Jumat, 09 Maret 2018


NIKMATNYA PERSAUDARAAN KARENA ALLAH

               “Dan orang orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin), dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin) dan mereka mengutamakan (orang orang muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang 
beruntung”. (Q.S. Al Hasyr (59) : 9)

Ayat tersebut turun berkenaan dengan peristiwa ketika Nabi s.a.w. ketamuan, namun beliau rupanya tidak ada persediaan makananan dirumah untuk menjamunya. Melihat situasai ini rupanya sahabat Abu Thalkhah tanggap, sehingga mengajak tamu Rasulullah s.a.w. ke rumahnya.
Sesampai dirumah dia bertanya kepada istrinya : “Adakah makanan untuk menjamu tamu Rasulullah ?”. Istrinya menjawab : “Ada tetapi hanya untuk makan malam anak anak”, betapa kagetnya hati Abu Thalkhah, lantaran sangat inginnya menghormat dan menjamu tamu Rasulullah s.a.w. Kemudian Abu Thalkhah berkata kepada sang istri : “Begini saja tidurkan anak anak, kemudian ketika menjamu matikan lampunya !”.

BERSIASAT
Maksud Abu Thalkhah dengan mematikan lampu, agar tamu bisa menikmati hidangan dengan lahap, sedangkan dia sendiri hanya berpura pura makan. Demikian mulia dan indahnya sikap Abu Thalkhah, sehingga dia dan keluarganya rela mengalah tidak makan demi menghormat sang tamu. Rasulullah, Subhaanallah.

WAHYU TURUN
Lantaran sikap mulianya ini, keesokan harinya Rasulullah s.a.w. menyampaikan kepada Abu Thalkhah : “Wahai Abu Thalkhah bergembiralah berkat engkau menjamu tamu wahyu turun (Q.S. Al Hasyr (59) : 9)”.   
Masyaa Allah betapa berharga dan mulianya sikap Abu Thalkhah, hanya dengan menjamu tamu firman Allahpun turun menyambutnya. Ternyata menjamu tamu bukan hal sepele namun begitu mulia, istimewa dan luar biasa !.  
"Seseorang diantara kalian tidak beriman dengan sempurna hingga dia mencintai saudaranya, seperti halnya mencintai dirinya sendiri". (H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ahmad)

DINAUNGI DI HARI QIAMAT
Begitu tinggimya penghargaan Allah terhadap yang melaksanakan persaudaraan sesama Muslim, sehingga penghargaan Nya berlanjut sampai hari qiamat, dimana manusia dibangkitkan di padang maghsyar yang panas menyengat karena tiada naungan. Naungan Nya hanya diberikan bagi  yang saling mengasihi karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah..
Dari Abu Hurairah r.a. Nabi s.a.w. bersabda : "Allah s.w.t. akan memberikan naungan kepada 7 golongan pada hari kiamat, dimana tidak ada naungan ketika itu kecuali naungan Allah : "1. Pemimpin yang adil. 2. Pemuda yang tekun beribadah kepada Tuhannya. 3. Seorang yang hatinya tergantung dimasjid. 4. Dua orang yang saling mengasihi karena Allah, mereka berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah. 5. Seorang laki laki yang dirayu berbuat mesum wanita bangsawan yang cantik, kemudian menolak dengan berkata : "Aku takut kepada Allah". 6. Seorang yang bersedekah dengan sembunyi sembunyi, sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang telah diberikan tangan kanannya. 7. Seorang yang mengingat Allah ketika sunyi kemudian meneteskan air matanya".  (H.R. Bukhari)                                                         
DAHSYATNYA HARI QIAMAT
Ternyata begitu dahsyat dan beratnya hari kebangkitan, karena mereka semua penghuni dunia pada dibangkitkan tanpa busana tanpa alas kaki, sulit dibayangkan betapa menderita, sulit dan sengsaranya !. Sehingga satu sama lain tak menghiraukan dan memperdulikannya lagi.
Dari ‘Aisyah r.a. katanya dia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Kelak pada hari qiamat manusia akan dikumpulkan tanpa alas kaki, tanpa busana dan tanpa khitan“. Maka bertanya ‘Aisyah : “Ya Rasulullah apakah wanita dan pria bercampur baur, sehingga satu sama lain saling memandang ?“. Sabda beliau : “Keadaan saat itu sangat sulit, sehingga mereka tidak menghiraukan lagi satu sama lain“. (H. R. Muslim)                                                                                     
MATA HARI DIDEKATKAN
Apalagi kala itu posisi matahari didekatkan hanya berjarak 1 mil, pada hal saat didunia jarak matahari 162.000.000. km. saja panasnya luar biasa.
Begitu panasnya penderitaan saat itu, apalagi semua sama tidak berbusana !!!, sehingga ketika itu manusia berada dalam genangan keringat, terbenam sesuai dengan amalnya. Ada yang terbenam sampai mata kaki, sampai lutut, ada yang sampai pinggang, bahkan ada yang terbenam dan tenggelam oleh keringatnya sendiri, betapa dahsyatnya penderitaan kala itu !!!.  
Dari Miqdad bin Aswad r.a. katanya dia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Pada hari qiamat kelak matahari didekatkan kepada manusia sehingga jaraknya dengan mereka hanya kira kira satu mil. Ketika itu manusia berada dalam genangan keringat, terbenam sesuai dengan amal mereka. Diantara mereka ada yang terbenam sampai mata kaki, ada yang sampai lutut, ada yang sampai pinggang dan ada yang pula yang megap megap terbenam sampai kemulutnya, sambil Rasulullah s.a.w. menunjuk kemulutnya“.  (H.R. Muslim)

TINGGINYA NILAI SALING MENGASIHI KARENA ALLAH
Ternyata begitu tingginya nilai persaudaraan sesama Muslim disisi Allah, saling mengasihi karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah. Sehingga kelak mendapat naungan “di hari qiamat”, dimana tidak ada naungan melainkan naungan Nya.

SALING MENGASIHI KARENA ALLAH
Persaudaraan yang dilaksanakan karena Allah, sangat beda dengan persudaraan yang dilakukan karena pangkat, jabatan, profesi, hobby dan sebangsanya. Karena tidak abadi, karena ikatannya hanya berdasar pada kehidupan dunia yang tidak abadi pula.  Beda dengan persaudaraan karena Allah, sehingga kelak akan menghantarnya sampai ke hari qiamat, berupa naungan Allah yang menyelamatkan dari dahsyatnya panas di hari kebangkitan !.

TINGGINYA NILAI MENDAMAIKAN
Begitu pentingnya nilai persaudaraan sesama Muslim sampai Nabi s.a.w. menyampaikan : “Maukah aku beritahukan kepadamu perkara yang lebih utama dari puasa, shalat dan shodakoh ?“, sahabat menjawab :  “Tentu mau“, sabda Nabi s.a.w. : “Yaitu mendamaikan diantara kamu, karena rusaknya perdamaian diantara kamu adalah menjadi pencukur, yakni perusak agama“.  (H. R. Abu Dawud dan Turmudzi)


KISAH TAULADAN
WAFAT DEMI CINTANYA KEPADA SESAMA MUSLIM

Di medan Yarmuk pertempuran berlangsung seru, sehingga banyak menelan korban termasuk di fihak prajurit muslim. Ketika itu Hudzaifah al Adawi mendengar khabar sepupunya mendapat luka cukup parah di medan perang, dia pergi dengan membawa air demi cinta dan keselamatan sepupunya.
Hudzaifah dengan teliti mencari di antara korban yang bergelimpangan, akhirnya dia menemukan sasaran yang dicari, betapa ngeri melihat keadaan sang sepupu yang penuh luka sehingga membuat hatinya terharu bercampur sedih. Kemudian Hudzaifah mengambil air dan menegukkan air ke mulut sepupunya.               
     Tatkala air akan dikucurkan, disebelahnya terdengar rintihan, sehingga ghirbah (tempat air terbuat dari tubuh onta) dengan segera diletakkan. Diluar dugaan walau dalam keadaan lemah sepupunya masih sempat berbisik : “Kasihan dia berikan air minum ini kepadanya, agar ia meminumnya  lebih dulu, aku tidak lebih mulia dari siapapun yang berperang di jalan Allah".
      Hudzaifah kemudian beranjak kearah suara yang ditunjuk sepupunya. Ternyata dia Hisyam bin al Ash yang sedang mengalami saat saat menjelang wafat karena luka. Hudzaifah bertanya : "Aku beri engkau minum ?". Hisyam menjawab : "Ya semoga Allah memberkahiku dan juga engkau, serta memberi kemenangan kepada pasukan kita dalam membela agama Allah !". Sebelum Hudzaifah mengangkat air, Hisyam menunjuk ke arah suara disebelahnya, suara rintihan didekatnya dalam keadaan luka seraya berkata : "Pergilah kesana, mungkin dia lebih membutuhkan air itu daripada aku !".
       Mendengar anjuran Hisyam, Hudzaifah pun segera menuju ke arah suara rintihan karena lukanya, namun betapa terperanjatnya Hudzaifah karena Allah lebih dahulu mencabut nyawanya., sebelum menikmati air minum yang akan diberikan kepadanya. Kemudian Hudzaifah berbalik ke tempat Hisyam, namun Hisyam meninggal dunia pula. Akhirnya Hudzaifah dengan lemah lunglai karena sedihnya, melangkahkan kaki kembali ketempat sepupunya, namun betapa kagetnya karena sepupunya juga meninggal dunia.  
Hati Hudzaifah semakin sedih, terharu bercampur bangga, betapa tidak karena sepupunya meninggal dalam membela agama dan demi cintanya kepada sesama, sehingga membuatnya mati dalam tingkatan syahid yang mulia, dijamin langsung masuk syurga karena semua dosanya dihapus Yang Maha Kuasa.  
Subhaanallah, demikian indah dan mulianya persaudaraan karena Allah. Semoga ibadah kita kepada Allah bisa membuahkan akhlak mulia. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar