Kamis, 19 April 2018




JAUHI RASA BANGGA
              “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia ….”. 
(Q.S. Ali Imran (3) : 112)
         
Betapa lengkap dan sempurnanya ajaran agama sehingga tidak hanya memberi tuntunan tentang cara berhubungan dengan Allah saja, tetapi juga cara berhubungan dengan manusia juga.

MERASA BANGGA DENGAN IBADAHNYA
Namun sayangnya karena kurang lengkapnya memahami ajaran agama, sehingga ada yang hanya mementingkan hubungan dengan Allah saja, sehingga menyepelehkan hubungan dengan manusia, sehingga membuat orang jadi tidak simpati apalagi menghormati.

MERASA PALING BENAR (SOK SUCI)
Karena sikapnya hanya mementingkan hubungan dengan Allah saja, sehingga sikapnya terkesan seakan memandang semua orang pada salah, pada masuk neraka, hanya dia yang paling benar, paling suci  dan …….sebagai calon penghuni syurga.

NAMPAK ANGKER
Dengan pemahaman demikian sempit ini, membuatnya jadi bersikap angkuh, sinis dan menyeplehkan : segan menyapa, mahal senyum, sehingga penampilannya nampak angker,  sehingga orang sama menjauhi lantaran benci.

BERAGAMA SECARA KAFFAH
Padahal agama memerintah agar pemeluknya melaksankan agama secara kaffah (total), bukan melaksanakan sebagian dan mengesampingkan bagian yang lain. “Hai orang orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan dan janganlah kamu turut langkah langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. Al Baqarah (2) : 208). 
Demikian pentingnya menjalankan Islam secara total, bahkan….. diingatkan agar tidak mengikuti langkah setan, karena merupakan musuh yang nyata !.

LARANGAN BERSIKAP ANGKUH
Karena pentinganya hubungan kemanusiaan, sampai Allah memperingatkan agar jangan “memalingkan muka (karena sombong) dan jangan bersikap angkuh”. “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Q.S. Luqman (31) : 18). 
Begitu jelas firman Allah menerangkan kesantunan, sampai di akhir ayat Allah mengakhiri dengan kalimat : “Allah tidak menyukai orang orang yang sombong dan membanggakan diri”.

MAKNA SOMBONG
Sombong bukan berarti selalu berpakaian bagus, tetapi sombong maknanya : “Menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia”.
Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi s.a.w. beliau bersabda : “  Tidak akan masuk syurga orang yang didalam hatinya ada sifat sombong walaupun hanya sebesar atom“. Ada seorang laki laki berkata : “Sesungguhnya seseorang itu suka memakai pakaian yang bagus dan sandal / sepatu yang bagus pula“. Beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah itu indah, suka pada keindahan. Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia“. (H.R.Muslim)                                                          
SOMBONG SIKAP ORANG KAFIR
Sombong adalah sikap khas orang kafir, oleh karena itu tidak selayaknya sebagai seorang Muslim yang beribadah kepada Allah, memiliki sikap sombong.seperti orang kafir. Sebenarnya orang orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. (Q.S. Shaad (38) : 2)

IBADAH MEMBUAHKAN AKHLAK MULIA
Orang yang beribadah kepada Allah (sholat, berdo’a, dzikir, membaca quran, ibadah haji) seharusnya bisa membentuk sikap : kasih sayang, ramah, santun,  perduli, lemah lembut lantaran bekas sujudnya (ibadahnya), bukan berarti berdahi hitam. “Muhammad adalah utusan Allah dan orang orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan Nya, tanda tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud (air mukanya terlihat keimanan dan kesucian hati). (Q.S. Al Fath (48) : 29)

BAIK PADA MANUSIA 
Begitu pentingnya urusan kemanusiaan, sampai Allah memerinci secara
detail, bahkan untuk Nya Allah hanya berfirman singkat : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Nya dengan sesuatupun” :
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapa, karib kerabat, anak anak yatim, orang orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang sombong dan membangga banggakan diri”. (Q.S. An Nisaa’ (4) : 36).                              

7 ORANG HARUS DIPERLAKUKAN SECARA BAIK             
        Begitu pentingnya urusan kemanusiaan, sampai Allah menjelaskan secara rinci agar berbuat baik kepada 7 orang :

1.KEDUA ORANG TUA
Begitu besar dan mulianya jasa dan pengorbanan kedua orang tua, sampai Allah meletakkan kedua orang tua pada urutan pertama. 

2. KARIB KERABAT
Bagaimanapun keeratan hubungan darah sangat diperhatikan dalam agama, sehingga jangan sampai keeratan ini diremehkan apalagi diputus, karena sangat erat kaitannya dengan soal perkawinan dan waris.

3. ANAK YATIM
Anak yatim adalah anak yang tidak punya orang tua, betapa kasihan masa depannya, oleh karena itu sampai Allah mengingatkan betapa pentingnya berbuat baik dan menyantuni anak yatim.

4. ORANG MISKIN
Betapa menderitanya nasib orang miskin, karena dengan kemiskinan sangat rentan terhadap keyakinannya, sehingga akan mudah menjurus kepada kekufuran. Bukankah karena kelaparan mereka pada mudah di murtadkan ?!.   

5. TETANGGA DEKAT DAN JAUH
Tetangga adalah orang terdekat dengan kita, maka agama mengajarkan agar memuliakannya, bahkan sampai dikaitkan dengan keimanan : “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka harus memuliakan tetangganya”.

6. TEMAN SEJAWAT
Betapa pentingnya memiliki teman, karena manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang perlu bergaul dan berkomunikasi. Dengan berbuat baik kepada teman akan mendapat banyak hikmah, mendapat informasi, rizki dan solusi, betapa pentingnya mempunyai teman apalagi berbekal kesholihan. 

7. IBNU SABIL
Ibnu sabil (anak jalan) adalah orang yang dalam perjalanan (musafir, penuntut ilmu, dll), terkadang ada yang mengalami kesulitan (uang / makanan), untuk itu betapa mulianya bila bisa membantu kesulitannya.  

8. HAMBA SAHAYA
Walau keberadaanya sebagai budak atau pembantu rumah tangga, bagaimanapun adalah manusia yang harus dihargai juga, harus diperlakukan dengan baik, dengan santun, jangan diperas tenaganya tanpa diperhatikan kesejahteraannya. Begitu indahnya agama menghargai dan memuliakan manusia.

KISAH TAULADAN

NABI AKRAB DAN SANTUN KEPADA SIAPAPUN
Nabi s.a.w. berda’wah tidak hanya dengan lesan belaka, namun diikuti dengan sikap terpuji dan mulia, dengan kehalusan budi  beliau banyak yang pada simpati dan memeluk Islam.
Suatu ketika Nabi s.a.w. dan para sahabat sedang berkumpul, kemudian datang seseorang dengan membawa buah anggur diberikan kepada Nabi s.a.w. kemudian dengan nyamannya beliau menikmatinya. Para sahabat pada heran karena sedikitpun mereka tidak diberi bagian. Setelah buah anggur habis dan si pemberi pulang, dengan penuh penasaran para sahabat bertanya : “Ya Rasulullah kami heran, kok tidak seperti biasanya, sehingga anda menikmati sendiri tanpa membagi kepada kami ?”. Kemudian Rasulullah s.a.w. menjawab : “Kalian tahu mengapa saya tidak memberi kalian ?, karena anggur tadi kecut rasanya, jika saya bagikan pasti expressi kalian akan dilihat sang pemberi, betapa kecewa perasaannya, oleh karena itulah saya nikmati sendiri sambil seolah nikmat rasanya”. Begitu hati hatinya Rasulullah s.a.w. menjaga perasaan seseorang
Suatu hari Adi bin Hatim seorang pemeluk agama Nasrani mendatangi Nabi s.a.w. di rumahnya, diamatinya betapa sederhana keadaannya, kemudian beliau mengambil bantal dan mempersilahkan Adi bin Hatim duduk di atasnya,  sedang beliau duduk tanpa beralaskan sesuatu. Melihat situasi ini Adi bin Hatim berkata dalam hati : “Ini bukan manusia biasa”. Kemudian ketika berjalan bersama Nabi s.a.w. datang menghampiri seorang wanita biasa sambil berdialog, Nabipun melayaninya dengan penuh hormat dan dengan ramahnya. Adipun berkata : “Ini  bukan manusia biasa ini jelas bahwa dia seorang Nabi akhir zaman”. Akhirnya Adi bin Hatim memeluk Islam.

Suatu saat Abu Bakar r.a. bertanya kepada putrinya (‘Aisyah istri Nab): “Wahai ‘Aisyah apakah ayah sudah mengikuti sunnah Rasulullah ?”. “Sudah, tetapi ada amalan Rasulullah yang belum ayah ikuti, yakni beliau suka menyuapi makanan kepada seorang yahudi buta di dinding pasar Madinah. Keesokan harinya Abu Bakar berangkat menyuapi orang tersebut. Namun si yahudi memprotes : “Bahh suapanmu tidak seperti yang kemarin”, Abu Bakar menjawab : “Orangnya sudah wafat”, yahudi bertanya : “Siapa dia ?”, “Muhammad Rasulullah”, jawab Abu Bakar. Akhirnya si yahudi termenung : “Betapa mulianya Muhammad, walau engkau kuhujat tetap saja engkau menyuapiku dengan ramah”, akhirnya dia mengucapkan kalimat syahadat dihadapan Abu Bakar. Subhaanallah.     

Minggu, 15 April 2018




BILA KEADILAN DITEGAKKAN


“Hai orang orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al Maidah (5) : 8)


Karena luas dan sempurnanya ajaran Islam, sehingga sikap adil sangat ditekankan, begitu pentingnya bersikap adil sampai bisa mendekat ketingkat taqwa. Karena sikap adil dilaksanakan secara merata di zaman kholifah, sampai sampai rakyatpun berani mengadukan kholiifahnya ke pengadilan tanpa rasa takut, karena rakyat yakin akan keadilan yang selalu ditegakkan tanpa tebang pilih , tanpa pandang bulu.
Suatu hari hakim Syuraih bin al Harits Al Kindi kedatangan Amirul Mukminin  Umar bin Khaththab dan penjual kuda. Keduanya bermaksud mengadukan permasalahan yang sedang dihadapi dan meminta Qadhi (hakim) Syuraih untuk menuntaskannya.      

KHALIFAH MINTA GANTI RUGI
Penjual kuda menjelaskan, suatu hari Khalifah Umar membeli seekor kuda darinya, selang beberapa hari khalifah Umar mengembalikan  dan menuntut ganti rugi. Khalifah Umarpun menjelaskan bahwa dia mengembalikan kuda dan menuntut ganti, karena kuda berpenyakit dan cacat sehingga larinya tidak kencang.

PENJUAL KUDA MENOLAK
“Saya tidak menerima alasan Khalifah Umar, karena saya menjualnya dalam keadaan sehat  dan tidak cacat”, kata penjual kuda menyanggah. Syuraih bertanya kepada Umar : “Apakah benar ketika anda membeli kuda itu keadaannya sehat dan tidak cacat ?”, Umar menjawab singkat : “Benar”.

KEPUTUSAN ADIL
Kemudian hakim Syuraih memutuskan bahwa khalifah Umar tidak berhak minta ganti kepada penjual kuda, karena ketika transaksi kuda dalam keadaan sehat, tidak cacat, kemudian hakim berkata kepada Umar : “Peliharalah apa yang anda beli atau jika ingin mengembalikan, kembalikan seperti ketika anda menerimanya”. Mendengar keputusan Syuraih, Umar bertanya : “Benarkah keputusan Anda ?”. Syuriah mengangguk tegas.    

DIANGKAT KE KUFAH
Umar memandang kagum Syuraih kemudian berkata : “Beginilah seharusnya putusan itu, ucapan yang pasti dan dan keputusan yang adil. Pergilah ke Kufah aku mengangkatmu sebagai hakim disana !”.       

KHALIFAH ALI MENUDUH
Dimasa kalifahan Ali bin Abu Thalib, Syuraih yang masih menjadi hakim didatangi Ali bersama seorang Yahudi. Ali mengadu kepada Syuraih bahwa baju perangnya dicuri si Yahudi. “Aku menemukan baju besiku dibawa oleh orang ini, tanpa melalui jual beli atau hibah”. Mendengar pengaduan Ali hakim Syuraih kemudian mempersilahkan Yahudi menyampaikan pembelaan. “Ini baju perangku, sebab berada di tanganku !, sanggah si Yahudi.           

KHALIFAH MEMBELA DIRI
Syuraih kemudian bertanya kepada kepada Khalifah Ali :Bagaimana anda yakin jika ini baju perang Anda ?”. Ali menjawab : “Karena orang yang memiliki baju perang seperti ini hanya aku”. Syuraih berkata : “Aku  tidak meragukan bahwa anda adalah orang yang jujur wahai Amirul Mukminin dan aku yakin baju besi ini milik anda, tetapi anda harus mendatangkan dua orang saksi untuk menguatkan pengakuan anda”. Kemudian Ali mengajukan dua orang saksi, yakni pembantunya Qanbar dan anak kesayangannya Hasan.

SAKSI DITOLAK
Tetapi Syuriah tidak mau menerima kesaksian Hasan dengan alasan dalam Islam kesaksian anak terhadap ayahnya tidak dapat diterima. Mendengar  keputusan Syuraih Ali bertanya : “Apakah anda tidak menerima kesaksian seorang calon penghuni syurga ?.  Apakah anda tidak mendengar Rasullulah bersabda bahwa Hasan dan Husain adalah dua ahli syurga ?”. “Aku hanya tidak menerima kesaksian seorang anak terhadap ayahnya”, jawab Syuraih tegas sambil membacakan surah Al Maidah ayat 8 : “Hai orang orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang orang yang selalu menegakan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil…...               

KHALIFAH MENERIMA KEPUTUSAN
Mendengar penjelasan Syuraih, Ali pun menerima keputusan dengan lapang dada.karena menurutnya apa yang diputuskan Syuraih sesuai dengan ketentuan Alah Taala dan Rasul Nya. Ali merasa bangga karena hakim yang dipilihnya berlaku adil, termasuk kepada dirinya yang sedang memangku sebagai Khalifah. Khalifah Ali kemudian menyerahkan baju perang kepada si Yahudi sambil berkata : “Ambilah baju perang ini, karena aku tidak mempunyai saksi selain keduanya”.

TERKESIMA DAN MEMELUK ISLAM
Menyaksikan keadilan Syuraih dan keagungan Ali, si yahudi terpana sambil berkata : “Baju perang ini memang milik anda, aku memungutnya ketika terjatuh di perang siffin. Hari ini saya menyaksikan seorang hakim yang sangat adil dan teguh menegakkan ajaran Allah demi aku. Sungguh aku telah melihat kebenaran Islam. Maka saat ini juga aku menyatakan diri memeluk Islam”. Syuraih kemudian membimbingnya mengucapkan dua kalimat syahadat.

ALI MEMBERI HADIAH
Sebagai rasa gembira atas ke Islamannya, kemudian Ali menghadiahkan baju perang yang diperselisihkan ditambah lagi seekor kuda.

TIDAK MEMIHAK KELUARGA
Keadilan dan keberanian Syuraih juga terjadi saat anaknya menghadapi suatu masalah, Syuraih justru menyuruh anaknya mengajukan ke pengadilan. Namun justru di pengadilan Syuraih memenangkan lawan  anaknya. Begitu mulia sikap seorang mukmin terhadap keadilan, baginya sikap adil lebih diutamakan dari pada mengikuti hawa nafsu yang selalu mengutamakan kepentingan harta dan kedudukan, namun jiwa terasa tersiksa dan jauh dari barokah 

KISAH TAULADAN
JASAD RASULULLAH HARUM
Demikian mulia Rasulullah s.a.w. karena ketinggaian pribadi dan akhlaknya, bahkan sampai wafatpun jasad beliau utuh dan berbau harum.
Diriwayatkan oleh Bukhari rahimahullah dalam shahihnya, dari Aisyah r.a. dalam kisah wafatnya Nabi s.a.w. beliau bersabda : "Abu Bakar datang dan membuka (penutup wajah) Rasulullah s.a.w. dan bersabda : Demi ayah dan ibuku, sungguh engkau tetap harum sewaktu hidup maupun  mati…..", sampai akhir hadits. 
Dari Ibnu Abbas r.a. berkata : Ketika orang berkumpul untuk memandikan Rasulullah s.a.w. di rumah tidak ada orang kecuali keluarganya, pamannya Abbas bin Abdul Muthalib, Ali bin Abu Thalib, Fadl bin Abbas, Qadam bin Abbas, Usamah bin Zaid bin Haritsah serta Shaleh budaknya. Didahului Abbas, Fadl dan Qadam membolak balikkan bersama Ali bin Abu Thalib. Sementara Usamah bin Zaid dan Shaleh budaknya menyiram air. Sementara  Ali memandikannya. Tidak didapati pada diri Rasulullah s.a.w. sesuatu yang dilihat pada mayat lainnya. Beliau berkata : Demi ayah dan ibuku, alangkah harumnya anda (Rasulullah) waktu hidup maupun meninggal dunia… sampai akhir hadits. Dan tidak kulihat hari yang lebih buruk dan muram selain ketika Rasulullah s.a.w. meninggalkan dunia". (H.R. Ahmad)
Banyak yang tidak percaya tentang berita kematian Rasulullah s.a.w. hingga Abu Bakar berkata : "Barangsiapa di antara kalian yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal dunia. Tetapi barangsiapa di antara kalian menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah itu Maha Hidup dan tidak meninggal.      

Mendengar kewafatan Nabi Umar marah, kemudian Abu Bakar membaca firman Allah : “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad) ?. Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun dan Allah akan memberi balasan kepada orang orang yang bersyukur”. (Q.S. Ali Imran (3) : 144). Setelah Abu Bakar membacakan ayat ini, maka Umar sadar dan tenang kembali dari emosinya.




BETAPA MULIA SIKAP PEMAAF

(Yaitu) orang orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit dan orang orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang orang yang berbuat kebajikan. (Q.S. Ali Imran (3) : 134)

Buya Hamka adalah salah seorang ulama Indonesia yang mendapat gelar Doktor Honouris Causa dari Universitas Al Azhar Mesir, karena kiprah dakwahnya dalam membina umat.

KHARAM MERAYAKAN NATAL BERSAMA
Beliau dikenal sebagai sosok ulama yang kokoh dan tegas pendiriannya, namun sangat santun akhlaknya. Diantara fatwa beliau ketika menjabat sebagai Ketua MUI (majelis ‘ulama Indonesia) adalah : “Haram bagi umat untuk Islam mengikuti perayaan Natal bersama”.

MENOLAK UNDANGAN PAUS
Ketegasan pendirian beliau ditunjukkan ketika menolak undangan bertemu Paus (pemimpin Katholik dunia) ketika berkunjung ke Istana Negara di masa Presiden Soeharto. Dengan tegas Buya Hamka menyatakan  penolakannya bertemu Paus : “Bagaimana saya bisa bersilaturrahim dengan beliau, sedangkan umat Islam dengan berbagai cara, bujukan dan rayuan, uang, beras, dimurtadkan atas perintahnya ?”.
Demikian tegas Buya Hamka dalam hal akidah, tetapi dalam pergaulan beliau sangat santun dan lemah lembut, sikapnya mencerminkan keluhuran pribadinya, sosok pemaaf tidak pendendam.

WALAU TEGAS TETAPI PEMAAF
Irfan putra ke lima buya Hamka, merilis buku berjudul “Ayah” yang menggambarkan pribadi beliau. Dalam buku diceritakan Buya Hamka ketika  menghadapi 3 orang orang yang pernah memfitnah, membenci dan memusuhi, karena berseberangan ideologi

3 TOKOH BERSEBRANGAN
Ketiga tokoh tersebut adalah Soekarno (Presiden Pertama RI), Mohammad Yamin (tokoh perumus lambang dan dasar negara) dan Pramoedya Ananta Toer budayawan Lekra / Lembaga Kebudayaan Rakyat, organisasi seni budaya yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia(P.K.I.).          
Walau ketiganya membenci dan memusuhinya, namun di akhir hidupnya mereka justru menghormat dan menghargai pribadi Buya Hamka.

DITUDUH MERENCANAKAN PEMBUNUHAN
Soekarno ketika menjabat Presiden RI memaksakan ideologi Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis), menahan Buya Hamka selama 2 tahun 4 bulan dengan tuduhan merencanakan pembunuhan Presiden Soekarno. Pada 28 Agustus 1964 beliau ditangkap dan dijerat dengan tuduhan melanggar Undang Undang Anti Subversif Pempres No.11. Beliau ditahan tanpa proses persidangan, tanpa diberi hak melakukan pembelaaan. Buku karyanya bahkan dilarang beredar.

DIMINTA MENYOLATI
Setelah bebas dari penjara dan Buya Hamka sudah beraktivitas kembali, sementara kekuasaan Soekarno sudah menurun. Peristiwa mengharukan terjadi, Soekarno yang mulai hidup terasing dan sakit sakitan, di akhir hayatnya berpesan lewat ajudan Presiden Soeharto Mayjen Soeryo pada 16 Juni 1970 : “Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka menjadi imam shalat jenazahku”.

MENYOLATI JENAZAHNYA
Seiring khabar kematian Soekarno, kemudian buya Hamka ta’ziyah  ke Wisma Yaso, tempat jenazah disemayamkan. Sesuai wasiat Soekarno, kemudian Buya Hamka memimpin shalat jenazahnya, dengan ikhlas beliau  menunaikan wasiatnya, mereka yang hadir pada terharu karena Buya Hamka tidak menaruh dendam pada Soekarno.

DIPENJARA BERBUAH HIKMAH
Dengan tulus beliau berkata : “Saya tidak pernah dendam kepada orang yang pernah menyakiti saya, dendam itu termasuk dosa. Selama 2 tahun 4 bulan saya ditahan, saya merasa itu semua merupakan anugerah yang tiada terhingga dari Allah kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan kitab tafsir Al Qur’an 30 juz. Bila bukan dalam tahanan tidak mungkin ada waktu saya untuk menyelesaikan pekerjaan itu”.

M. YAMIN
Mohammad Yamin, salah seorang tokoh kebangsaan, termasuk perumus dasar dan lambang negara. Meski berasal dari Sumatera Barat, namun Yamin produk pendidikan sekuler juga anggota Gerakan Theosofi, sebuah organisasi kebatinan yang mengedepankan sekularisme dan paham kebangsaan. Dia sangat membenci Buya Hamka karena perbedaan ideologi. Aktif di Partai Nasionalis Indonesia (PNI), Buya Hamka di Partai Masyumi.       
Kebencian Yamin tersulut, ketika dalam Sidang Majelis Konstituante, dengan lantang Buya Hamka berpidato : “Bila negara kita ini mengambil dasar negara berdasarkan Pancasila, sama saja kita menuju jalan ke neraka !”. Pidato tersebut menyulut kebencian Mohammad Yamin. Dia menyuarakan kebenciannya kepada Hamka dalam berbagai kesempatan, “Rupanya bukan saja wajahnya yang memperlihatkan kebencian kepada saya, hati nuraninya pun ikut membeci saya”, kata Buya Hamka.

SAKIT
Tahun 1962 Mohammad Yamin sakit dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat. Buya Hamka memantau perkembangan lewat radio dan media cetak. Hingga suatu hari Chaerul Saleh, menteri di kabinet Soeharto menelpon menyampaikan khabar kesehatan Mohammad Yamin. Chaerul Saleh berkata kepada buya Hamka : “Buya saya membawa pesan Pak Yamin, beliau sakit parah. Sudah berhari hari dirawat. Saya sengaja menemui Buya untuk menyampaikan pesan dari Pak Yamin, mungkin merupakan pesan terakhir beliau”, ujarnya.

PESAN AKHIR
Buya Hamka bertanya : “Apa pesannya ?”, Sang menteri berkata : ”Pak Yamin berpesan agar saya menjemput Buya, Beliau ingin menjelang ajalnya buya dapat mendampinginya, saat ini pak Yamin dalam keadaan sekarat. Beliau mengharapkan sekali Buya bisa menemaninya sampai ke dekat liang lahatnya”. Kepada Buya Hamka Menteri Chaerul Saleh juga berkata : Yamin khawatir masyarakat Talawi, Sumatera Barat tempat asalnya tidak berkenan menerima jenazahnya.

MENJENGUK
Saat itu juga Buya Hamka minta diantar ke RSPAD, melihat kedatangan Hamka, Yamin yang tergolek lemah melambaikan tangan. Hamka mendekat kemudian menjabat tangannya. Yamin memegang erat tokoh yang dulu pernah dimusuhinya. Sementara Hamka terus membisikan ke telinga Yamin kalimat tauhid : “Laa ilaaha illallah”. Dengan suara lirih, Yamin mengikuti tak berapa lama kemudian Mohammad Yamin wafat disamping sosok yang dulu menjadi seterunya. Di akhir hayat tangan keduanya berpegangan erat, seolah ingin menghapuskan segala sengketa yang pernah ada. Orang yang hadir ketika itu larut dalam keharuan yang mendalam. Buya Hamka kemudian turut pula mengantar jenazahnya sampai ke pemakaman terakhirnya.

KISAH TAULADAN
WALAU DIMUSUHI DAN DIFITNAH TETAP MEMAAFKAN

Buya Hamka dan Pramoedya Ananta Toer. Keduanya berseberangan ideologi. Pram seorang sastrawan berfaham komunis aktif di Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) yang dekat dengan PKI. Lewat Surat Kabar Bintang Timoer, Pram aktif menyerang buya Hamka. Karya  novel Hamka dituding plagiat, pribadinya diserang. Fitnah dan penghinaan dilakukan karena Buya Hamka seorang sastrawan anti Komunis, tokoh Muhammadiyah dan Masyumi.
Suatu ketika Astuti putri Pramoedya mengutarakan keinginannya menikah. Dia sudah menentukan calon pendamping bernama Daniel Setiawan. Namun ada satu ganjalan di hatinya, sang calon menantu berasal dari peranakan etnis Cina  “Saya tidak rela anak saya kawin dengan orang yang secara kultur dan agama berbeda”, ujar Pram, sebagaimana disampaikan kepada Dr. Hoedaifah Koeddah, dokter yang mengobati dan dekat dengan keluarganya.
Pram kemudian meminta putri dan calon menantunya menemui Buya Hamka, ulama yang menjadi seterunya. Dia meminta calon menantunya untuk belajar Islam kepada beliau : “Saya lebih mantap mengirimkan calon menantuku untuk diislamkan dan belajar agama pada Hamka, meski kami berbeda paham politik”, kata Pram menjelaskan.
Bersama Astuti, sang calon menantu Pram kemudian mendatangi Buya Hamka. Dia menceritakan maksud kedatangan, agar Buya bersedia mengajar kekasihnya agama Islam. Kemudian Astuti memperkenalkan diri sebagai anak dari Pramoedya Ananta Toer. Buya Hamka tertegun, kemudian beliau dengan ikhlas membimbing dua sejoli untuk belajar agama Islam. Tak lupa pula beliau menitipkan salam untuk ayahnya. Astuti putri Pramoedya tak menyangka, sosok yang dulu begitu dibenci ayahnya, ternyata sosok yang bersahaja, lemah lembut  dan lapang dada. Astuti berterimakasih bisa diterima untuk menimba ilmu agama pada buya Hamka.
Begitu mulia sosok Buya Hamka, ulama yang tegas dan bersahaja. Pribadi yang tak pernah menyimpan dendam dalam hatinya, meski musuh begitu membencinya sudah tak berdaya. Beliau tetap berjiwa besar, lapang dada, menganggap segala kebencian bisa sirna dengan sikap saling memaafkan dan menebarkan cinta dan kasih sayang .  
Begitu luhur sosok Buya Hamka, karena sikap dendam dijauhinya sikap pemaaf selalu menghiasinya, sehingga beliau selalu nampak sehat wal afiat, karena jiwanya jauh dari sikap dendam yang membahayakan, Subhaanallaah.