BERLEBIHAN DALAM BERIBADAH
“Dan tiadalah Kami mengutus
kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Q.S. Al Anbiya’
(21) : 107)
Agama diturunkan tidak untuk
memberatkan pemeluknya justru sebagai rahmat, sehingga dalam melaksanakan
ibadah agama memberi tuntunan agar jangan sampai berlebihan.dalam
melaksanakannya.
Dari Ibnu Mas’ud r.a. dia berkata
: “Nabi s.a.w. bersabda
:
“Binasalah orang orang
yang keterlaluan dan berlebih lebihan”. Beliau mengulanginya
sebanyak tiga kali”. (H.R. Muslim).
Hadits ini disampaikan Rasulullah s.a.w. karena para sahabat melempar
jumrah waktu haji dengan batu besar. Mereka menganggap itu lebih baik dari pada melempar dengan
kerikil. (Syeikh Sulaiman bin Abdullah).
SEBAIKNYA ROUTIN (DAWAM)
Sesungguhnya agama itu mudah, tidak terlampau memberatkan
apalagi memaksa maksakan diri dalam beribadah, jadi wajar wajar saja.
Dari Aisyah r.a. ia berkata :
“Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. masuk ke rumah Aisyah, waktu itu ada seorang
perempuan dan beliau bertanya : “Siapakah dia ?”, Aisyah menjawab : “Ini adalah
fulanah yang terkenal shalatnya”, Nabi s.a.w. bersabda : “Wahai fulanah,
beramallah sesuai kemampuanmu. Demi Allah Dia tidak akan pernah jemu menerima
amalmu, sehingga kamu sendirilah yang merasa jemu. Sesungguhnya amalan yang
paling disukai Allah yaitu yang dikerjakan secara terus menerus”. (H.R. Bukhari dan
Muslim).
Dengan demikian jelas bahwa
kwalitas ibadah bukan karena banyak dan beratnya, tetapi justru routinintasnya
(dawam) yang disukai Allah.
JANGAN
BERLEBIHAN
Saking semangat dan ingin
menggebu nggebunya dalam beribadah, sehingga ada tiga orang mendatangi
rumah Rasulullah s.a.w. ingin menanyakan tentang keadaan ibadah beliau.
Dari Anas r.a. ia berkata
:
Tiga orang datang ke rumah istri Nabi s.a.w. mempertanyakan
tentang ibadah Nabi s.a.w. Setelah diberitahu,
mereka menganggap seakan akan amal ibadah Nabi itu hanya sedikit dan mereka
berkata : “Dimanakah posisi kami dibanding Nabi s.a.w. padahal beliau telah
diampuni semua dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang ?”. Salah
seorang di antara mereka berkata : “Saya selamanya shalat sepanjang malam”,
yang lain berkata : “Saya selamanya berpuasa”, yang lain lagi berkata : “Saya
akan menjauhkan diri dari perempuan dan tidak akan kawin selama lamanya”.
Kemudian Rasulullah s.a.w. datang dan bersabda kepada mereka : “Kalian tadi
berbicara begini dan begitu ?, demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang
paling takut dan paling takwa kepada Allah di antara kalian, tetapi aku
berpuasa dan berbuka, aku shalat dan aku tidur malam, aku juga mengawini
perempuan. (Itulah sunah sunahku) siapa saja
yang benci terhadap sunahku, maka ia bukan termasuk golonganku !” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari penjelasan Nabi tersebut
jelas bahwa agama tidak mempersulit, beliau juga berpuasa dan berbuka (tidak
puasa terus menerus), juga tidur (tidak sholat terus menerus sepanjang malam),
beliau juga menikah. Bahkan diakhirnya
beliau bersabda : “Siapa
saja yang benci terhadap sunahku, maka ia bukan termasuk golonganku !”
JANGAN
MEMAKSA
Karena tubuh juga punya hak untuk
istirahat, maka ketika Rasulullah s.a.w. melihat ada tali yang dibentangkan
sebagai alat bantu untuk bangun ketika kepayahan dalam sholat beliau memerintah
untuk melepaskannya, sambil bersabda : “……jika merasa lelah tidurlah”.
Dari Anas ra. ia berkata
:
Nabi s.a.w. masuk ke dalam
masjid menemukan tali yang terpasang
memanjang antara dua tiang, beliau bertanya : “Tali apakah ini
?”. Para shahabat menjawab
: “Zainab yang memasangnya dan tali ini dipergunakan sebagai pegangan bila
terasa lelah dalam shalatnya”, Nabi s.a.w. bersabda : “Lepaskanlah tali itu,
jika di antara kalian shalat dalam keadaan segar, jika merasa lelah tidurlah”.
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Bahkan perhatian beliau sangat
nampak tentang pentingnya memperhatikan kondisi tubuh, sehingga ketika
mengantuk beliau memerintahkan agar tidur dulu, agar tdak mengganggu
kekhusyu’annya..
Dari Aisyah ia berkata :
“Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Jika salah seorang di antara kalian
mengantuk dalam shalatnya hendaklah ia tidur, sehingga hilang rasa kantuknya.
Karena apabila seseorang di antara kalian shalat sedangkan ia mengantuk, maka
ia tidak akan tahu, mungkin ia bermaksud meminta ampun tetapi ia malahan
mencela dirinya sendiri”.
(H.R. Bukhari dan Muslim)
SEDANG SEDANG SAJA
Begitu bijaknya Rasulullah s.a.w.
dalam menghargai kondisi tubuh, agar jamaah tidak terlampau terbebani, sehingga
dalam melaksanakan sholat dan khutbahnya, beliau sedang sedang saja.
Dari Abdullah Jabir bin Samurah
as Sawani
ra. ia berkata :
“Seringkali saya shalat bersama Nabi s.a.w. tetapi di dalam
shalat dan khutbah beliau tidak terlalu lama dan tidak terlalu pendek”. (H.R. Muslim)
SALMAN MENASEHATI ABU DARDA’
Dari Abu Juhaifah Wahab bin
Abdullah r.a. ia berkata : “Nabi s.a.w. mempersaudarakan Salman dan Abu Darda’.
Tatkala Salman berkunjung ke rumah Abu Darda’, ia mendapatkan Ummu Darda’
(istri Abu Darda’) sedang mengenakan pakaian kerja, kemudian Salman bertanya :
“Mengapa engkau tidak berhias ?”. Ummu Darda’ menjawab
:
“Abu Darda’ sudah tidak lagi memperhatikan kepentingan duniawi”. Kemudian Abu Darda’
datang dan dihidangkanlah makanan, berkata kepada Salman
:
“Silakan makan, saya sedang berpuasa”, Salman menjawab
:
“Saya tidak akan makan sebelum engkau makan”. Maka Abu Darda’pun
makan. Di malam harinya Abu Darda’ bangun untuk mengerjakan shalat malam, namun
Salman berkata kepadanya : “Tidurlah.” Kemudian di akhir malam, Salman berkata
: “Bangunlah kita shalat bersama sama”, dan Salman berkata pula kepadanya :
“Sesungguhnya bagi Rabb mu ada hak, bagi dirimu ada hak dan bagi keluargamu
juga ada hak, maka penuhilah semuanya”. Kemudian Nabi s.a.w. datang dan Salman
menceritakan apa yang baru saja terjadi, maka beliau memutuskan
:
“Salman benar”.
(H.R Bukhari).
AGAMA TIDAK
MEMBERATKAN
Dengan demikian ternyata semakin
benar firman Allah
: “Thaa
Haa.
Kami tidak menurunkan al Qur’an
kepadamu agar kamu menjadi susah”.
(Q.S.
Thaa Haa (20) : 1-2).
Artinya bahwa bila agama dikerjakan
menurut tuntunan, tidak akan membuat kesulitan apalagi menyengsarakan. Justru
Allah menurunkan agama agar pemeluknya menjadi mudah dalam melaksanakannya.
Dalam hal puasa ramadlan misalnya, walau hukumnya wajib namun bagi yang sakit
bisa meninggalkannya dan bisa diganti dihari yang lain ketika sudah sembuh. Bagi
yang mengandung dan menyusui hanya membayar fidyah (memberi seorang miskin)
tanpa perlu mengganti dengan puasa lagi.
Demikian pula bagi musafir, lantaran
jauh dan payahnya perjalanan sehingga sholatnya mendapat ruhshoh (keringanan) dengan
mengqashr (ringkas : yang 4 rekaat jadi 2 rekaat, bahkan bisa dijama’ /
digabung). “Allah
menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu”. (Q.S. Al Baqarah (2) :
185).
Demikian nikmat bila agama difahami secara
kaffah, sehingga banyak hikmah didapatnya.
MUTIARA HADITS
AGAMA ITU NYAMAN RINGAN BUKAN BEBAN
Bagi yang memahami agama tidak secara
kaffah (utuh), maka akan timpang akibatnya, betapa tidak ?, wajahnya nampak
anker, seram tak menyenangkan. Karena baginya yang penting hanya beribadah kepada
Allah saja, hubungan dengan manusia tak penting karena hanya akan menambah dosa
belaka.
Dengan pemahaman ini jadi aneh
perilakunya, ketika berangkat ke musholla orang di sekitar tak dianggap apalagi
disapanya : “Ngapain menyapa, mereka kan pada berdosa, kan ahli neraka semua
!”.
Karena penampilan sikapnya yang
anker dan tidak ramah, orang pada berceloteh : “Aneh masa orang ibadah wajahnya
kok gak cerah dan ramah, aneh ya, lha besok kalau mati apa ya berjalan sendiri ke
kuburan ya ?”.
Padahal jika agama difahami secara
kaffah akan didapati betapa pentingnya menjaga dan mengatur pribadinya, artinya
tidak hanya beribadah kepada Allah saja, tetapi juga harus bergaul dengan
masyarakat, bahkan ada peluang untuk bersuka cita juga, jadi jiwa tidak
gersang, tegang dan kaku dibuatnya,
bukankah fithrah jiwa juga perlu hiburan juga.
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi
s.a.w. beliau bersabda : “Sesungguhnya agama itu mudah dan siapa saja yang
mempersulit agama, maka ia akan kalah. Oleh karena itu sedang sedanglah,
dekatkan diri kalian (kepada Allah) dan bersuka hatilah kalian serta
pergunakanlah waktu pagi, sore serta sedikit dari waktu malam (untuk
mendekatkan diri)”. (H.R. Bukhari).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar