Kamis, 19 April 2018




JAUHI RASA BANGGA
              “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia ….”. 
(Q.S. Ali Imran (3) : 112)
         
Betapa lengkap dan sempurnanya ajaran agama sehingga tidak hanya memberi tuntunan tentang cara berhubungan dengan Allah saja, tetapi juga cara berhubungan dengan manusia juga.

MERASA BANGGA DENGAN IBADAHNYA
Namun sayangnya karena kurang lengkapnya memahami ajaran agama, sehingga ada yang hanya mementingkan hubungan dengan Allah saja, sehingga menyepelehkan hubungan dengan manusia, sehingga membuat orang jadi tidak simpati apalagi menghormati.

MERASA PALING BENAR (SOK SUCI)
Karena sikapnya hanya mementingkan hubungan dengan Allah saja, sehingga sikapnya terkesan seakan memandang semua orang pada salah, pada masuk neraka, hanya dia yang paling benar, paling suci  dan …….sebagai calon penghuni syurga.

NAMPAK ANGKER
Dengan pemahaman demikian sempit ini, membuatnya jadi bersikap angkuh, sinis dan menyeplehkan : segan menyapa, mahal senyum, sehingga penampilannya nampak angker,  sehingga orang sama menjauhi lantaran benci.

BERAGAMA SECARA KAFFAH
Padahal agama memerintah agar pemeluknya melaksankan agama secara kaffah (total), bukan melaksanakan sebagian dan mengesampingkan bagian yang lain. “Hai orang orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan dan janganlah kamu turut langkah langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. Al Baqarah (2) : 208). 
Demikian pentingnya menjalankan Islam secara total, bahkan….. diingatkan agar tidak mengikuti langkah setan, karena merupakan musuh yang nyata !.

LARANGAN BERSIKAP ANGKUH
Karena pentinganya hubungan kemanusiaan, sampai Allah memperingatkan agar jangan “memalingkan muka (karena sombong) dan jangan bersikap angkuh”. “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Q.S. Luqman (31) : 18). 
Begitu jelas firman Allah menerangkan kesantunan, sampai di akhir ayat Allah mengakhiri dengan kalimat : “Allah tidak menyukai orang orang yang sombong dan membanggakan diri”.

MAKNA SOMBONG
Sombong bukan berarti selalu berpakaian bagus, tetapi sombong maknanya : “Menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia”.
Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi s.a.w. beliau bersabda : “  Tidak akan masuk syurga orang yang didalam hatinya ada sifat sombong walaupun hanya sebesar atom“. Ada seorang laki laki berkata : “Sesungguhnya seseorang itu suka memakai pakaian yang bagus dan sandal / sepatu yang bagus pula“. Beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah itu indah, suka pada keindahan. Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia“. (H.R.Muslim)                                                          
SOMBONG SIKAP ORANG KAFIR
Sombong adalah sikap khas orang kafir, oleh karena itu tidak selayaknya sebagai seorang Muslim yang beribadah kepada Allah, memiliki sikap sombong.seperti orang kafir. Sebenarnya orang orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. (Q.S. Shaad (38) : 2)

IBADAH MEMBUAHKAN AKHLAK MULIA
Orang yang beribadah kepada Allah (sholat, berdo’a, dzikir, membaca quran, ibadah haji) seharusnya bisa membentuk sikap : kasih sayang, ramah, santun,  perduli, lemah lembut lantaran bekas sujudnya (ibadahnya), bukan berarti berdahi hitam. “Muhammad adalah utusan Allah dan orang orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan Nya, tanda tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud (air mukanya terlihat keimanan dan kesucian hati). (Q.S. Al Fath (48) : 29)

BAIK PADA MANUSIA 
Begitu pentingnya urusan kemanusiaan, sampai Allah memerinci secara
detail, bahkan untuk Nya Allah hanya berfirman singkat : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Nya dengan sesuatupun” :
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapa, karib kerabat, anak anak yatim, orang orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang sombong dan membangga banggakan diri”. (Q.S. An Nisaa’ (4) : 36).                              

7 ORANG HARUS DIPERLAKUKAN SECARA BAIK             
        Begitu pentingnya urusan kemanusiaan, sampai Allah menjelaskan secara rinci agar berbuat baik kepada 7 orang :

1.KEDUA ORANG TUA
Begitu besar dan mulianya jasa dan pengorbanan kedua orang tua, sampai Allah meletakkan kedua orang tua pada urutan pertama. 

2. KARIB KERABAT
Bagaimanapun keeratan hubungan darah sangat diperhatikan dalam agama, sehingga jangan sampai keeratan ini diremehkan apalagi diputus, karena sangat erat kaitannya dengan soal perkawinan dan waris.

3. ANAK YATIM
Anak yatim adalah anak yang tidak punya orang tua, betapa kasihan masa depannya, oleh karena itu sampai Allah mengingatkan betapa pentingnya berbuat baik dan menyantuni anak yatim.

4. ORANG MISKIN
Betapa menderitanya nasib orang miskin, karena dengan kemiskinan sangat rentan terhadap keyakinannya, sehingga akan mudah menjurus kepada kekufuran. Bukankah karena kelaparan mereka pada mudah di murtadkan ?!.   

5. TETANGGA DEKAT DAN JAUH
Tetangga adalah orang terdekat dengan kita, maka agama mengajarkan agar memuliakannya, bahkan sampai dikaitkan dengan keimanan : “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka harus memuliakan tetangganya”.

6. TEMAN SEJAWAT
Betapa pentingnya memiliki teman, karena manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang perlu bergaul dan berkomunikasi. Dengan berbuat baik kepada teman akan mendapat banyak hikmah, mendapat informasi, rizki dan solusi, betapa pentingnya mempunyai teman apalagi berbekal kesholihan. 

7. IBNU SABIL
Ibnu sabil (anak jalan) adalah orang yang dalam perjalanan (musafir, penuntut ilmu, dll), terkadang ada yang mengalami kesulitan (uang / makanan), untuk itu betapa mulianya bila bisa membantu kesulitannya.  

8. HAMBA SAHAYA
Walau keberadaanya sebagai budak atau pembantu rumah tangga, bagaimanapun adalah manusia yang harus dihargai juga, harus diperlakukan dengan baik, dengan santun, jangan diperas tenaganya tanpa diperhatikan kesejahteraannya. Begitu indahnya agama menghargai dan memuliakan manusia.

KISAH TAULADAN

NABI AKRAB DAN SANTUN KEPADA SIAPAPUN
Nabi s.a.w. berda’wah tidak hanya dengan lesan belaka, namun diikuti dengan sikap terpuji dan mulia, dengan kehalusan budi  beliau banyak yang pada simpati dan memeluk Islam.
Suatu ketika Nabi s.a.w. dan para sahabat sedang berkumpul, kemudian datang seseorang dengan membawa buah anggur diberikan kepada Nabi s.a.w. kemudian dengan nyamannya beliau menikmatinya. Para sahabat pada heran karena sedikitpun mereka tidak diberi bagian. Setelah buah anggur habis dan si pemberi pulang, dengan penuh penasaran para sahabat bertanya : “Ya Rasulullah kami heran, kok tidak seperti biasanya, sehingga anda menikmati sendiri tanpa membagi kepada kami ?”. Kemudian Rasulullah s.a.w. menjawab : “Kalian tahu mengapa saya tidak memberi kalian ?, karena anggur tadi kecut rasanya, jika saya bagikan pasti expressi kalian akan dilihat sang pemberi, betapa kecewa perasaannya, oleh karena itulah saya nikmati sendiri sambil seolah nikmat rasanya”. Begitu hati hatinya Rasulullah s.a.w. menjaga perasaan seseorang
Suatu hari Adi bin Hatim seorang pemeluk agama Nasrani mendatangi Nabi s.a.w. di rumahnya, diamatinya betapa sederhana keadaannya, kemudian beliau mengambil bantal dan mempersilahkan Adi bin Hatim duduk di atasnya,  sedang beliau duduk tanpa beralaskan sesuatu. Melihat situasi ini Adi bin Hatim berkata dalam hati : “Ini bukan manusia biasa”. Kemudian ketika berjalan bersama Nabi s.a.w. datang menghampiri seorang wanita biasa sambil berdialog, Nabipun melayaninya dengan penuh hormat dan dengan ramahnya. Adipun berkata : “Ini  bukan manusia biasa ini jelas bahwa dia seorang Nabi akhir zaman”. Akhirnya Adi bin Hatim memeluk Islam.

Suatu saat Abu Bakar r.a. bertanya kepada putrinya (‘Aisyah istri Nab): “Wahai ‘Aisyah apakah ayah sudah mengikuti sunnah Rasulullah ?”. “Sudah, tetapi ada amalan Rasulullah yang belum ayah ikuti, yakni beliau suka menyuapi makanan kepada seorang yahudi buta di dinding pasar Madinah. Keesokan harinya Abu Bakar berangkat menyuapi orang tersebut. Namun si yahudi memprotes : “Bahh suapanmu tidak seperti yang kemarin”, Abu Bakar menjawab : “Orangnya sudah wafat”, yahudi bertanya : “Siapa dia ?”, “Muhammad Rasulullah”, jawab Abu Bakar. Akhirnya si yahudi termenung : “Betapa mulianya Muhammad, walau engkau kuhujat tetap saja engkau menyuapiku dengan ramah”, akhirnya dia mengucapkan kalimat syahadat dihadapan Abu Bakar. Subhaanallah.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar