Kamis, 07 Juni 2018




BAHAYA DUSTA !

"Maka jauhilah olehmu berhala berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan perkataan dusta ".  ( Q.S. AL Hajj (22) : 30 )
              
Berkat kemajuan tehnologi maka dalam berkomunikasi sangat dimudahkan, jika dulu untuk berhubungan perlu datang berkunjung, dengan ditemukannya pesawat telefon bisa langsung berbicara tanpa harus datang berkunjung. Dengan demikian keberadaan pesawat telefon bisa menghemat waktu, tenaga dan biaya.   
Apalagi seiring kemajuan zaman, ditemukan lagi pesawat H.P. komunikasi jadi makin mudah dilakukan, karena H.P. bisa dibawa kesana kemari, bahkan bisa berkomunikasi dengan lawan bicara dimanapun berada.
Nah dari cara bertutur kata, pribadi seseorang bisa diduga dan ditentukan. Kiranya benar pepatah yang  mengatakan : Berkata itu perak, diam itu emas. Semakin banyak kata terluncur dari lIsan, semakin mudah orang menilai dan menentukan. Namun sulit menilai bagi sipendiam.

KAITAN IMAN DAN LESAN
Mengingat pentingnya peran lisan, sampai Nabi s.a.w. mengingatkan, bahkan sampai dikaitkan dengan masalah iman :
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari ahir, maka hendaklah
berkata yang baik atau diam".  (H.R. Muslim)             
Begitu teliti Nabi s.a.w. mengajarkan, sampai masalah perkataan dikaitkan dengan iman dan hari kebangkitan, artinya setiap kata harus dijaga dan dihati hati ketika mengucapkan, karena kelak akan dimintai pertanggung jawaban dihari kebangkitan !.

KEBENARAN JADIKAN ACUAN
Dalam berbicara agar teliti dan ditata, kebenaran dalam berbicara harus tetap dijaga, agar dipercaya. Karena kepercayaan merupakan modal utama. Ingat kata pepatah : “Sekali lancung keujian selama hidup tak akan dipercaya”.
Begitu pentingnya berkata benar, sampai dikaitkan dengan masalah iman dan taqwa. Maka beruntunglah bagi yang bisa dan selalu menjaga lidah.   "Hai orang orang yang beriman bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar". (Q.S. Al Ahzab (33) : 70)                                                                                                         
JANGAN DUSTA
Dalam berbicara jauhi dan hindari dusta, jangan coba membumbuinya agar nampak enak dan menarik dalam berbicara. Lebih baik jadi pendengar setia daripada berbicara tanpa titik koma, tetapi hampa tanpa makna.
Sembrono dalam berbicara sangat berbahaya, apalagi selalu menyampaikan tiap apa yang didengarnya, karena digolongkan sebagai pendusta.
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya Nabi s.a.w. bersabda : "Seseorang cukup dianggap berdusta kalau ia mengatakan segala apa yang didengarnya". (H .R Muslim)

BAHAYA DUSTA
1.DIGOLONGKAN MUNAFIK
Kebiasaan berdusta sangat merugikan, baik dari segi dunia apalagi kelak dihari kebangkitan. Kebiasaan dusta sangat membahayakan dalam pergaulan, karena dapat menimbulkan hilangnya kepercayaan, sehingga akan membuat sulit kehidupannya. Bukankah penipuan dan pemalsuan, berasal dari kebiasaan berdusta juga, yang berakibat sangat merugikan, meresahkan dan hilangnya kepercayaan. Sadarkah bahwa korupsi yang merugikan uang negara juga berasal dari prilaku dusta juga !. Begitu hina dan berbahayanya prilaku dusta, sampai digolongkan munafik.
"Ciri ciri munafiq ada tiga, jika berkata dusta dan jika berjanji ingkar  dan jika dipercaya   berkhianat".  (H.R. Bukhari Muslim). Tiga sifat ini biasanya saling berhubungan dan berkaitan, intinya dari kebiasaan berdusta.juga.

2. MERESAHKAN JIWA
Dusta membuat jiwa jadi tidak tenang, karena prilakunya tidak seirama dengan tuntutan nuraninya. Yang dilakukan bertentangan dengan jiwanya, bukankah fithrah jiwa selalu menuntut kejujuran dan kebenaran bukan dusta, penipuan dan penghianatan, yang membuat jiwa jadi resah. Nabi s.a.w. menyampaikan : "Sesungguhnya jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu menimbulkan kebimbangan (keresahan)".  (H.R. Turmudzi)

3. TERGOLONG DOSA BESAR
Dari Abu Bakrah r.a. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda : "Maukah kamu sekalian aku beritahu tentang sebesar besar dosa besar ?". Kami menjawab : "Baiklah wahai Rasulullah". Beliau bersabda : "Yaitu menyekutukan Allah, berani kepada kedua orang tua", waktu itu beliau masih bersandar, kemudian beliau duduk seraya bersabda : "Ingatlah : berkata dusta dan saksi palsu". Beliau selalu mengulang ulangnya sehingga kami berkata : "Semoga beliau lekas diam".  (H.R. Bukhari dan Muslim)
Begitu berbahayanya dusta termasuk kesaksian palsu, sehingga Nabi s.a.w. sampai mengulang beberapa kali. Bahkan Allah juga berfirman :"Dan orang orang yang tidak memberikan persaksian palsu dan apabila mereka bertemu dengan (orang orang) yang mengerjakan perbuatan perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Q.S. Al Furqon (25) : 72)

4. DOSA KECILNYA TAK TERAMPUNI
"jika kamu menjauhi dosa dosa besar di antara dosa dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan kesalahanmu (dosa dosa yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)". (Q.S.An Nisaa' 1).                                                                                                        
 Begitu besar resiko dusta, sampai dosa kecilnya tak diampuni.

DUSTA YANG DIPERBOLEHKAN
Dalam riwayat Muslim ada tambahan yaitu bahwasannya Ummu Kultsum berkata : "Saya tidak pernah mendengar Rasulullah s.a.w. memperbolehkan berdusta dalam segala sesuatu yang diucapkan kecuali dalam tiga hal yaitu : Dalam peperangan, mendamaikan persengketaan orang lain, serta pembicaraan suami kepada isterinya dan pembicaraan isteri kepada suaminya".

HIKMAH BERKATA BENAR
Setelah Allah berfirman dalam surat Al Ahzab 33 ayat 70 (menekankan kepada orang yang beriman agar berkata benar) kemudian dilanjutkan dengan firmannya : "Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan amalanmu dan mengampuni bagimu dosa dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar".  ( Q.S. Al Ahzab (33) :  71)
Dengan berkata benar, Allah akan memperbaiki amalannya, prilakunya akan selalu dibimbing Allah berkat selalu menjaga lisannya dan Allah juga akan mengampuni dosa dosanya dan akan mendapatkan kemenangan. Tinggi nian penghargaan bagi yang bisa menjaga hati dan lisan.


KIAH TAULADAN

ANAS BIN NADHAR PAHLAWAN PERANG UHUD

            Anas bin an Nadhar adalah Abu Amr Anas bin Nadhar bin Dakhm an Najjari al Khazraji al Anshari, merupakan paman Anas bin Malik r.a. pembantu Rasulullah s.a.w. Memeluk Islam setelah Rasulullah s.a.w. tiba di Madinah.
            Kemudian dia turut perang bersama Rasulullah s.a.w. dalam Perang Uhud di tahun berikutnya (setelah Perang Badar). Saad bin Muadz r.a. datang menemuinya dan berkata : “Wahai Abu Amr hendak kemana ?”.  Anas menjawab : “Ini dia kurasakan harum angin surga di balik Uhud”. Ia pun berperang hingga syahid di medan Uhud. Saat ditemukan jasadnya terdapat 80 an sobekan luka, tusukan tombak dan bekas anak panah yang menancap. Kata Anas bin Malik : “Bibiku ar Rubai’ binti an Nadhar berkata : Aku hampir tidak mengenali saudaraku kecuali melalui ruas ruas jarinya”.
           Dalam riwayat al Bukhari dari Anas bin Malik r.a. ia berkata : “Kami memandang ayat ini turun tentang Anas bin an Nadhar: “Di antara orang orang mukmin itu ada orang orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)”. (Q.S. Al Ahzab (33) : 23)
           Saat Perang Uhud berkecamuk, tersebar berita bahwa Nabi s.a.w. gugur. Anas bin an Nadhar terus berperang. Ia melihat Umar dan beberapa orang bersamanya sedang terduduk. Ia berkata : “Kenapa kalian duduk (bersedih) ?”, Mereka menjawab : “Rasulullah s.a.w. telah terbunuh”.
           “Jika begitu, apalagi yang akan kalian perbuat mengisi hidup setelah beliau wafat ?, berdirilah !, gugurlah dengan cara beliau meninggalkan dunia !”. Kata Anas membakar semangat para sahabat. Kemudian Anas menghunuskan pedangnya hingga ia gugur dalam Perang Uhud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar