Selasa, 19 Juni 2018



HAK TETANGGA

“Beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapa, karib kerabat, anak anak yatim, orang orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang sombong dan membangga banggakan diri”. (Q.S. An Nisaa' (4) : 36)
               
Manusia secara fihrah dicipta sebagai mahluk sosial, yang takkan mampu hidup sendirian, karena sangat banyak kebutuhan, sehingga wajar bila saling membutuhkan, saling bantu guna meringankan beban. Dengan demikian perlu aturan, agar hidupnya nyaman tidak kesulitan.

HIKMAH MEMULYAKAN TETANGGA
Untuk itulah agama tampil mengatur tata cara bertetangga, orang yang pandai menjalin hubungan dengan tetangga, akan terasa nyaman, karena tetangga sama suka dan akrab dengannya.
Dengan demikian walau ia jauh dengan orang tua, jauh dengan sanak saudara, tidak akan membuat merana dan kesepian, terobati karena keberadaan para tetangga yang akrab, perduli dan ringan tangan. Dengan demikian kesulitanpun akan mudah teratasi karena para tetangga sama membantu dan memikirkan mencarikan jalan.   

HAK TETANGGA
Berkat kesempurnaan ajaran agama, sekitar 14 abad yang silam Nabi s.a.w. telah mengajarkan tentang hak tetangga, dengan sabdanya : 
"Tahukah kamu apa yang menjadi hak tetangga ?, bila tetangga minta tolong tolonglah dia. Bila ia ingin hutang kepadamu hutangilah ia. Bila ia jatuh sakit jenguklah ia. Bila ia meninggal dunia antarkan jenazahnya. Bila ia memperoleh sesuatu yang menggembirakan, ucapkan selamat kepadanya. Apabila ia mendapat musibah tunjukkan rasa empati kepadanya. Janganlah kamu mendirikan bangunan yang tinggi yang menutupi udara tetangga itu, kecuali kalau sudah mendapat ijin. Bila kamu membeli buah buahan, hadiahkan sebagian kepadanya, bila tidak masukkan ke rumah secara rahasia dan jangan sampai anak anakmu membawa keluar buah buahan itu sehingga membuat jengkel anak tetanggamu. Janganlah kamu sakiti hati tetangga dengan bau masakan dapur, kecuali kalau kamu berikan sebagian kepadanya. Tahukah kamu, apa yang menjadi hak tetangga ?. Demi Dzat yang menguasai jiwaku tidak akan bisa menyadari hak tetangga kecuali orang yang dirahmati Allah".

1.MENOLONG
Manusia pasti tidak sempurna keadaannya, oleh karena itu bukan tidak mungkin bila suatu saat ada tetangga membutuhkan pertolongan, dan itu merupakan “haknya untuk ditolong”, maka bila  bila tetangga meminta tolong, maka sebagai orang yang memahami agama seharusnya wajib menolongnya.
Mungkin dia pinjam tangga, pinjam linggis, minta cabe, minta paku, minta antar ke rumah sakit, minta kerok karena masuk angin dan sebagainya.

2. MENGHUTANGI
Dalam kehidupan biasa terjadi kesulitan uang, maka dengan berhutang satu satunya jalan untuk mengatasinya. Demikian pula halnya dengan tetangga, dia tak kan lepas dari ketiadaan uang, maka dia punya hak “untuk berhutang”. Maka agama memberi tuntunan agar meminjaminya tanpa syarat (bunga).

3. MENGUNJUNGI KETIKA SAKIT (‘IYADAH)
Sakit merupakan ujian hidup, betapa tidak nyaman keadaannya, maka betapa senang dan bahagianya ketika ada yang perduli dan menjenguk dan mengunjunginya. Dengan keberadaan tetangga yang sakit dia “punya hak untuk dikunjungi”. Dengan dikunjungi jiwanya jadi senang dan gembira sehingga akan membantu proses kesembuhan sakit yang dideritanya.

4. MENGANTAR JENAZAHNYA
Kematian pasti akan menimpa siapa saja, demikian pula halnya dengan tetangga, karena luasnya ajaran agama, maka diberikan tuntunan agar “mengantarkan jenazahnya” walau beda agama, karena dia sebagai sosok manusia adanya. Hanya dalam ritualnya jangan ikut melakukannya.

5. BERBAGI RASA
Demikian pula halnya bila tetangga “memperoleh sesuatu yang menggembirakan, ucapkanlah selamat kepadanya. Apabila ia mendapat musibah, tunjukkan rasa empati kepadanya”. Ini sebagai bukti bahwa dia memiliki jiwa yang sehat, jiwa yang perduli, jiwa yang bisa berbagi.

6. BILA MEMBANGUN MEMINTA IZIN 
Dalam mendirikan bangunan agar berhati hati jangan sampai mengganggu bangunan tetangga kecuali dengan meminta izin, sebagaimana sabdanya : “Jangan mendirikan bangunan yang tinggi sampai menutupi udara tetangga, kecuali jika sudah mendapat ijin”.

7. MENGHADIAHI BUAH BUAHAN
Karena buah merupakan makanan yang menarik dan mahal, maka ada tuntunan dari Nabi s.a.w. : “Bila kamu membeli buah buahan, hadiahkan sebagian kepadanya, bila tidak, masukkanlah ke rumah secara rahasia dan jangan sampai anak anakmu membawa keluar buah buahan itu sehingga membuat jengkel anak tetanggamu”.

8. JANGAN DIGANGGU DENGAN BAU MASAKAN
Walau memasak merupakan hak seseorang, namun agama mengajarkan agar tidak sembarangan, artinya jangan sampai bau masakan mengganggu tetangga. Sehingga beliau mengingatkan : Janganlah kamu sakiti hati tetangga dengan bau masakan dapur, kecuali kalau kamu berikan sebagian kepadanya”.

TIDAK BERIMAN YANG MENJAHILI TETANGGANYA
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Nabi saw. bersabda : "Demi Allah kurang beriman demi Allah kurang beriman, demi Allah kurang beriman !". Para sahabat bertanya : “Siapakah itu ya Rasulullah ?”, jawabnya : "Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya". (H.R. Bukhari Muslim)
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia menyakiti hati tetangganya". (H.R. Bukhari)
Keberadaan tetangga harus dijaga kenyamanannya, jangan disakiti, jangan diganggu perasaannya, ia punya hak untuk menikmati hidup secara nyaman.  dengan kata kata yang baik, enak dan tak menyakitkan. Semoga Allah memberikan hidayah Nya, agar kita bisa memahami hak tetangga !.
                                         
                                                 PERANG KHANDAQ

Perang Khandaq terjadi empat tahun setelah Rasûlullâh s.a.w. hijrah ke Madinah, sebelum tahun ke 5 berakhir. Pemicunya disebabkan dendam lama orang Yahudi yang di usir oleh Rasûlullâh s.a.w. dari Madinah dalam perang Bani Nadhir. Mereka diusir karena menghianati perjanjian yang dibuat dengan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sejumlah tokoh Yahudi Bani Nadhir dan Bani Wa’il berangkat ke Mekah mengajak musyrikin Quraisy memerangi Rasûlullâh s.a.w.. Mereka meyakinkan kaum Quraisy : “Agama kalian lebih baik daripada agama Muhammad”. Kemudian Allah menurunkan ayat : “Apakah kamu tidak memperhatikan orang orang yang diberi bagian dari kitab, mereka mengimani sesembahan selain Allâh dan thagut, serta mengatakan kepada orang kafir (musyrik Mekah) bahwa jalan mereka lebih benar dari pada orang orang beriman”. (Q.S. An Nisâ’ (4) : 51)
Akhirnya pasukan sekutu berkekutan 10.000, karena pasukan terdiri dari berbagai kelompok, maka peperangan ini disebut perang Ahzâb (beberapa kelompok), komando tertinggi dipegang Abu sufyan. Sementara pasukan kaum Muslimin hanya berjumlah 3.000. orang.
Ketika berita persengkongkolan sampai ke Rasûlullâh s.a.w. beliau langsung merespon dengan melakukan persiapan, mengajak para sahabat bermusyawarah. Salah seorang shahabat bernama Salmân al Farisy mengusulkan agar menggali khandaq (parit) di sebelah utara Madinah yang merupakan satu satu jalan masuk ke Madinah. Ide brilian ini disetujui Rasûlullâh s.a.w. dan para sahabat lainnya.
Kemudian penggalian khandaq (parit) pun dilaksanakan, ini merupakan penggalian parit pertama dalam sejarah Arab, waktu yang dibutuhkan untuk penggalian sekitar 6 sampai 24 hari.      
Pasca penggalian parit Rasûlullâh s.a.w. memerintahkan agar para wanita dan anak kecil ditempatkan di salah satu benteng terkuat di Madinah milik Bani Haritsah dan beliau menunjuk Abdullah bin Ummi maktum untuk menggantikannya di Madinah selama peperangan.
Kemudian Rasûlullâh s.a.w. memerintah para shahabat untuk membelakangi gunung Sila’, menghadap khandaq sekaligus sebagai penghalang mereka dari pasukan sekutu.

Kamis, 07 Juni 2018


ETIKA BERTAMU

Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. (Q.S. An Nur (24) : 27)
   
Begitu lengkap dan sempurnanya ajaran agama Islam, sehingga tidak hanya memberikan tuntunan beribadah kepada Allah saja, tetapi cara bertamupun diajarkan pula.
Mengapa demikian rinci agama memberikan tuntunan cara bertamu ?. Bukankah rumah merupakan milik seseorang yang harus dijaga haqnya, keberadaan dan kerahasiaannya ?!. Untuk itu agama memberikan tuntunan dengan cara : memberi salam dan meminta izin memasukinya.

PENUH HIKMAH
Melihat rincinya tuntunan seakan ajaran agama ribet dan menyulitkan, pada  hal ajaran agama justru memudahkan dan penuh hikmah :“Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah”. (Q.S. Thaha (20) : 2). Dengan demikian jelas bahwa tuntunan agama diturunkan tidak untuk membuat susah apalagi menyulitkan.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Q.S. Al Anbiya (21) : 107). Bahkan tuntunan agama merupakan rahmat, tidak hanya untuk manusia bahkan untuk segenap alam.

1. MENGUCAPKAN SALAM
Ketika ziyarah (berkunjung) ada etika yang harus dilakukan, diantaranya memberi salam kepada penghuninya juga meminta izin untuk memasukinya.
“Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat”. (Q.S. An Nuur (24) : 27).
Dari Kildah ibn al Hambal r.a. dia berkata : “Aku mendatangi Rasu
lullah s.a.w. lalu aku masuk ke rumahnya tanpa mengucap salam. Maka Rasulullah s.a.w. bersabda : “Keluar dan ulangi lagi dengan mengucapkan ‘assalamu’alaikum boleh aku masuk ?”. (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi)

2.MINTA IZIN
Rasulullah s.a.w. mengajarkan bahwa batasan untuk meminta izin bertamu maksimal tiga kali. Dari Abu Musa Al Asy’ary r.a. dia berkata : “Rasulullah s.a.w. bersabda : “Minta izin masuk rumah itu tiga kali, jika diizinkan untuk kamu (masuklah) dan jika tidak maka pulanglah !”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Rumah adalah haq mutlak pemiliknya, mengizinkan dan tidaknya merupakan haq pemilik rumah, untuk itu mohon hati hati dan bersabar bila tidak diizinkan masuk, mengapa ?. Bukankah rumah dan keadaan isinya, mungkin banyak rahasia yang mungkin tidak boleh diketahui orang lain !. Untuk itu agama menjaga kerahasiannya.
Termasuk ketika mengucapkan salam, bila sampai 3 kali tidak ada sahutan (jawaban) dari tuan rumah maka seharusnya kembali. 

3. KETUKAN TAK MENGGANGGU
Begitu telitinya para sahabat dalam mengamalkan etika bertamu, sampai cara mengetukpun berhati hati, artinya tidak mengetuk dengan keras dan kasar, yang bisa membuat si empunya rumah kaget tak karuan.Anas bin Malik r.a. :Kami di masa Nabi s.a.w. mengetuk pintu dengan kuku kuku”. (H.R. Bukhari). Dengan cara lembut dan halus tidak akan mengganggu tuan rumah yang mungkin sedang istirahat (tidur). Demikian santunnya tuntunan agama sehingga tuan rumah tidak terganggu keberadaannya.

4.TIDAK MENGHADAP PINTU
Bahkan ketika bertamupun ada tuntunan lagi yang jarang difahami, yakni tidak langsung berada pas didepan pintu (agak menyamping).
Dari Abdullah bin Bisyr ia berkata : “Adalah Rasulullah s.a.w. apabila mendatangi pintu suatu kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya di depan pintu, tetapi berada di sebelah kanan atau kirinya dan mengucapkan assalaANmu’alaikum… assalamu’alaikum…”. (H.R. Abu Dawud).
Posisi ini diajarkan Rasulullah s.a.w. mungkin si tuan rumah belum siap dan belum rapi keadaannya (mungkin posisi bajunya dan lain lain), sehingga tak
membuat  tuan rumah malu. 

5. TIDAK MENGINTIP
Terkadang bahkan sering terjadi, ketika setelah mengucapkan salam kok tidak ada jawaban dari tuan rumah, kemudian dengan entengnya mengintai intai keadaan rumah, hal ini sebenarnya sangat terlarang !. Namun karena kurang memahami tuntunan agama banyak yang melakukannya.
Begitu tinggi nilai menutup rahasia rumah tangga, begitu besar dosa mengintai keadaan rumah orang lain, sampai Rasulullah s.a.w. mengizinkan melakukan tindakan cukup keras sebagaimana sabdanya : “Andaikan ada orang melihatmu di rumah tanpa izin, engkau melemparnya dengan batu kecil lalu kamu cungkil matanya, maka tidak ada dosa bagimu”. (H.R. Bukhari)
Begitu jelek dan hinanya mengintai (ngintip) keadaan rumah orang lain, sehingga Rasulullah s.a.w. mengizinkan untuk melempar dengan batu bahkan mencungkil matanya. Demikian tinggi penghargaan agama terhadap haq dan kerahasian rumah tangga !.

HATI HATI !
Bahkan dilain kesempatan ketika ada seseorang yang mengintai rumah beliau, dengan sigapnya beliau bersiap dengan busur anak panah, ini menandakan betapa geram dan tidak sukanya beliau kepada yang suka mengintai ngintai rumah orang lain. 
“Dari Anas bin Malik r.a. sesungguhnya ada seorang laki laki mengintip sebagian kamar Nabi s.a.w. lalu Nabi berdiri menuju kepadanya dengan membawa anak panah yang lebar atau beberapa anak panah yang lebar dan seakan akan aku melihat beliau menanti peluang untuk menusuk orang itu”. (H.R. Bukhari)

IKUTI  TUNTUNAN AGAMA SECARA TOTAL
“Hai orang orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan dan janganlah kamu turut langkah langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. Al Baqarah (2) : 208). Dengan demikian jelas bahwa tuntunan agama tidak hanya sebatas  berhubungan dengan Allah saja, tetapi hubungan dengan manusia harus diperhatikan dan dijaga juga, jika tidak akan ditimpa kehinaan baik di dunia (dijauhi, dibenci, tidak dihormati), apalagi di akherat kelak.  .   
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia ……”. (Q.S. Ali Imran (3) : 112). Semoga kita berhati hati dan tidak sembrono dalam mengamalkan ajaran agama Nya.  


KISAH TAULADAN

bUDAK YANG IKUT MEMANDIKAN JASAD RASULULLAH

Saat Nabi Muhammad s.a.w. berusia 63 tahun (12 Rabiul Awal), Allah memanggilnya untuk meninggalkan dunia selama lamanya.     Saat itu umat Islam di seluruh penjuru dunia diliputi kesedihan. Ada yang ikhlas, ada juga yang tak menerima kenyataan tersebut, seperti Umar bin Khattab. "Siapa yang bilang Rasulullah sudah wafat, akan aku tebas batang lehernya!" ancam Umar. Namun akhirnya Umar bisa menerima keputusan Allah tersebut.
Tak sedikit sahabat dan umat Rasulullah s.a.w. yang bersedia  memandikan manusia paling agung di dunia tersebut. Salah satu yang beruntung adalah Syuqran seorang budak.
Dikutip dari buku Bilik bilik Cinta Muhammad, karya Nizar Abazhah mengungkapkan, tak sedikit sahabat yang dicegah mendatangi prosesi pemandian tersebut. Namun Syuqran berhasil menjadi bagian dari prosesi tersebut.
Hal ini menjadi kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri bagi Syuqran. Selain memandikan, Syuqran juga ikut turun ke liang lahat kekasih Allah tersebut saat prosesi pemakaman.
Dia bentangkan pada jenazah Beliau beludru yang biasa dipakai untuk sajadah salat sambil berkata : "Demi Allah takkan ada lagi yang memakai (beludru) ini peninggalanmu Rasulullah".

MUTIARA DO’A
DO’A KELUAR RUMAH
               Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barang siapa yang keluar dari rumahnya lalu berdo’a” :
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
BISMILLAAHI TAWAKKALTU  ‘ALALLOH  LAA HAULA  WALAA  QUWWATA ILLAA BILLAAH

(Dengan nama Allah aku berserah kepada Nya, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).Niscaya pada saat itu dikatakan kepada Nya : “Aku mencukupkanmu, Aku menjagamu, Aku memberikan petunjuk kepadamu dan menyelamatkanmu dari gangguan syetan. (H.R. Abu Daud)





BAHAYA DUSTA !

"Maka jauhilah olehmu berhala berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan perkataan dusta ".  ( Q.S. AL Hajj (22) : 30 )
              
Berkat kemajuan tehnologi maka dalam berkomunikasi sangat dimudahkan, jika dulu untuk berhubungan perlu datang berkunjung, dengan ditemukannya pesawat telefon bisa langsung berbicara tanpa harus datang berkunjung. Dengan demikian keberadaan pesawat telefon bisa menghemat waktu, tenaga dan biaya.   
Apalagi seiring kemajuan zaman, ditemukan lagi pesawat H.P. komunikasi jadi makin mudah dilakukan, karena H.P. bisa dibawa kesana kemari, bahkan bisa berkomunikasi dengan lawan bicara dimanapun berada.
Nah dari cara bertutur kata, pribadi seseorang bisa diduga dan ditentukan. Kiranya benar pepatah yang  mengatakan : Berkata itu perak, diam itu emas. Semakin banyak kata terluncur dari lIsan, semakin mudah orang menilai dan menentukan. Namun sulit menilai bagi sipendiam.

KAITAN IMAN DAN LESAN
Mengingat pentingnya peran lisan, sampai Nabi s.a.w. mengingatkan, bahkan sampai dikaitkan dengan masalah iman :
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari ahir, maka hendaklah
berkata yang baik atau diam".  (H.R. Muslim)             
Begitu teliti Nabi s.a.w. mengajarkan, sampai masalah perkataan dikaitkan dengan iman dan hari kebangkitan, artinya setiap kata harus dijaga dan dihati hati ketika mengucapkan, karena kelak akan dimintai pertanggung jawaban dihari kebangkitan !.

KEBENARAN JADIKAN ACUAN
Dalam berbicara agar teliti dan ditata, kebenaran dalam berbicara harus tetap dijaga, agar dipercaya. Karena kepercayaan merupakan modal utama. Ingat kata pepatah : “Sekali lancung keujian selama hidup tak akan dipercaya”.
Begitu pentingnya berkata benar, sampai dikaitkan dengan masalah iman dan taqwa. Maka beruntunglah bagi yang bisa dan selalu menjaga lidah.   "Hai orang orang yang beriman bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar". (Q.S. Al Ahzab (33) : 70)                                                                                                         
JANGAN DUSTA
Dalam berbicara jauhi dan hindari dusta, jangan coba membumbuinya agar nampak enak dan menarik dalam berbicara. Lebih baik jadi pendengar setia daripada berbicara tanpa titik koma, tetapi hampa tanpa makna.
Sembrono dalam berbicara sangat berbahaya, apalagi selalu menyampaikan tiap apa yang didengarnya, karena digolongkan sebagai pendusta.
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya Nabi s.a.w. bersabda : "Seseorang cukup dianggap berdusta kalau ia mengatakan segala apa yang didengarnya". (H .R Muslim)

BAHAYA DUSTA
1.DIGOLONGKAN MUNAFIK
Kebiasaan berdusta sangat merugikan, baik dari segi dunia apalagi kelak dihari kebangkitan. Kebiasaan dusta sangat membahayakan dalam pergaulan, karena dapat menimbulkan hilangnya kepercayaan, sehingga akan membuat sulit kehidupannya. Bukankah penipuan dan pemalsuan, berasal dari kebiasaan berdusta juga, yang berakibat sangat merugikan, meresahkan dan hilangnya kepercayaan. Sadarkah bahwa korupsi yang merugikan uang negara juga berasal dari prilaku dusta juga !. Begitu hina dan berbahayanya prilaku dusta, sampai digolongkan munafik.
"Ciri ciri munafiq ada tiga, jika berkata dusta dan jika berjanji ingkar  dan jika dipercaya   berkhianat".  (H.R. Bukhari Muslim). Tiga sifat ini biasanya saling berhubungan dan berkaitan, intinya dari kebiasaan berdusta.juga.

2. MERESAHKAN JIWA
Dusta membuat jiwa jadi tidak tenang, karena prilakunya tidak seirama dengan tuntutan nuraninya. Yang dilakukan bertentangan dengan jiwanya, bukankah fithrah jiwa selalu menuntut kejujuran dan kebenaran bukan dusta, penipuan dan penghianatan, yang membuat jiwa jadi resah. Nabi s.a.w. menyampaikan : "Sesungguhnya jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu menimbulkan kebimbangan (keresahan)".  (H.R. Turmudzi)

3. TERGOLONG DOSA BESAR
Dari Abu Bakrah r.a. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda : "Maukah kamu sekalian aku beritahu tentang sebesar besar dosa besar ?". Kami menjawab : "Baiklah wahai Rasulullah". Beliau bersabda : "Yaitu menyekutukan Allah, berani kepada kedua orang tua", waktu itu beliau masih bersandar, kemudian beliau duduk seraya bersabda : "Ingatlah : berkata dusta dan saksi palsu". Beliau selalu mengulang ulangnya sehingga kami berkata : "Semoga beliau lekas diam".  (H.R. Bukhari dan Muslim)
Begitu berbahayanya dusta termasuk kesaksian palsu, sehingga Nabi s.a.w. sampai mengulang beberapa kali. Bahkan Allah juga berfirman :"Dan orang orang yang tidak memberikan persaksian palsu dan apabila mereka bertemu dengan (orang orang) yang mengerjakan perbuatan perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Q.S. Al Furqon (25) : 72)

4. DOSA KECILNYA TAK TERAMPUNI
"jika kamu menjauhi dosa dosa besar di antara dosa dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan kesalahanmu (dosa dosa yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)". (Q.S.An Nisaa' 1).                                                                                                        
 Begitu besar resiko dusta, sampai dosa kecilnya tak diampuni.

DUSTA YANG DIPERBOLEHKAN
Dalam riwayat Muslim ada tambahan yaitu bahwasannya Ummu Kultsum berkata : "Saya tidak pernah mendengar Rasulullah s.a.w. memperbolehkan berdusta dalam segala sesuatu yang diucapkan kecuali dalam tiga hal yaitu : Dalam peperangan, mendamaikan persengketaan orang lain, serta pembicaraan suami kepada isterinya dan pembicaraan isteri kepada suaminya".

HIKMAH BERKATA BENAR
Setelah Allah berfirman dalam surat Al Ahzab 33 ayat 70 (menekankan kepada orang yang beriman agar berkata benar) kemudian dilanjutkan dengan firmannya : "Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan amalanmu dan mengampuni bagimu dosa dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar".  ( Q.S. Al Ahzab (33) :  71)
Dengan berkata benar, Allah akan memperbaiki amalannya, prilakunya akan selalu dibimbing Allah berkat selalu menjaga lisannya dan Allah juga akan mengampuni dosa dosanya dan akan mendapatkan kemenangan. Tinggi nian penghargaan bagi yang bisa menjaga hati dan lisan.


KIAH TAULADAN

ANAS BIN NADHAR PAHLAWAN PERANG UHUD

            Anas bin an Nadhar adalah Abu Amr Anas bin Nadhar bin Dakhm an Najjari al Khazraji al Anshari, merupakan paman Anas bin Malik r.a. pembantu Rasulullah s.a.w. Memeluk Islam setelah Rasulullah s.a.w. tiba di Madinah.
            Kemudian dia turut perang bersama Rasulullah s.a.w. dalam Perang Uhud di tahun berikutnya (setelah Perang Badar). Saad bin Muadz r.a. datang menemuinya dan berkata : “Wahai Abu Amr hendak kemana ?”.  Anas menjawab : “Ini dia kurasakan harum angin surga di balik Uhud”. Ia pun berperang hingga syahid di medan Uhud. Saat ditemukan jasadnya terdapat 80 an sobekan luka, tusukan tombak dan bekas anak panah yang menancap. Kata Anas bin Malik : “Bibiku ar Rubai’ binti an Nadhar berkata : Aku hampir tidak mengenali saudaraku kecuali melalui ruas ruas jarinya”.
           Dalam riwayat al Bukhari dari Anas bin Malik r.a. ia berkata : “Kami memandang ayat ini turun tentang Anas bin an Nadhar: “Di antara orang orang mukmin itu ada orang orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)”. (Q.S. Al Ahzab (33) : 23)
           Saat Perang Uhud berkecamuk, tersebar berita bahwa Nabi s.a.w. gugur. Anas bin an Nadhar terus berperang. Ia melihat Umar dan beberapa orang bersamanya sedang terduduk. Ia berkata : “Kenapa kalian duduk (bersedih) ?”, Mereka menjawab : “Rasulullah s.a.w. telah terbunuh”.
           “Jika begitu, apalagi yang akan kalian perbuat mengisi hidup setelah beliau wafat ?, berdirilah !, gugurlah dengan cara beliau meninggalkan dunia !”. Kata Anas membakar semangat para sahabat. Kemudian Anas menghunuskan pedangnya hingga ia gugur dalam Perang Uhud.




KEUTAMAAN INFAQ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang orang yang bertaqwa. (Yaitu) orang orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit dan orang orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Dan Allah menyukai orang orang yang berbuat kebajikan”. (Q.S. Ali Imran (3) : 133-134) 
               
Agama Islam tidak hanya mengajarkan cara beribadah kepada Allah saja, namun diajarkan pula cara mengatur harta dengan cara berinfaq, sehingga harta tidak hanya dimonopoli dan dinikmati sendiri, tetapi juga harus dibagi.
Begitu tingginya nilai berinfaq sampai digolongkan menjadi orang bertaqwa yang akan menghuni syurga.
Menafkahkan harta memang berat bagi yang kikir alias bakhil. Oleh karena itu agama memberi tuntunan agar menjauhi kebakhilan, karena akan membuat rusaknya jiwa (jiwa jadi tegang, was was bahkan suka curiga), membuat jauhnya hubungan dan dibencinya semua orang (lingkungan).

BERUNTUNG
Oleh karena itu agama mengajarkan agar menjauhi sifat bakhil agar mendapat keberuntungan. “……..Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung". (Q.S. Al Hasyr (59) : 9)

BUKTI KEIMANAN
Bukti keimanan seseorang bukan hanya karena tekunnya beribadah kepada Allah belaka (sholat, puasa, ibadah haji), tetapi sikap sosial, sikap perduli, menyantuni dan menyayangi, itu merupakan burhan (bukti) buah keimanan seseorang. Rasulullah bersabda"Sedekah adalah menjadi burhan (bukti)". (H.R. Muslim)

MENGHAPUS DOSA
Begitu tinggi nilai sedekah (infaq) sehingga bisa menghapus dosa.         Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api“. (H.R. At Tirmidzi).

TERJAGA DARI API NERAKA
Karena mulia dan tingginya nilai bersedekah sehingga dapat menjauhkan pula dari siksa api neraka yang luar bisa panasnya. Nabi bersabda : Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir kurma. (H.R. Muttafaqun ‘alaih)

MEMADAMKAN API SIKSA KUBUR
Karena begitu tingginya nilai sedekah (infaq) bahkan sampai bisa memadamkan api siksa dialam kubur. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur”. (H.R. Thabrani)           

DILIPATKAN 700 KALI
Allah sebagai Dzat Yang Maha Pemurah dalam memberi pahala bagi yang suka mendermakan hartanya, sangat luar biasa dalam membalasnya, sampai dilipatkan 700 kali dari harta yang diinfakkan.
Perumpamaan orang orang yang mendermakan (shodaqoh) harta bendanya di jalan Allah, seperti (orang yang menanam) sebutir biji yang menumbuhkan tujuh untai dan tiap tiap untai terdapat seratus biji dan Allah melipat gandakan (balasan) kepada orang yang dikehendaki dan Allah Maha Luas (anugrah Nya) lagi Maha Mengetahui“. (Q.S. Al Baqoroh (2) : 261)
Suatu hari, seorang lelaki datang menemui Rasulullah s.a.w. sambil menuntun unta dia berkata : "Ya Rasulullah unta ini saya infakkan di jalan Allah". Beliau bersabda : "Pada hari Kiamat kelak engkau akan mendapatkan 700 unta seperti ini".

MERAHASIAKAN INFAQNYA             
“Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya”. (H.R.Bukhari). 

Begitu tinggi penghargaan Allah terhadap orang yang suka berinfak secara rahasia, sehingga kelak akan dinaungi di hari kebangkitan yang panasnya luar biasa, dimana tidak ada naungan kecuali naungan Nya.


HARTA JADI BAROKAH

Walau secara matematis harta berkurang ketika disedekahkan, namun pada hakekatnya tidak berkurang. Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.  (H.R. Muslim)
Ternyata banyak terbukti dan terjadi bahwa tidak ada orang jadi jatuh miskin lantaran suka berinfak, justru hartanya makin berlimpah karena nilai kebarokahan dibaliknya.

DIPANGGIL KE SYURGA LEWAT PINTU KHUSUS
Karena keutamaan berinfak, sampai kelak akan dipanggil oleh salah satu pintu syurga. “Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu syurga : “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan. (H.R. BukharI Muslim)

MENGHINDARKAN SETAN DALAM JUAL BELII
Dalam berjual beli sering terjadi ketidak jujuran, kecurangan, penipuan  sehingga menimbulkan pertikaian, agar terhindar dari masalah ini maka hendaknya jangan lupa dalam berjual beli dihiasi dengan sedekah. “Wahai para pedagang sesungguhnya setan dan dosa keduanya hadir dalam jual beli, maka hiasilah jual beli kalian dengan sedekah”.  (H.R. Tirmidzi)

YANG HALAL
Karena sedekah merupakan amal kebaikan, maka dalam melaksanakannya harus berasal dari sumber yang baik pula (halal). Karena sesuatu yang halal sangat berharga di sisi Allah, sampai Allah menerima dengan tangan kanan Nya. Dari Abu Huraira r.a. ia berkata : “Rasulullah s.a.w. bersabda : “Siapa yang bersedekah dengan sebiji korma yang berasal dari usahanya yang halal dan baik, maka sesungguhnya Allah menerima sedekah tersebut dengan tangan kanan Nya kemudian Allah menjaga dan memeliharnya untuk pemiliknya seperti seseorang di antara kalian yang menjaga dan memelihara anak kudanya. Hingga sedekah tersebut menjadi sebesar gunung”. (H.R. Muttafaq’alaih).
Maka dalam bersedekah jangan coba coba dari hasil yang haram. Bukankah masih ada yang beranggapan bahwa dengan berinfak walau dengan hasil yang haram masih bisa diterima, sehingga dengan sembrononya tetap melakukan kecurangan (pemalsuan, mengurangi timbangan, korupsi dll) dengan harapan bahwa sebagian hasil kecurangannya akan diinfakkan, agar dapat menghapus kecurangan yang dilakukan. Ini jelas pemahaman yang salah !!!.

DISEMPURNAKAN BALASANNYA
Berinfak yang didasari hanya mengharap ridlo Allah (bukan mengharap pujian / penghargaan), maka kelak akan menerima balasan yang sempurna. "Dan kamu tidak menafkahkan, melainkan karena mencari keridhaan Allah dan sesuatu yang kamu belanjakan, kelak akan disempurnakan balasannya sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya". (Q.S. AI Baqarah (2) : 272) 

KISAH TAULADAN

SEHAT JASMANI RUHANI DAN LINGKUNGAN
Profesor Doctor Zakiyah Darojat dalam bukunya “Islam dan kesehatan mental” memaparkan bahwa pengertian sehat menurut W.H.O. (Badan kesehatan dunia dibawah naungan P.B.B.) meliputi tiga aspek : sehat jasmani, sehat ruhani dan sehat lingkungan.
Sehat jasmani sudah sama difahami, namun ternyata masih ada aspek lagi yang perlu diketahui, yakni sehat ruhani. Ternyata sehat jasmani saja tidak cukup memenuhi. Apalah arti sehat jasmani bila tidak dapat mengendalikan diri, sehingga membuat onar disana sini, karena masih suka mendzalimi, ini akibat bila hanya memperhatikan kesehatan jasmani, tanpa memperdulikan kesehatan ruhani !.
Bahkan tak cukup hanya sehat jasmani dan ruhani saja, bahkan lingkunganpun harus sehat  sekali. Apalah artinya bila sehat jasmani dan ruhani, bila lingkungan sekitar tidak sehat menyertai, berakibat membuat resah dan tak nyaman dihati.   
Para pakar kesehatan W.H.O. pada tahun 1959, merumuskan bahwa orang yang memiliki sehat mental atau ruhani memiliki delapan ciri : 1. Ia dapat menyesuaikan secara konstruktif pada kenyataan meskipun kenyataan itu buruk. 2. Ia dapat memperoleh kepuasan dari perjuangan. 3. Ia merasa lebih puas untuk memberi daripada  menerima. 4. Secara relatif ia bebas dari rasa tegang dan cemas. 5. Ia dapat berhubungan dengan orang orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan. 6. Ia dapat menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran untuk hari kemudian. 7. Ia dapat menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif. 8. Ia mempunyai daya kasih sayang yang besar dan yang penting juga mempunyai keinginan untuk disayangi.
R  Rumusan tersebut dipaparkan para ahli kesehatan pada Abad 20,       karena luas dan sempurnanya ajaran Islam, hal tersebut sudah diajarkan sejak 14 abad silam, bahkan diikuti dengan ketauladanan sang Nabi akhir zaman.

Bukankah dalam ibadah puasa misalnya, diajarkan berlapar dan dahaga, agar bisa menumbuhkan rasa kasih sayang kepada si miskin ?. Bukankah dalam berpuasa ditekankan pula semangat berinfaq (bukan meminta) ?. Bukankah dalam berpuasa dituntunkan agar menjaga dari sikap tak terpuji ?. Dengan demikian bila ibadah dilaksanakan menurut tuntunan maka jelas akan membuahkan jiwa jadi tenteram dan bahagia, sikap yang menumbuhkan kesehatan jiwa dan lingkungan sekitarnya !. Subhaanallaah.