BAHAYA DUSTA !
"Maka
jauhilah olehmu berhala berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan perkataan
dusta ". ( Q.S. AL Hajj (22) : 30 )
Berkat kemajuan tehnologi maka dalam
berkomunikasi sangat dimudahkan, jika dulu untuk berhubungan perlu datang
berkunjung, dengan ditemukannya pesawat telefon bisa langsung berbicara tanpa
harus datang berkunjung. Dengan demikian keberadaan pesawat telefon bisa
menghemat waktu, tenaga dan biaya.
Apalagi seiring kemajuan zaman,
ditemukan lagi pesawat H.P. komunikasi jadi makin mudah dilakukan, karena H.P.
bisa dibawa kesana kemari, bahkan bisa berkomunikasi dengan lawan bicara
dimanapun berada.
Nah dari cara bertutur kata,
pribadi seseorang bisa diduga dan ditentukan. Kiranya benar pepatah yang mengatakan : Berkata itu perak, diam itu
emas. Semakin banyak kata terluncur dari lIsan, semakin mudah orang menilai
dan menentukan. Namun sulit menilai bagi sipendiam.
KAITAN
IMAN DAN LESAN
Mengingat pentingnya peran lisan,
sampai Nabi s.a.w. mengingatkan, bahkan sampai dikaitkan dengan masalah iman :
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari ahir, maka hendaklah
berkata yang
baik atau diam". (H.R. Muslim)
Begitu teliti Nabi s.a.w.
mengajarkan, sampai masalah perkataan dikaitkan dengan iman dan hari
kebangkitan, artinya setiap kata harus dijaga dan dihati hati ketika
mengucapkan, karena kelak akan dimintai pertanggung jawaban dihari kebangkitan
!.
KEBENARAN
JADIKAN ACUAN
Dalam berbicara agar teliti dan
ditata, kebenaran dalam berbicara harus tetap dijaga, agar dipercaya. Karena
kepercayaan merupakan modal utama. Ingat kata pepatah : “Sekali lancung
keujian selama hidup tak akan dipercaya”.
Begitu pentingnya berkata benar,
sampai dikaitkan dengan masalah iman dan taqwa. Maka beruntunglah bagi yang
bisa dan selalu menjaga lidah. "Hai
orang orang yang beriman bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan
yang benar". (Q.S.
Al Ahzab (33) : 70)
JANGAN DUSTA
Dalam
berbicara jauhi dan hindari dusta, jangan coba membumbuinya agar nampak enak
dan menarik dalam berbicara. Lebih baik jadi pendengar setia daripada berbicara
tanpa titik koma, tetapi hampa tanpa makna.
Sembrono dalam berbicara sangat berbahaya,
apalagi selalu menyampaikan tiap apa yang didengarnya, karena digolongkan
sebagai pendusta.
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya Nabi s.a.w.
bersabda : "Seseorang cukup dianggap berdusta kalau ia mengatakan segala
apa yang didengarnya". (H .R Muslim)
BAHAYA
DUSTA
1.DIGOLONGKAN
MUNAFIK
Kebiasaan berdusta sangat merugikan, baik dari
segi dunia apalagi kelak dihari kebangkitan. Kebiasaan dusta sangat
membahayakan dalam pergaulan, karena dapat menimbulkan hilangnya kepercayaan,
sehingga akan membuat sulit kehidupannya. Bukankah penipuan dan pemalsuan, berasal
dari kebiasaan berdusta juga, yang berakibat sangat merugikan, meresahkan dan
hilangnya kepercayaan. Sadarkah bahwa korupsi yang merugikan uang negara juga
berasal dari prilaku dusta juga !. Begitu hina dan berbahayanya prilaku dusta,
sampai digolongkan munafik.
"Ciri ciri munafiq ada tiga, jika berkata dusta dan jika
berjanji ingkar dan jika dipercaya berkhianat". (H.R. Bukhari Muslim). Tiga sifat ini biasanya saling
berhubungan dan berkaitan, intinya dari kebiasaan berdusta.juga.
2.
MERESAHKAN JIWA
Dusta membuat jiwa jadi tidak tenang, karena
prilakunya tidak seirama dengan tuntutan nuraninya. Yang dilakukan bertentangan
dengan jiwanya, bukankah fithrah jiwa selalu menuntut kejujuran dan kebenaran
bukan dusta, penipuan dan penghianatan, yang membuat jiwa jadi resah. Nabi
s.a.w. menyampaikan : "Sesungguhnya
jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu menimbulkan kebimbangan
(keresahan)". (H.R. Turmudzi)
3. TERGOLONG DOSA
BESAR
Dari Abu Bakrah r.a. berkata,
Rasulullah s.a.w. bersabda : "Maukah kamu sekalian aku beritahu tentang
sebesar besar
dosa besar ?". Kami menjawab : "Baiklah wahai Rasulullah". Beliau
bersabda : "Yaitu menyekutukan Allah, berani kepada kedua orang tua",
waktu itu beliau masih bersandar, kemudian beliau duduk seraya bersabda :
"Ingatlah : berkata dusta dan saksi palsu". Beliau selalu mengulang ulangnya sehingga kami berkata : "Semoga
beliau lekas diam". (H.R. Bukhari
dan Muslim)
Begitu berbahayanya dusta termasuk kesaksian
palsu, sehingga Nabi s.a.w. sampai mengulang beberapa kali. Bahkan Allah juga
berfirman :"Dan
orang orang yang tidak memberikan persaksian palsu dan apabila mereka bertemu
dengan (orang orang) yang mengerjakan perbuatan perbuatan yang tidak berfaedah,
mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya“. (Q.S. Al Furqon
(25)
: 72)
4. DOSA KECILNYA TAK TERAMPUNI
"jika kamu menjauhi dosa dosa
besar di antara dosa dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus
kesalahan kesalahanmu (dosa dosa yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat
yang mulia (surga)". (Q.S.An Nisaa' 1).
Begitu
besar resiko dusta, sampai dosa kecilnya tak diampuni.
DUSTA
YANG DIPERBOLEHKAN
Dalam riwayat Muslim ada
tambahan yaitu bahwasannya Ummu Kultsum berkata : "Saya tidak pernah
mendengar Rasulullah s.a.w. memperbolehkan berdusta dalam segala sesuatu yang
diucapkan kecuali dalam tiga hal yaitu : Dalam peperangan, mendamaikan
persengketaan orang lain, serta pembicaraan suami kepada isterinya dan
pembicaraan isteri kepada suaminya".
HIKMAH
BERKATA BENAR
Setelah Allah berfirman dalam surat Al Ahzab 33 ayat 70 (menekankan kepada
orang yang beriman agar berkata benar) kemudian dilanjutkan dengan firmannya : "Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan amalanmu dan mengampuni bagimu dosa dosamu. Dan barangsiapa
mentaati Allah dan Rasul Nya,
maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar". ( Q.S. Al Ahzab (33) : 71)
Dengan
berkata benar, Allah akan memperbaiki amalannya, prilakunya akan selalu
dibimbing Allah berkat selalu menjaga lisannya dan Allah juga akan mengampuni
dosa dosanya dan akan mendapatkan kemenangan. Tinggi nian penghargaan bagi yang
bisa menjaga hati dan lisan.
KIAH
TAULADAN
ANAS BIN NADHAR PAHLAWAN PERANG
UHUD
Anas bin an Nadhar adalah Abu Amr
Anas bin Nadhar bin Dakhm an Najjari al Khazraji al Anshari, merupakan paman Anas bin Malik r.a. pembantu Rasulullah
s.a.w. Memeluk Islam setelah Rasulullah s.a.w. tiba di Madinah.
Kemudian dia turut perang bersama Rasulullah s.a.w. dalam Perang Uhud di tahun berikutnya
(setelah Perang Badar). Saad bin Muadz r.a. datang menemuinya dan berkata : “Wahai Abu Amr hendak kemana ?”.
Anas menjawab : “Ini dia kurasakan harum angin surga
di balik Uhud”. Ia pun berperang hingga syahid di medan Uhud. Saat ditemukan jasadnya terdapat 80 an sobekan luka, tusukan tombak dan bekas anak panah
yang menancap. Kata Anas bin Malik : “Bibiku ar Rubai’ binti an Nadhar berkata : “Aku hampir tidak mengenali saudaraku kecuali melalui ruas ruas jarinya”.
Dalam riwayat al Bukhari dari Anas bin Malik r.a. ia berkata : “Kami memandang ayat ini turun tentang Anas bin an Nadhar” : “Di antara orang orang
mukmin itu ada orang orang yang menepati
apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada
(pula) yang menunggu nunggu dan mereka
tidak merubah (janjinya)”. (Q.S. Al Ahzab (33) : 23)
Saat Perang Uhud berkecamuk,
tersebar berita bahwa Nabi s.a.w. gugur. Anas bin an Nadhar terus berperang. Ia melihat Umar dan beberapa orang
bersamanya sedang terduduk. Ia berkata : “Kenapa kalian duduk (bersedih) ?”, Mereka menjawab : “Rasulullah s.a.w. telah terbunuh”.
“Jika begitu, apalagi yang akan kalian perbuat mengisi hidup
setelah beliau wafat ?, berdirilah !, gugurlah
dengan cara beliau meninggalkan dunia !”. Kata Anas membakar semangat para
sahabat. Kemudian Anas menghunuskan pedangnya hingga ia gugur dalam Perang
Uhud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar