Kamis, 07 Juni 2018



BERLEBIHAN DALAM BERIBADAH

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Q.S. Al Anbiya’ (21) : 107)
  
Agama diturunkan tidak untuk memberatkan pemeluknya justru sebagai rahmat, sehingga dalam melaksanakan ibadah agama memberi tuntunan agar jangan sampai berlebihan.dalam melaksanakannya.
Dari Ibnu Mas’ud r.a. dia berkata : Nabi s.a.w. bersabda : “Binasalah orang orang yang keterlaluan dan berlebih lebihan”. Beliau mengulanginya sebanyak tiga kali”. (H.R. Muslim).
Hadits ini disampaikan  Rasulullah s.a.w. karena para sahabat melempar jumrah waktu haji dengan batu besar. Mereka menganggap itu lebih baik dari pada melempar dengan kerikil. (Syeikh Sulaiman bin Abdullah).         

SEBAIKNYA ROUTIN (DAWAM)
Sesungguhnya agama itu mudah, tidak terlampau memberatkan apalagi  memaksa maksakan diri  dalam beribadah, jadi wajar wajar saja.
Dari Aisyah r.a. ia berkata : “Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. masuk ke rumah Aisyah, waktu itu ada seorang perempuan dan beliau bertanya : “Siapakah dia ?”, Aisyah menjawab : “Ini adalah fulanah yang terkenal shalatnya”, Nabi s.a.w. bersabda : “Wahai fulanah, beramallah sesuai kemampuanmu. Demi Allah Dia tidak akan pernah jemu menerima amalmu, sehingga kamu sendirilah yang merasa jemu. Sesungguhnya amalan yang paling disukai Allah yaitu yang dikerjakan secara terus menerus”. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dengan demikian jelas bahwa kwalitas ibadah bukan karena banyak dan beratnya, tetapi justru routinintasnya (dawam) yang disukai Allah. 

JANGAN BERLEBIHAN
Saking semangat dan ingin menggebu nggebunya dalam beribadah, sehingga ada tiga orang mendatangi rumah Rasulullah s.a.w. ingin menanyakan tentang keadaan ibadah beliau.
Dari Anas r.a. ia berkata : Tiga orang datang ke rumah istri Nabi s.a.w. mempertanyakan tentang ibadah Nabi s.a.w. Setelah diberitahu, mereka menganggap seakan akan amal ibadah Nabi itu hanya sedikit dan mereka berkata : “Dimanakah posisi kami dibanding Nabi s.a.w. padahal beliau telah diampuni semua dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang ?”. Salah seorang di antara mereka berkata : “Saya selamanya shalat sepanjang malam”, yang lain berkata : “Saya selamanya berpuasa”, yang lain lagi berkata : “Saya akan menjauhkan diri dari perempuan dan tidak akan kawin selama lamanya”. Kemudian Rasulullah s.a.w. datang dan bersabda kepada mereka : “Kalian tadi berbicara begini dan begitu ?, demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut dan paling takwa kepada Allah di antara kalian, tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat dan aku tidur malam, aku juga mengawini perempuan. (Itulah sunah sunahku) siapa saja yang benci terhadap sunahku, maka ia bukan termasuk golonganku !” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Dari penjelasan Nabi tersebut jelas bahwa agama tidak mempersulit, beliau juga berpuasa dan berbuka (tidak puasa terus menerus), juga tidur (tidak sholat terus menerus sepanjang malam), beliau juga menikah. Bahkan diakhirnya  beliau bersabda :Siapa saja yang benci terhadap sunahku, maka ia bukan termasuk golonganku !

JANGAN MEMAKSA
Karena tubuh juga punya hak untuk istirahat, maka ketika Rasulullah s.a.w. melihat ada tali yang dibentangkan sebagai alat bantu untuk bangun ketika kepayahan dalam sholat beliau memerintah untuk melepaskannya, sambil bersabda : “……jika merasa lelah tidurlah”.
Dari Anas ra. ia berkata : Nabi s.a.w. masuk ke dalam masjid  menemukan tali yang terpasang memanjang antara dua tiang, beliau bertanya : “Tali apakah ini ?”. Para shahabat menjawab : “Zainab yang memasangnya dan tali ini dipergunakan sebagai pegangan bila terasa lelah dalam shalatnya”, Nabi s.a.w. bersabda : “Lepaskanlah tali itu, jika di antara kalian shalat dalam keadaan segar, jika merasa lelah tidurlah”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Bahkan perhatian beliau sangat nampak tentang pentingnya memperhatikan kondisi tubuh, sehingga ketika mengantuk beliau memerintahkan agar tidur dulu, agar tdak mengganggu kekhusyu’annya..
Dari Aisyah ia berkata : “Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Jika salah seorang di antara kalian mengantuk dalam shalatnya hendaklah ia tidur, sehingga hilang rasa kantuknya. Karena apabila seseorang di antara kalian shalat sedangkan ia mengantuk, maka ia tidak akan tahu, mungkin ia bermaksud meminta ampun tetapi ia malahan mencela dirinya sendiri”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

SEDANG SEDANG SAJA
Begitu bijaknya Rasulullah s.a.w. dalam menghargai kondisi tubuh, agar jamaah tidak terlampau terbebani, sehingga dalam melaksanakan sholat dan khutbahnya, beliau sedang sedang saja.
Dari Abdullah Jabir bin Samurah as Sawani ra. ia berkata : “Seringkali saya shalat bersama Nabi s.a.w. tetapi di dalam shalat dan khutbah beliau tidak terlalu lama dan tidak terlalu pendek”. (H.R. Muslim)

SALMAN MENASEHATI ABU DARDA’
Dari Abu Juhaifah Wahab bin Abdullah r.a. ia berkata : “Nabi s.a.w. mempersaudarakan Salman dan Abu Darda’. Tatkala Salman berkunjung ke rumah Abu Darda’, ia mendapatkan Ummu Darda’ (istri Abu Darda’) sedang mengenakan pakaian kerja, kemudian Salman bertanya : “Mengapa engkau tidak berhias ?”. Ummu Darda’ menjawab : “Abu Darda’ sudah tidak lagi memperhatikan kepentingan duniawi”. Kemudian Abu Darda’ datang dan dihidangkanlah makanan, berkata kepada Salman : “Silakan makan, saya sedang berpuasa”, Salman menjawab : “Saya tidak akan makan sebelum engkau makan”. Maka Abu Darda’pun makan. Di malam harinya Abu Darda’ bangun untuk mengerjakan shalat malam, namun Salman berkata kepadanya : “Tidurlah.” Kemudian di akhir malam, Salman berkata : “Bangunlah kita shalat bersama sama”, dan Salman berkata pula kepadanya : “Sesungguhnya bagi Rabb mu ada hak, bagi dirimu ada hak dan bagi keluargamu juga ada hak, maka penuhilah semuanya”. Kemudian Nabi s.a.w. datang dan Salman menceritakan apa yang baru saja terjadi, maka beliau memutuskan : “Salman benar”. (H.R Bukhari).

AGAMA TIDAK MEMBERATKAN                
Dengan demikian ternyata semakin benar firman Allah : “Thaa Haa. Kami tidak menurunkan al Qur’an kepadamu agar kamu menjadi susah”. (Q.S. Thaa Haa (20) : 1-2).
Artinya bahwa bila agama dikerjakan menurut tuntunan, tidak akan membuat kesulitan apalagi menyengsarakan. Justru Allah menurunkan agama agar pemeluknya menjadi mudah dalam melaksanakannya. Dalam hal puasa ramadlan misalnya, walau hukumnya wajib namun bagi yang sakit bisa meninggalkannya dan bisa diganti dihari yang lain ketika sudah sembuh. Bagi yang mengandung dan menyusui hanya membayar fidyah (memberi seorang miskin) tanpa perlu mengganti dengan puasa lagi.
Demikian pula bagi musafir, lantaran jauh dan payahnya perjalanan sehingga sholatnya mendapat ruhshoh (keringanan) dengan mengqashr (ringkas : yang 4 rekaat jadi 2 rekaat, bahkan bisa dijama’ / digabung). “Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu”. (Q.S. Al Baqarah (2) : 185).
Demikian nikmat bila agama difahami secara kaffah, sehingga banyak hikmah didapatnya.  


MUTIARA HADITS
AGAMA ITU NYAMAN RINGAN BUKAN BEBAN
Bagi yang memahami agama tidak secara kaffah (utuh), maka akan timpang akibatnya, betapa tidak ?, wajahnya nampak anker, seram tak menyenangkan. Karena baginya yang penting hanya beribadah kepada Allah saja, hubungan dengan manusia tak penting karena hanya akan menambah dosa belaka.
Dengan pemahaman ini jadi aneh perilakunya, ketika berangkat ke musholla orang di sekitar tak dianggap apalagi disapanya : “Ngapain menyapa, mereka kan pada berdosa, kan ahli neraka semua !”.
Karena penampilan sikapnya yang anker dan tidak ramah, orang pada berceloteh : “Aneh masa orang ibadah wajahnya kok gak cerah dan ramah, aneh ya, lha besok kalau mati apa ya berjalan sendiri ke kuburan ya ?”.  
Padahal jika agama difahami secara kaffah akan didapati betapa pentingnya menjaga dan mengatur pribadinya, artinya tidak hanya beribadah kepada Allah saja, tetapi juga harus bergaul dengan masyarakat, bahkan ada peluang untuk bersuka cita juga, jadi jiwa tidak gersang, tegang  dan kaku dibuatnya, bukankah fithrah jiwa juga perlu hiburan juga.       
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. beliau bersabda : “Sesungguhnya agama itu mudah dan siapa saja yang mempersulit agama, maka ia akan kalah. Oleh karena itu sedang sedanglah, dekatkan diri kalian (kepada Allah) dan bersuka hatilah kalian serta pergunakanlah waktu pagi, sore serta sedikit dari waktu malam (untuk mendekatkan diri)”. (H.R. Bukhari).

Ternyata menghibur diri (bersuka hati) dianjurkan dalam agama, sehingga Rasulullah s.a.w. suka bercanda juga, kenyataan ini terjadi ketika suatu saat beliau berkata kepada ibu tua : “Bu di syurga tidak ada orang tua bu”, mendengar sabda beliau si ibu tua menangis, kemudian ibu tua bertanya : “Benar ya Rasulullah di syurga tidak ada orang tua ?”, “Ya”, jawab beliau, si ibu makin menangis dibuatnya. Kemudian beliau menjelaskan bahwa kelak orang tua yang akan menghuni syurga akan berubah menjadi muda kembali. Mendengar jawaban Nabi s.a.w. ibu tua berubah wajah menjadi berbinar binar karena suka citanya.  Di kesempatan lain beliau berkata kepada seorang ibu : “Bu bukankhah mata suamimu ada putihnya ?”, si ibu langsung menjawab : “Tidak ada ya Rasulullah”, “Ah masak hitam semua ?”, “Oh ya ya, jadi ada putihnya ya Rasulullah”, jawabnya agak nyengir karena gelinya.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar