Senin, 02 April 2018



PERJALANAN LUAR BIASA
   
 “Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (Q.S. Al Isra’ (17) : 1)

Pada tahun ke 11 setelah diangkat menjadi Nabi, beliau mengalami saat menyedihkan, tekanan begitu berat dan menyakitkan, sehingga tahun itu disebut tahun kesedihan.

TAHUN KESEDIHAN   
Pertama kaum muslimin dipersulit kaum quraisy di bidang ekonomi. Perdagangan dipersulit, hubungan dan komunikasi dengan pihak lain dibatasi, bahkan untuk kebutuhan sehari haripun dipersulit. Kedua beliau ditinggal wafat sang istri yang dicintainya, Siti Khadijah istri yang setia meendampingi dalam kondisi suka dan duka. Ketiga wafatnya Abu Thalib, paman yang selalu membela keselamatan Nabi terhadap tekanan kaum Quraisy, walau belum beriman, sehingga kaum Quraisy  menjadi segan.

DIISRA’ MI’RAJKAN
Maka di tahun itulah atas ke Besaran dan ke Kuasaan Allah, sang Nabi dihibur dan dibesarkan dengan cara diperjalankan di waktu malam dari Masjidil Kharam (Mekkah) ke Masjidil Aqsha Palestina (sekitar 1500 k.m.) dilanjutkan lepas landas ke angkasa, jagat raya yang luar biasa tinggi dan luasnya hanya dalam waktu kurang dari semalam : “…agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda tanda (kebesaran) Kami”.. (Q.S. Al Isra’ (17) : 1)            

SEBAGAI MUKJIZAT
Betapa hebat dan luar biasa perjalanan beliau, perjalanan yang sulit dinalar akal fikiran, ini merupakan mu’jizat sebagai bukti ke Nabian beliau di akhir zaman. Perjalanan (dengan ruh dan fisik) yang tidak terjangkau akal fikiran ini, sempat membuat kaget para kafir Quraisy, sehingga mereka pada mengingkari dan membantahnya. Pengingkaran kaum kafir Quraisy terhadap peristiwa isra’ mikraj sangat wajar, mengingat jarak jelajah yang sangat fantastis jauhnya.

MUKJIZAT
Mukjizat maknanya sesuatu yang melemahkan, karena memang sulit dianalisa dan dinalar akal fikiran : Tongkat N. Musa berubah menjadi ular dan mampu membelah lautan, N. Muhammad membelah bulan dan lain lain. Dengan mukjizat bermaksud agar kaumnya yakin bahwa yang diutus benar benar seorang Nabi utusan Allah !. Demikian pula dengan perjalanan Isra’ mi’raj yang menjelajah alam semesta, bahkan sampai ke sidratil muntaha, sangat sangat fantastis !!!!!.   

UKURAN ALAM SEMESTA
Betapa luasnya angkasa raya ciptaan Yang Maha Kuasa, sehingga sampai saat ini kemampuan para astronom baru sampai pada pengukuran jarak tepi alam semesta 46,5 milyar tahun cahaya, jadi diameternya 93 milyar tahun cahaya. Ini hasil pengukuran yang baru terjangkau oleh pengamat di Bumi.

SATUAN CAHAYA
Karena sangat jauhnya jarak benda angkasa, maka untuk mengukur tidak lagi dipakai satuan k.m. karena akan memakan deretan angka sangat panjang dan menyulitkan, jadi untuk mengukur dipakai satuan cahaya (perdetik 300.000. k.m.). Maka betapa sulitnya membayangkan diameter angkasa raya “93 milyar tahun cahaya. Singkatnya dengan mengendarai pesawat berkecepatan 300.000. k.m. perdetik maka akan sampai setelah memakan waktu “93 milyar tahun cahaya. Kenyataan yang sangat mustahil bisa dilakukan !!!!.      

BELUM TUNTAS TERUKUR
Itupun ukuran seluruh alam semesta belum bisa diketahui secara pasti oleh ilmu pengetahuan karena informasi hanya terbatas pada alam semesta yang bisa diamati. Allaahu Akbar betapa luas jagat angkasa  raya ciptaan Mu. Padahal ini baru di langit pertama, bukankah langit memiliki 7 lapisan !!!.

7 LAPIS LANGIT
”Lalu diciptakan Nya 7 langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap tiap langit urusannya masing masing. Dan kami hiasi langit yang dekat Dengan bumi) dengan bintang bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaik baiknya. Demikianlah ketentuan yang maha perkasa lagi maha mengetahui”. (Q.S. Fushshilat (41) : 12). 
Dari firman tersebut ternyata bahwa bintang bintang yang jauh ternyata masih berada di langit yang dekat, ini saja manusia belum sanggup secara pasti mengukurnya. Apalagi lapisan 6 langit diatasnya !!!.

MI’RAJ      
Betapa luasnya alam semesta, sehingga ilmu pengetahuan belum sanggup mengukurnya, namun atas ke Kuasaan Nya sang Nabi diterbangkan melesat menjangkau jagat raya. Mulai langit yang dekat sampai lapis ke 7. Bahkan sampai melewati batasnya sehingga sampai di Sidratil Muntaha.

MENGENDARAI BURAQ
Dari Anas bin Malik r.a. bahwasanya s.a.w. telah bersabda: “(Jibril) telah datang kepadaku bersama Buraq, yaitu hewan putih yang tinggi, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari kuda, yang dapat meletakkan kakinya (melangkah) sejauh pandangannya”. Beliau bersabda : “Maka aku menaikinya hingga sampailah aku di Baitul Maqdis…. (H.R. Muslim)
Kemudian pada hadits tersebut Nabi meneruskan perjalanan sampai sidratil muntaha, alam lain yang luar biasa dan indah keadaannya.

SIDRATIL MUNTAHA
Sidratul Muntaha adalah pohon besar di langit ketujuh, disebut muntaha (akhir) karena merupakan batas akhir perjalanan. Tidak ada yang pernah melewatinya kecuali Rasulullah s.a.w. Sedangkan Sidr adalah Pohon Bidara. “(yaitu) di Sidratil Muntaha, di dekatnya ada Syurga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar“.  (Q.S. An Najm (53) : 14–18).

LUAR BIASA INDAHNYA
Rasulullah s.a.w. bersabda : “Kemudian Buraq tersebut pergi bersamaku ke Sidratul Muntaha yang (lebar) dedaunnya seperti telinga gajah dan (besar) buah buahnya seperti tempayan besar”. Kata Nabi s.a.w. : “Tatkala perintah Allah memenuhi Sidratul Muntaha, maka Sidratul Muntaha berubah dan tidak ada seorang pun dari makhluk Allah yang bisa menjelaskan sifat sifat Sidratul Muntaha karena keindahannya….”.

PERINTAH SHALAT
Kemudian di akhir hadits yang panjang tersebut beliau menyampaikan : ”Maka Allah s.w.t. memberiku wahyu dan mewajibkan kepadaku shalat …... (H.R.. Muslim)

HIKMAH SHALAT
Begitu pentingnya shalat sampai untuk menerimanya Rasulullah s.a.w. dipanggil menghadap langsung ke alam yang luar biasa jauhnya.    
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al Ankabut (29) : 45).


MUTIARA HADITS
PERTANYAAN PERTAMA DI HARI KEBANGKITAN
Betapa penting dan utamanya ibadah shalat, sampai Rasulullah s.a.w. diperintah menghadap langsung dalam peristiwa isra’ mi’raj, sebagaimana sabdanya : “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab (dihitung) pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman : “Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?”. Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu”. Dalam riwayat lainnya : ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula”. (H.R. Abu Daud, Ahmad, Hakim, Baihaqi)
Ibadah shalat sangat berkaitan erat dengan kesucian, ketepatan waktu, ke khusyu’an, kesabaran, kebersamaan dan kekompakan. Dengan demikian bila shalat dikerjakan dengan benar akan membuahkan sikap terpuji dan jauh dari kemunkaran.  Demikian pula sebaliknya bila dikerjakan asal asalan akan berakibat : “Maka kecelakaanlah bagi orang orang yang shalat. (Yaitu) orang orang yang lalai dari shalatnya. Orang orang yang berbuat riya. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna (enggan membayar zakat)”. (Q.S. Al Ma’un (107) : 4-7).
Shalat tidak saja dilakukan dengan gerakan yang tepat, namun jiwa harus juga diikut sertakan : “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (Q.S. Thaaha (20) : 14). Dengan perintah shalat bukan berarti Allah  butuh kepada hamba Nya. Justru dengan shalat yang mengikut sertakan jiwa, maka jiwa akan tenang, bukankah banyak orang walau berlimpah harta namun jiwanya tetap resah dan goncang !. Na’udzu billaahi min dzaalik.   

DO’A  AGAR TETAP MENEGAKKAN SHOLAT
 “Ya Tuhanku jadikanlah aku dan anak cucuku orang orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami perkenankanlah doaku“
( Q.S. Ibrahim (14) : 40 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar