NIKMATNYA
PERSAUDARAAN KARENA ALLAH
“Dan orang orang yang telah
menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka
(Muhajirin), mereka (Anshor) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka
(Muhajirin), dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin) dan mereka
mengutamakan (orang orang muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka
dalam kesusahan dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah
orang orang yang
beruntung”. (Q.S. Al Hasyr (59) : 9)
Ayat tersebut turun berkenaan dengan peristiwa
ketika Nabi s.a.w. ketamuan, namun beliau rupanya tidak ada persediaan
makananan dirumah untuk menjamunya. Melihat situasai ini rupanya sahabat Abu
Thalkhah tanggap, sehingga mengajak tamu Rasulullah s.a.w. ke rumahnya.
Sesampai dirumah dia bertanya
kepada istrinya : “Adakah makanan untuk menjamu tamu Rasulullah ?”. Istrinya
menjawab : “Ada tetapi hanya untuk makan malam anak anak”, betapa kagetnya hati
Abu Thalkhah, lantaran sangat inginnya menghormat dan menjamu tamu Rasulullah
s.a.w. Kemudian Abu Thalkhah berkata kepada sang istri : “Begini saja tidurkan
anak anak, kemudian ketika menjamu matikan lampunya !”.
BERSIASAT
Maksud Abu Thalkhah dengan mematikan lampu,
agar tamu bisa menikmati hidangan dengan lahap, sedangkan dia sendiri hanya berpura
pura makan. Demikian mulia dan indahnya sikap Abu Thalkhah, sehingga dia dan
keluarganya rela mengalah tidak makan demi menghormat sang tamu. Rasulullah, Subhaanallah.
WAHYU
TURUN
Lantaran sikap mulianya ini,
keesokan harinya Rasulullah s.a.w. menyampaikan kepada Abu Thalkhah : “Wahai Abu
Thalkhah bergembiralah berkat engkau menjamu tamu wahyu turun (Q.S. Al Hasyr
(59) : 9)”.
Masyaa Allah betapa berharga dan
mulianya sikap Abu Thalkhah, hanya dengan menjamu tamu firman Allahpun turun
menyambutnya. Ternyata menjamu tamu bukan hal sepele namun begitu mulia, istimewa
dan luar biasa !.
"Seseorang
diantara kalian tidak beriman dengan sempurna hingga dia mencintai saudaranya,
seperti halnya mencintai dirinya sendiri". (H.R.
Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ahmad)
DINAUNGI
DI HARI QIAMAT
Begitu tinggimya penghargaan Allah terhadap yang melaksanakan persaudaraan sesama
Muslim, sehingga penghargaan Nya berlanjut sampai hari qiamat, dimana manusia
dibangkitkan di padang maghsyar yang panas menyengat karena tiada naungan.
Naungan Nya hanya diberikan bagi yang
saling mengasihi karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah..
Dari Abu Hurairah r.a. Nabi s.a.w. bersabda :
"Allah s.w.t. akan memberikan naungan kepada 7 golongan pada hari kiamat, dimana
tidak ada naungan ketika itu kecuali naungan Allah : "1. Pemimpin yang
adil. 2. Pemuda yang tekun beribadah kepada Tuhannya. 3. Seorang yang hatinya
tergantung dimasjid. 4. Dua orang yang saling mengasihi karena Allah, mereka
berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah. 5. Seorang laki laki yang
dirayu berbuat mesum wanita bangsawan yang cantik, kemudian menolak dengan
berkata : "Aku takut kepada Allah". 6. Seorang yang bersedekah dengan
sembunyi sembunyi, sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan
tangan kanannya. 7. Seorang yang mengingat Allah ketika sunyi kemudian
meneteskan air matanya". (H.R.
Bukhari)
DAHSYATNYA HARI QIAMAT
Ternyata begitu dahsyat
dan beratnya hari kebangkitan, karena mereka semua penghuni dunia pada
dibangkitkan tanpa busana tanpa alas kaki, sulit dibayangkan betapa menderita,
sulit dan sengsaranya !. Sehingga satu sama lain tak menghiraukan dan
memperdulikannya lagi.
Dari ‘Aisyah r.a. katanya dia
mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Kelak pada hari qiamat manusia akan
dikumpulkan tanpa alas kaki, tanpa busana dan tanpa khitan“. Maka bertanya
‘Aisyah : “Ya Rasulullah apakah wanita dan pria bercampur baur,
sehingga satu sama lain saling memandang ?“. Sabda beliau : “Keadaan
saat itu sangat sulit, sehingga mereka tidak menghiraukan lagi satu sama lain“.
(H. R. Muslim)
MATA HARI DIDEKATKAN
Apalagi kala itu posisi
matahari didekatkan hanya berjarak 1 mil, pada hal saat didunia jarak matahari 162.000.000. km. saja panasnya luar biasa.
Begitu panasnya penderitaan saat
itu, apalagi semua sama tidak berbusana !!!, sehingga ketika
itu manusia berada dalam genangan keringat, terbenam sesuai dengan amalnya. Ada
yang terbenam sampai mata kaki, sampai lutut, ada yang sampai pinggang, bahkan ada
yang terbenam dan tenggelam oleh keringatnya sendiri, betapa dahsyatnya penderitaan
kala itu !!!.
Dari Miqdad bin Aswad r.a.
katanya dia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Pada hari qiamat kelak
matahari didekatkan kepada manusia sehingga jaraknya dengan mereka hanya kira
kira satu mil. Ketika itu manusia berada dalam genangan keringat, terbenam
sesuai dengan amal mereka. Diantara mereka ada yang terbenam sampai mata kaki,
ada yang sampai lutut, ada yang sampai pinggang dan ada yang pula yang megap
megap terbenam sampai kemulutnya, sambil Rasulullah s.a.w. menunjuk
kemulutnya“. (H.R. Muslim)
TINGGINYA NILAI
SALING MENGASIHI KARENA ALLAH
Ternyata begitu tingginya nilai persaudaraan sesama Muslim disisi
Allah, saling
mengasihi karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah.
Sehingga kelak mendapat naungan “di hari qiamat”, dimana tidak ada
naungan melainkan naungan Nya.
SALING
MENGASIHI KARENA ALLAH
Persaudaraan
yang dilaksanakan karena Allah, sangat beda dengan persudaraan yang dilakukan
karena pangkat, jabatan, profesi, hobby dan sebangsanya. Karena tidak abadi,
karena ikatannya hanya berdasar pada kehidupan dunia yang tidak abadi
pula. Beda dengan persaudaraan karena
Allah, sehingga kelak akan menghantarnya sampai ke hari qiamat, berupa naungan
Allah yang menyelamatkan dari dahsyatnya panas di hari kebangkitan !.
TINGGINYA NILAI MENDAMAIKAN
Begitu pentingnya nilai
persaudaraan sesama Muslim sampai Nabi s.a.w. menyampaikan : “Maukah aku
beritahukan kepadamu perkara yang lebih utama dari puasa, shalat dan shodakoh ?“,
sahabat menjawab : “Tentu mau“, sabda
Nabi s.a.w. : “Yaitu mendamaikan diantara kamu, karena rusaknya perdamaian
diantara kamu adalah menjadi pencukur, yakni perusak agama“. (H. R. Abu Dawud dan Turmudzi)
KISAH
TAULADAN
WAFAT DEMI CINTANYA KEPADA SESAMA MUSLIM
Di medan Yarmuk pertempuran berlangsung seru,
sehingga banyak menelan korban termasuk di fihak prajurit muslim. Ketika itu Hudzaifah
al Adawi mendengar khabar sepupunya mendapat luka cukup parah di medan perang, dia
pergi dengan membawa air demi cinta dan keselamatan sepupunya.
Hudzaifah
dengan teliti mencari di antara korban yang bergelimpangan, akhirnya dia
menemukan sasaran yang dicari, betapa ngeri melihat keadaan sang sepupu yang
penuh luka sehingga membuat hatinya terharu bercampur sedih. Kemudian Hudzaifah
mengambil air dan menegukkan air ke mulut sepupunya.
Tatkala air akan dikucurkan, disebelahnya terdengar rintihan, sehingga
ghirbah (tempat air terbuat dari tubuh onta) dengan segera diletakkan. Diluar
dugaan walau dalam keadaan lemah sepupunya masih sempat berbisik : “Kasihan
dia berikan air minum ini kepadanya, agar ia meminumnya lebih dulu, aku tidak lebih mulia dari
siapapun yang berperang di jalan Allah".
Hudzaifah
kemudian beranjak kearah suara yang ditunjuk sepupunya. Ternyata dia Hisyam
bin al Ash yang sedang mengalami saat saat menjelang wafat karena luka.
Hudzaifah bertanya : "Aku beri engkau minum ?". Hisyam menjawab : "Ya
semoga Allah memberkahiku dan juga engkau, serta memberi kemenangan kepada
pasukan kita dalam membela agama Allah !". Sebelum Hudzaifah mengangkat
air, Hisyam menunjuk ke arah suara disebelahnya, suara rintihan didekatnya
dalam keadaan luka seraya berkata : "Pergilah kesana, mungkin dia lebih
membutuhkan air itu daripada aku !".
Mendengar
anjuran Hisyam, Hudzaifah pun segera menuju ke arah suara rintihan karena lukanya,
namun betapa terperanjatnya Hudzaifah karena Allah lebih dahulu mencabut
nyawanya., sebelum menikmati air minum yang akan diberikan kepadanya. Kemudian Hudzaifah
berbalik ke tempat Hisyam, namun Hisyam meninggal dunia pula. Akhirnya
Hudzaifah dengan lemah lunglai karena sedihnya, melangkahkan kaki kembali
ketempat sepupunya, namun betapa kagetnya karena sepupunya juga meninggal
dunia.
Hati Hudzaifah semakin sedih, terharu bercampur
bangga, betapa tidak karena sepupunya meninggal dalam membela agama dan demi
cintanya kepada sesama, sehingga
membuatnya mati dalam tingkatan syahid yang mulia, dijamin langsung masuk syurga
karena semua dosanya dihapus Yang Maha Kuasa.
Subhaanallah, demikian indah dan mulianya
persaudaraan karena Allah. Semoga ibadah kita kepada Allah bisa membuahkan akhlak
mulia. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar