Kamis, 07 Juni 2018




KEUTAMAAN INFAQ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang orang yang bertaqwa. (Yaitu) orang orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit dan orang orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Dan Allah menyukai orang orang yang berbuat kebajikan”. (Q.S. Ali Imran (3) : 133-134) 
               
Agama Islam tidak hanya mengajarkan cara beribadah kepada Allah saja, namun diajarkan pula cara mengatur harta dengan cara berinfaq, sehingga harta tidak hanya dimonopoli dan dinikmati sendiri, tetapi juga harus dibagi.
Begitu tingginya nilai berinfaq sampai digolongkan menjadi orang bertaqwa yang akan menghuni syurga.
Menafkahkan harta memang berat bagi yang kikir alias bakhil. Oleh karena itu agama memberi tuntunan agar menjauhi kebakhilan, karena akan membuat rusaknya jiwa (jiwa jadi tegang, was was bahkan suka curiga), membuat jauhnya hubungan dan dibencinya semua orang (lingkungan).

BERUNTUNG
Oleh karena itu agama mengajarkan agar menjauhi sifat bakhil agar mendapat keberuntungan. “……..Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung". (Q.S. Al Hasyr (59) : 9)

BUKTI KEIMANAN
Bukti keimanan seseorang bukan hanya karena tekunnya beribadah kepada Allah belaka (sholat, puasa, ibadah haji), tetapi sikap sosial, sikap perduli, menyantuni dan menyayangi, itu merupakan burhan (bukti) buah keimanan seseorang. Rasulullah bersabda"Sedekah adalah menjadi burhan (bukti)". (H.R. Muslim)

MENGHAPUS DOSA
Begitu tinggi nilai sedekah (infaq) sehingga bisa menghapus dosa.         Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api“. (H.R. At Tirmidzi).

TERJAGA DARI API NERAKA
Karena mulia dan tingginya nilai bersedekah sehingga dapat menjauhkan pula dari siksa api neraka yang luar bisa panasnya. Nabi bersabda : Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir kurma. (H.R. Muttafaqun ‘alaih)

MEMADAMKAN API SIKSA KUBUR
Karena begitu tingginya nilai sedekah (infaq) bahkan sampai bisa memadamkan api siksa dialam kubur. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur”. (H.R. Thabrani)           

DILIPATKAN 700 KALI
Allah sebagai Dzat Yang Maha Pemurah dalam memberi pahala bagi yang suka mendermakan hartanya, sangat luar biasa dalam membalasnya, sampai dilipatkan 700 kali dari harta yang diinfakkan.
Perumpamaan orang orang yang mendermakan (shodaqoh) harta bendanya di jalan Allah, seperti (orang yang menanam) sebutir biji yang menumbuhkan tujuh untai dan tiap tiap untai terdapat seratus biji dan Allah melipat gandakan (balasan) kepada orang yang dikehendaki dan Allah Maha Luas (anugrah Nya) lagi Maha Mengetahui“. (Q.S. Al Baqoroh (2) : 261)
Suatu hari, seorang lelaki datang menemui Rasulullah s.a.w. sambil menuntun unta dia berkata : "Ya Rasulullah unta ini saya infakkan di jalan Allah". Beliau bersabda : "Pada hari Kiamat kelak engkau akan mendapatkan 700 unta seperti ini".

MERAHASIAKAN INFAQNYA             
“Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya”. (H.R.Bukhari). 

Begitu tinggi penghargaan Allah terhadap orang yang suka berinfak secara rahasia, sehingga kelak akan dinaungi di hari kebangkitan yang panasnya luar biasa, dimana tidak ada naungan kecuali naungan Nya.


HARTA JADI BAROKAH

Walau secara matematis harta berkurang ketika disedekahkan, namun pada hakekatnya tidak berkurang. Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.  (H.R. Muslim)
Ternyata banyak terbukti dan terjadi bahwa tidak ada orang jadi jatuh miskin lantaran suka berinfak, justru hartanya makin berlimpah karena nilai kebarokahan dibaliknya.

DIPANGGIL KE SYURGA LEWAT PINTU KHUSUS
Karena keutamaan berinfak, sampai kelak akan dipanggil oleh salah satu pintu syurga. “Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu syurga : “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan. (H.R. BukharI Muslim)

MENGHINDARKAN SETAN DALAM JUAL BELII
Dalam berjual beli sering terjadi ketidak jujuran, kecurangan, penipuan  sehingga menimbulkan pertikaian, agar terhindar dari masalah ini maka hendaknya jangan lupa dalam berjual beli dihiasi dengan sedekah. “Wahai para pedagang sesungguhnya setan dan dosa keduanya hadir dalam jual beli, maka hiasilah jual beli kalian dengan sedekah”.  (H.R. Tirmidzi)

YANG HALAL
Karena sedekah merupakan amal kebaikan, maka dalam melaksanakannya harus berasal dari sumber yang baik pula (halal). Karena sesuatu yang halal sangat berharga di sisi Allah, sampai Allah menerima dengan tangan kanan Nya. Dari Abu Huraira r.a. ia berkata : “Rasulullah s.a.w. bersabda : “Siapa yang bersedekah dengan sebiji korma yang berasal dari usahanya yang halal dan baik, maka sesungguhnya Allah menerima sedekah tersebut dengan tangan kanan Nya kemudian Allah menjaga dan memeliharnya untuk pemiliknya seperti seseorang di antara kalian yang menjaga dan memelihara anak kudanya. Hingga sedekah tersebut menjadi sebesar gunung”. (H.R. Muttafaq’alaih).
Maka dalam bersedekah jangan coba coba dari hasil yang haram. Bukankah masih ada yang beranggapan bahwa dengan berinfak walau dengan hasil yang haram masih bisa diterima, sehingga dengan sembrononya tetap melakukan kecurangan (pemalsuan, mengurangi timbangan, korupsi dll) dengan harapan bahwa sebagian hasil kecurangannya akan diinfakkan, agar dapat menghapus kecurangan yang dilakukan. Ini jelas pemahaman yang salah !!!.

DISEMPURNAKAN BALASANNYA
Berinfak yang didasari hanya mengharap ridlo Allah (bukan mengharap pujian / penghargaan), maka kelak akan menerima balasan yang sempurna. "Dan kamu tidak menafkahkan, melainkan karena mencari keridhaan Allah dan sesuatu yang kamu belanjakan, kelak akan disempurnakan balasannya sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya". (Q.S. AI Baqarah (2) : 272) 

KISAH TAULADAN

SEHAT JASMANI RUHANI DAN LINGKUNGAN
Profesor Doctor Zakiyah Darojat dalam bukunya “Islam dan kesehatan mental” memaparkan bahwa pengertian sehat menurut W.H.O. (Badan kesehatan dunia dibawah naungan P.B.B.) meliputi tiga aspek : sehat jasmani, sehat ruhani dan sehat lingkungan.
Sehat jasmani sudah sama difahami, namun ternyata masih ada aspek lagi yang perlu diketahui, yakni sehat ruhani. Ternyata sehat jasmani saja tidak cukup memenuhi. Apalah arti sehat jasmani bila tidak dapat mengendalikan diri, sehingga membuat onar disana sini, karena masih suka mendzalimi, ini akibat bila hanya memperhatikan kesehatan jasmani, tanpa memperdulikan kesehatan ruhani !.
Bahkan tak cukup hanya sehat jasmani dan ruhani saja, bahkan lingkunganpun harus sehat  sekali. Apalah artinya bila sehat jasmani dan ruhani, bila lingkungan sekitar tidak sehat menyertai, berakibat membuat resah dan tak nyaman dihati.   
Para pakar kesehatan W.H.O. pada tahun 1959, merumuskan bahwa orang yang memiliki sehat mental atau ruhani memiliki delapan ciri : 1. Ia dapat menyesuaikan secara konstruktif pada kenyataan meskipun kenyataan itu buruk. 2. Ia dapat memperoleh kepuasan dari perjuangan. 3. Ia merasa lebih puas untuk memberi daripada  menerima. 4. Secara relatif ia bebas dari rasa tegang dan cemas. 5. Ia dapat berhubungan dengan orang orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan. 6. Ia dapat menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran untuk hari kemudian. 7. Ia dapat menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif. 8. Ia mempunyai daya kasih sayang yang besar dan yang penting juga mempunyai keinginan untuk disayangi.
R  Rumusan tersebut dipaparkan para ahli kesehatan pada Abad 20,       karena luas dan sempurnanya ajaran Islam, hal tersebut sudah diajarkan sejak 14 abad silam, bahkan diikuti dengan ketauladanan sang Nabi akhir zaman.

Bukankah dalam ibadah puasa misalnya, diajarkan berlapar dan dahaga, agar bisa menumbuhkan rasa kasih sayang kepada si miskin ?. Bukankah dalam berpuasa ditekankan pula semangat berinfaq (bukan meminta) ?. Bukankah dalam berpuasa dituntunkan agar menjaga dari sikap tak terpuji ?. Dengan demikian bila ibadah dilaksanakan menurut tuntunan maka jelas akan membuahkan jiwa jadi tenteram dan bahagia, sikap yang menumbuhkan kesehatan jiwa dan lingkungan sekitarnya !. Subhaanallaah.          


Tidak ada komentar:

Posting Komentar