JAUHI RASA BANGGA
“Mereka diliputi kehinaan di
mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama)
Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia ….”.
(Q.S. Ali Imran (3) : 112)
Betapa
lengkap dan sempurnanya ajaran agama sehingga tidak hanya memberi tuntunan
tentang cara berhubungan dengan Allah saja, tetapi juga cara berhubungan dengan
manusia juga.
MERASA BANGGA DENGAN IBADAHNYA
Namun sayangnya karena kurang lengkapnya
memahami ajaran agama, sehingga ada yang hanya mementingkan hubungan dengan
Allah saja, sehingga menyepelehkan hubungan dengan manusia, sehingga membuat
orang jadi tidak simpati apalagi menghormati.
MERASA
PALING BENAR (SOK SUCI)
Karena sikapnya hanya mementingkan hubungan
dengan Allah saja, sehingga sikapnya terkesan seakan memandang semua orang pada
salah, pada masuk neraka, hanya dia yang paling benar, paling suci dan …….sebagai calon penghuni syurga.
NAMPAK
ANGKER
Dengan pemahaman demikian sempit ini,
membuatnya jadi bersikap angkuh, sinis dan menyeplehkan : segan menyapa, mahal
senyum, sehingga penampilannya nampak angker,
sehingga orang sama menjauhi lantaran benci.
BERAGAMA
SECARA KAFFAH
Padahal agama memerintah agar
pemeluknya melaksankan agama secara kaffah (total), bukan melaksanakan sebagian
dan mengesampingkan bagian yang lain. “Hai orang orang yang beriman,
masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan dan janganlah kamu turut langkah langkah
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. Al Baqarah
(2) : 208).
Demikian pentingnya menjalankan Islam secara total, bahkan…..
diingatkan agar tidak mengikuti langkah setan, karena merupakan musuh yang
nyata !.
LARANGAN
BERSIKAP ANGKUH
Karena pentinganya hubungan kemanusiaan, sampai
Allah memperingatkan agar jangan “memalingkan muka (karena sombong) dan jangan
bersikap angkuh”. “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang sombong lagi membanggakan
diri”. (Q.S. Luqman (31) : 18).
Begitu jelas firman Allah menerangkan kesantunan,
sampai di akhir ayat Allah mengakhiri dengan kalimat : “Allah tidak menyukai
orang orang yang sombong dan membanggakan diri”.
MAKNA
SOMBONG
Sombong bukan berarti selalu berpakaian bagus,
tetapi sombong maknanya : “Menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia”.
Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi s.a.w.
beliau bersabda : “ Tidak akan masuk syurga
orang yang didalam hatinya ada sifat sombong walaupun hanya sebesar atom“. Ada
seorang laki laki berkata : “Sesungguhnya seseorang itu suka memakai pakaian
yang bagus dan sandal / sepatu yang bagus pula“. Beliau bersabda :
“Sesungguhnya Allah itu indah, suka pada keindahan. Sombong itu menolak
kebenaran dan merendahkan sesama manusia“. (H.R.Muslim)
SOMBONG
SIKAP ORANG KAFIR
Sombong adalah sikap khas orang kafir, oleh karena
itu tidak selayaknya sebagai seorang Muslim yang beribadah kepada Allah,
memiliki sikap sombong.seperti orang kafir. “Sebenarnya
orang
orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan
yang sengit”. (Q.S. Shaad (38) : 2)
IBADAH
MEMBUAHKAN AKHLAK MULIA
Orang yang beribadah kepada Allah (sholat,
berdo’a, dzikir, membaca quran, ibadah haji) seharusnya bisa membentuk sikap : kasih
sayang, ramah, santun, perduli, lemah
lembut lantaran bekas sujudnya (ibadahnya), bukan berarti berdahi hitam. “Muhammad
adalah utusan Allah dan orang orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud
mencari karunia Allah dan keridhaan Nya,
tanda tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud (air mukanya terlihat keimanan dan kesucian
hati)”. (Q.S. Al Fath (48) : 29)
BAIK PADA MANUSIA
Begitu
pentingnya urusan kemanusiaan, sampai Allah memerinci secara
detail, bahkan untuk Nya
Allah hanya berfirman singkat : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan Nya dengan sesuatupun” :
“Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Nya dengan sesuatupun. dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu bapa, karib kerabat, anak anak yatim, orang orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu
sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang orang yang sombong dan membangga banggakan diri”. (Q.S.
An Nisaa’ (4) : 36).
7
ORANG
HARUS DIPERLAKUKAN SECARA BAIK
Begitu
pentingnya urusan
kemanusiaan, sampai Allah menjelaskan secara rinci agar berbuat baik kepada 7 orang :
1.KEDUA ORANG TUA
Begitu
besar dan mulianya jasa dan pengorbanan kedua orang tua, sampai Allah
meletakkan kedua orang tua pada urutan pertama.
2. KARIB KERABAT
Bagaimanapun keeratan hubungan darah sangat diperhatikan
dalam agama, sehingga jangan sampai keeratan ini diremehkan apalagi diputus, karena
sangat erat kaitannya dengan soal perkawinan dan waris.
3.
ANAK YATIM
Anak yatim adalah anak yang tidak punya orang
tua, betapa kasihan masa depannya, oleh karena itu sampai Allah mengingatkan
betapa pentingnya berbuat baik dan menyantuni anak yatim.
4.
ORANG MISKIN
Betapa menderitanya nasib orang
miskin, karena dengan kemiskinan sangat rentan terhadap keyakinannya, sehingga akan
mudah menjurus kepada kekufuran. Bukankah karena kelaparan mereka pada mudah di
murtadkan ?!.
5.
TETANGGA DEKAT DAN JAUH
Tetangga adalah orang terdekat dengan
kita, maka agama mengajarkan agar memuliakannya, bahkan sampai dikaitkan dengan
keimanan : “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka harus
memuliakan tetangganya”.
6.
TEMAN SEJAWAT
Betapa pentingnya memiliki teman, karena
manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang perlu bergaul dan berkomunikasi.
Dengan berbuat baik kepada teman akan mendapat banyak hikmah, mendapat
informasi, rizki dan solusi, betapa pentingnya mempunyai teman apalagi berbekal
kesholihan.
7.
IBNU SABIL
Ibnu
sabil (anak jalan) adalah orang yang dalam perjalanan (musafir, penuntut ilmu,
dll), terkadang ada yang mengalami kesulitan (uang / makanan), untuk itu betapa
mulianya bila bisa membantu kesulitannya.
8.
HAMBA SAHAYA
Walau keberadaanya sebagai budak atau pembantu
rumah tangga, bagaimanapun adalah manusia yang harus dihargai juga, harus
diperlakukan dengan baik, dengan santun, jangan diperas tenaganya tanpa
diperhatikan kesejahteraannya. Begitu indahnya agama menghargai dan memuliakan
manusia.
KISAH TAULADAN
NABI AKRAB DAN
SANTUN KEPADA SIAPAPUN
Nabi s.a.w.
berda’wah tidak hanya dengan lesan belaka, namun diikuti dengan sikap terpuji
dan mulia, dengan kehalusan budi beliau
banyak yang pada simpati dan memeluk Islam.
Suatu ketika Nabi s.a.w. dan para
sahabat sedang berkumpul, kemudian datang seseorang dengan membawa buah anggur
diberikan kepada Nabi s.a.w. kemudian dengan nyamannya beliau menikmatinya.
Para sahabat pada heran karena sedikitpun mereka tidak diberi bagian. Setelah
buah anggur habis dan si pemberi pulang, dengan penuh penasaran para sahabat
bertanya : “Ya Rasulullah kami heran, kok tidak seperti biasanya, sehingga anda
menikmati sendiri tanpa membagi kepada kami ?”. Kemudian Rasulullah s.a.w.
menjawab : “Kalian tahu mengapa saya tidak memberi kalian ?, karena anggur tadi
kecut rasanya, jika saya bagikan pasti expressi kalian akan dilihat sang
pemberi, betapa kecewa perasaannya, oleh karena itulah saya nikmati sendiri
sambil seolah nikmat rasanya”. Begitu hati hatinya Rasulullah s.a.w. menjaga
perasaan seseorang
Suatu hari Adi bin Hatim seorang
pemeluk agama Nasrani mendatangi Nabi s.a.w. di rumahnya, diamatinya betapa
sederhana keadaannya, kemudian beliau mengambil bantal dan mempersilahkan Adi
bin Hatim duduk di atasnya, sedang
beliau duduk tanpa beralaskan sesuatu. Melihat situasi ini Adi bin Hatim
berkata dalam hati : “Ini bukan manusia biasa”. Kemudian ketika berjalan
bersama Nabi s.a.w. datang menghampiri seorang wanita biasa sambil berdialog,
Nabipun melayaninya dengan penuh hormat dan dengan ramahnya. Adipun berkata :
“Ini bukan manusia biasa ini jelas bahwa
dia seorang Nabi akhir zaman”. Akhirnya Adi bin Hatim memeluk Islam.
Suatu saat Abu Bakar r.a. bertanya
kepada putrinya (‘Aisyah istri Nab): “Wahai ‘Aisyah apakah ayah sudah mengikuti
sunnah Rasulullah ?”. “Sudah, tetapi ada amalan Rasulullah yang belum ayah
ikuti, yakni beliau suka menyuapi makanan kepada seorang yahudi buta di dinding
pasar Madinah. Keesokan harinya Abu Bakar berangkat menyuapi orang tersebut.
Namun si yahudi memprotes : “Bahh suapanmu tidak seperti yang kemarin”, Abu
Bakar menjawab : “Orangnya sudah wafat”, yahudi bertanya : “Siapa dia ?”,
“Muhammad Rasulullah”, jawab Abu Bakar. Akhirnya si yahudi termenung : “Betapa
mulianya Muhammad, walau engkau kuhujat tetap saja engkau menyuapiku dengan
ramah”, akhirnya dia mengucapkan kalimat syahadat dihadapan Abu Bakar.
Subhaanallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar