PERJALANAN LUAR
BIASA
“Maha suci Allah yang telah
memperjalankan hamba Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil
Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui”. (Q.S. Al Isra’ (17) : 1)
Pada tahun ke 11 setelah diangkat
menjadi Nabi, beliau mengalami saat menyedihkan, tekanan begitu berat dan
menyakitkan, sehingga tahun itu disebut tahun kesedihan.
TAHUN
KESEDIHAN
Pertama
kaum muslimin dipersulit kaum quraisy di bidang ekonomi. Perdagangan
dipersulit, hubungan dan komunikasi dengan pihak lain dibatasi, bahkan untuk kebutuhan
sehari haripun dipersulit. Kedua beliau ditinggal wafat sang istri yang
dicintainya, Siti Khadijah istri yang setia meendampingi dalam kondisi suka dan
duka. Ketiga wafatnya Abu Thalib, paman yang selalu membela keselamatan Nabi
terhadap tekanan kaum Quraisy, walau belum beriman, sehingga kaum Quraisy menjadi segan.
DIISRA’ MI’RAJKAN
Maka di
tahun itulah atas ke Besaran dan ke Kuasaan Allah, sang Nabi dihibur dan
dibesarkan dengan cara diperjalankan di waktu malam dari Masjidil Kharam
(Mekkah) ke Masjidil Aqsha Palestina (sekitar 1500 k.m.) dilanjutkan lepas
landas ke angkasa, jagat raya yang luar biasa tinggi dan luasnya hanya dalam
waktu kurang dari semalam : “…agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda tanda (kebesaran) Kami”.. (Q.S. Al Isra’ (17) : 1)
SEBAGAI MUKJIZAT
Betapa hebat dan luar biasa
perjalanan beliau, perjalanan yang sulit dinalar akal fikiran, ini merupakan
mu’jizat sebagai bukti ke Nabian beliau di akhir zaman. Perjalanan (dengan ruh
dan fisik) yang tidak terjangkau akal fikiran ini, sempat membuat kaget para kafir Quraisy, sehingga mereka
pada mengingkari dan membantahnya. Pengingkaran kaum kafir Quraisy terhadap
peristiwa isra’ mikraj sangat wajar, mengingat jarak jelajah yang sangat
fantastis jauhnya.
MUKJIZAT
Mukjizat maknanya sesuatu yang melemahkan, karena
memang sulit dianalisa dan dinalar akal fikiran : Tongkat N. Musa berubah
menjadi ular dan mampu membelah lautan, N. Muhammad membelah bulan dan lain
lain. Dengan mukjizat bermaksud agar kaumnya yakin bahwa yang diutus benar
benar seorang Nabi utusan Allah !. Demikian pula dengan perjalanan Isra’ mi’raj
yang menjelajah alam semesta, bahkan sampai ke sidratil muntaha, sangat sangat
fantastis !!!!!.
UKURAN ALAM SEMESTA
Betapa
luasnya angkasa raya ciptaan Yang Maha Kuasa, sehingga sampai saat ini kemampuan
para astronom baru sampai pada pengukuran jarak tepi alam semesta 46,5
milyar tahun cahaya, jadi diameternya 93 milyar tahun cahaya.
Ini hasil pengukuran yang baru terjangkau oleh pengamat di Bumi.
SATUAN CAHAYA
Karena sangat jauhnya jarak benda angkasa, maka untuk mengukur
tidak lagi dipakai satuan k.m. karena akan memakan deretan angka sangat panjang
dan menyulitkan, jadi untuk mengukur dipakai satuan cahaya (perdetik
300.000. k.m.). Maka betapa sulitnya membayangkan diameter angkasa raya “93
milyar tahun cahaya”. Singkatnya dengan mengendarai pesawat
berkecepatan 300.000. k.m. perdetik maka akan sampai setelah memakan waktu “93
milyar tahun cahaya”. Kenyataan yang sangat mustahil bisa dilakukan
!!!!.
BELUM TUNTAS TERUKUR
Itupun ukuran
seluruh alam semesta belum bisa diketahui secara
pasti oleh ilmu pengetahuan karena informasi hanya
terbatas pada alam semesta yang bisa diamati. Allaahu Akbar betapa luas jagat angkasa raya ciptaan Mu. Padahal ini baru
di langit pertama, bukankah langit memiliki 7 lapisan !!!.
7 LAPIS LANGIT
”Lalu diciptakan Nya 7 langit dalam dua
masa. Dia mewahyukan pada tiap tiap langit urusannya masing masing. Dan kami
hiasi langit yang dekat Dengan bumi) dengan bintang bintang yang cemerlang
dan kami memeliharanya dengan sebaik baiknya. Demikianlah ketentuan yang maha
perkasa lagi maha mengetahui”. (Q.S. Fushshilat (41) : 12).
Dari firman tersebut ternyata bahwa
bintang bintang yang jauh ternyata masih berada di langit yang dekat, ini saja
manusia belum sanggup secara pasti mengukurnya. Apalagi lapisan 6 langit
diatasnya !!!.
MI’RAJ
Betapa luasnya alam semesta,
sehingga ilmu pengetahuan belum sanggup mengukurnya, namun atas ke Kuasaan Nya
sang Nabi diterbangkan melesat menjangkau jagat raya. Mulai
langit yang dekat sampai lapis ke 7. Bahkan sampai melewati batasnya sehingga sampai di Sidratil Muntaha.
MENGENDARAI
BURAQ
Dari Anas bin Malik r.a.
bahwasanya s.a.w. telah bersabda: “(Jibril) telah datang kepadaku bersama
Buraq, yaitu hewan putih yang tinggi, lebih tinggi dari keledai dan lebih
pendek dari kuda, yang dapat meletakkan kakinya (melangkah) sejauh
pandangannya”. Beliau bersabda : “Maka aku menaikinya hingga sampailah aku di
Baitul Maqdis…. (H.R. Muslim)
Kemudian pada hadits tersebut Nabi
meneruskan perjalanan sampai sidratil muntaha, alam lain yang luar biasa dan
indah keadaannya.
SIDRATIL MUNTAHA
Sidratul Muntaha
adalah pohon besar di langit ketujuh, disebut muntaha (akhir) karena merupakan
batas akhir perjalanan. Tidak ada yang pernah melewatinya kecuali Rasulullah s.a.w. Sedangkan Sidr adalah Pohon Bidara. “(yaitu)
di Sidratil Muntaha, di dekatnya ada Syurga tempat tinggal, (Muhammad
melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak
(pula) melampauinya.
Sesungguhnya dia
telah melihat sebahagian tanda tanda (kekuasaan) Tuhannya
yang paling besar“. (Q.S. An Najm (53) : 14–18).
LUAR BIASA
INDAHNYA
Rasulullah s.a.w. bersabda : “Kemudian Buraq
tersebut pergi bersamaku ke Sidratul Muntaha yang (lebar) dedaunnya seperti
telinga gajah dan (besar) buah buahnya seperti tempayan besar”. Kata Nabi s.a.w.
: “Tatkala perintah Allah memenuhi Sidratul Muntaha, maka Sidratul Muntaha
berubah dan tidak ada seorang pun dari makhluk Allah yang bisa menjelaskan
sifat sifat Sidratul Muntaha karena keindahannya….”.
PERINTAH
SHALAT
Kemudian di akhir hadits
yang panjang tersebut beliau menyampaikan : ”Maka Allah s.w.t. memberiku
wahyu dan mewajibkan kepadaku shalat …..”. (H.R.. Muslim)
HIKMAH SHALAT
Begitu pentingnya
shalat sampai untuk menerimanya Rasulullah s.a.w. dipanggil menghadap langsung
ke alam yang luar biasa jauhnya.
“Bacalah
apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar
dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al
Ankabut (29) : 45).
MUTIARA HADITS
PERTANYAAN PERTAMA DI
HARI KEBANGKITAN
Betapa penting dan utamanya ibadah
shalat, sampai Rasulullah s.a.w. diperintah menghadap langsung dalam peristiwa
isra’ mi’raj, sebagaimana sabdanya : “Sesungguhnya
amal hamba yang pertama kali akan dihisab (dihitung) pada hari kiamat adalah
shalatnya. Apabila shalatnya baik dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan.
Apabila shalatnya rusak dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari
shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman : “Lihatlah apakah pada
hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?”. Maka shalat sunnah
tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan
lainnya seperti itu”. Dalam riwayat lainnya : ”Kemudian zakat akan
(diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu
pula”. (H.R. Abu Daud,
Ahmad, Hakim, Baihaqi)
Ibadah shalat
sangat berkaitan erat dengan kesucian, ketepatan waktu, ke khusyu’an,
kesabaran, kebersamaan dan kekompakan. Dengan demikian bila shalat dikerjakan
dengan benar akan membuahkan sikap terpuji dan jauh dari kemunkaran. Demikian pula sebaliknya bila dikerjakan asal
asalan akan berakibat : “Maka
kecelakaanlah bagi orang orang yang shalat. (Yaitu) orang orang yang lalai dari
shalatnya. Orang orang yang berbuat riya. Dan enggan (menolong dengan) barang
berguna (enggan membayar zakat)”. (Q.S. Al Ma’un (107) : 4-7).
Shalat
tidak saja dilakukan dengan gerakan yang tepat, namun jiwa harus juga diikut
sertakan : “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.
(Q.S. Thaaha (20) : 14). Dengan perintah shalat bukan berarti Allah butuh kepada hamba Nya. Justru dengan shalat
yang mengikut sertakan jiwa, maka jiwa akan tenang, bukankah banyak orang walau
berlimpah harta namun jiwanya tetap resah dan goncang !. Na’udzu billaahi min
dzaalik.
DO’A AGAR TETAP MENEGAKKAN SHOLAT
“Ya Tuhanku jadikanlah aku dan anak cucuku
orang orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami perkenankanlah doaku“
(
Q.S. Ibrahim (14) : 40 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar