sakit perut aku menginjunginya, tidak ada sesuatu di rumahnya kecuali tali tali dan keranjang. “Aku ingin engkau ke rumahku untuk kurawat”. Dia berkata : “Aku akan datang kepadamu dengan tiga syarat pertama, jangan menawarkan makanan kepadaku hingga aku menanyakannya. Kedua jika aku meninggal kuburkan aku dengan pakaianku beserta kantongku ini. Yang ke tiga nanti akan kuberitahukannya kepadamu.”
Esoknya dia memanggilku : “Wahai hamba Allah sekarang aku akan memberitahumu yang ketiga, sesungguhnya aku sudah di ambang kematianku, bukalah kantong kerah bajuku !”. Setelah kubuka ternyata ada sebuah cincin bermata hijau. Dia berpesan : “Bila aku wafat serahkan cincin ini kepada Harun Ar Rasyid Amirul Mukminin, katakan kepadanya pemilik cincin ini berpesan kepadamu : “Celaka kamu, jangan kau meninggal di atas kemabukanmu, karena engkau akan menyesali itu !”.
Setelah kewafatannya aku menemui Harun Ar Rasyid  menyerahkan surat yang kutulis tentang kisah orang tersebut . Setelah dibaca dia berkata : “Apa keperluanmu?”, maka aku mengeluarkan cincin tersebut. Tatkala  melihat cincin dia bertanya, “Dari mana engkau mendapatkan ?”. Kujawab : “Diserahkan seorang lelaki yang kelaparan”. Aku melihat dia menangis, dia juga berpesan kepadaku : “Bila cincin telah kau serahkan katakan kepadanya : “Sesungguhnya pemilik cincin ini berpesan Jangan kau meninggal di atas kemabukanmu, pasti kau akan menyesal”. Kemudian dia berkata : “Wahai anakku engkau menasehatiku dalam keadaan hidup dan mati”. Kemudian dia berkata : “Bagaimana kau mengenalnya?”, Lalu aku menjelaskannya, kemudian dia menangis lama kemudian berkata: “Dia adalah anak pertamaku dari pernikahan tanpa sepengetahuan ayahku, lalu aku mengasingkannya ke Bashrah dan kuserahkan cincin ini, aku berkata kepada istriku : “Sembunyikan dirimu, setelah aku menjadi kholifah datanglah kepadaku”. Namun setelah aku menjadi kholifah, saya mendengar khabar bahwa keduanya telah meninggal. “Di mana engkau menguburkannya?”, aku menjawab : “Aku menguburkan di pemakaman Abdullah bin Al Mubarak”. Harun Ar Rasyid berkata : “Wahai anakku, engkau telah menasehati ayahmu dalam keadaan hidup dan mati”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar