KEUTAMAAN INFAQ
“Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang orang yang bertaqwa. (Yaitu) orang orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit dan orang orang yang
menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Dan Allah menyukai orang orang
yang berbuat kebajikan”. (Q.S. Ali Imran (3) : 133-134)
Agama
Islam tidak hanya mengajarkan cara beribadah kepada Allah saja, namun diajarkan
pula cara mengatur harta dengan cara berinfaq, sehingga harta tidak hanya dimonopoli
dan dinikmati sendiri, tetapi juga harus dibagi.
Begitu tingginya nilai berinfaq
sampai digolongkan menjadi orang bertaqwa yang akan menghuni syurga.
Menafkahkan harta memang berat bagi
yang kikir alias bakhil. Oleh karena itu agama memberi tuntunan agar menjauhi
kebakhilan, karena akan membuat rusaknya jiwa (jiwa jadi tegang, was was bahkan
suka curiga), membuat jauhnya hubungan dan dibencinya semua orang (lingkungan).
BERUNTUNG
Oleh karena itu agama mengajarkan agar menjauhi
sifat bakhil agar mendapat keberuntungan. “……..Dan barang siapa yang
dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung".
(Q.S. Al Hasyr (59) : 9)
BUKTI
KEIMANAN
Bukti keimanan seseorang bukan hanya karena
tekunnya beribadah kepada Allah belaka (sholat, puasa, ibadah haji), tetapi
sikap sosial, sikap perduli, menyantuni dan menyayangi, itu merupakan burhan
(bukti) buah keimanan seseorang. Rasulullah bersabda
: "Sedekah
adalah menjadi burhan (bukti)". (H.R.
Muslim)
MENGHAPUS DOSA
Begitu tinggi nilai sedekah (infaq) sehingga bisa
menghapus dosa. “Sedekah
itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api“. (H.R. At Tirmidzi).
TERJAGA DARI API NERAKA
Karena mulia dan tingginya nilai bersedekah sehingga
dapat menjauhkan pula dari siksa api neraka yang luar bisa panasnya. Nabi bersabda : “Jauhkan dirimu dari
api neraka walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir
kurma“. (H.R. Muttafaqun ‘alaih)
MEMADAMKAN API SIKSA KUBUR
Karena begitu tingginya nilai sedekah (infaq) bahkan sampai
bisa memadamkan api siksa dialam kubur. Rasulullah s.a.w. bersabda :
“Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur”. (H.R. Thabrani)
DILIPATKAN 700 KALI
Allah sebagai Dzat Yang Maha Pemurah
dalam memberi pahala bagi yang suka mendermakan hartanya, sangat luar biasa
dalam membalasnya, sampai dilipatkan 700 kali dari harta yang diinfakkan.
“Perumpamaan orang
orang yang mendermakan (shodaqoh) harta bendanya di jalan Allah, seperti (orang
yang menanam) sebutir biji yang menumbuhkan tujuh untai dan tiap tiap untai
terdapat seratus biji dan Allah melipat gandakan (balasan) kepada orang yang dikehendaki
dan Allah Maha Luas (anugrah Nya) lagi Maha Mengetahui“. (Q.S. Al Baqoroh (2) : 261)
Suatu
hari, seorang lelaki datang menemui Rasulullah s.a.w. sambil menuntun unta dia
berkata : "Ya Rasulullah unta ini saya infakkan di jalan Allah". Beliau
bersabda : "Pada hari Kiamat kelak engkau akan mendapatkan 700 unta
seperti ini".
MERAHASIAKAN
INFAQNYA
“Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia
menyembunyikan amalnya itu sampai sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya”. (H.R.Bukhari).
Begitu tinggi penghargaan Allah
terhadap orang yang suka berinfak secara rahasia, sehingga kelak akan dinaungi
di hari kebangkitan yang panasnya luar biasa, dimana tidak ada naungan kecuali
naungan Nya.
HARTA JADI
BAROKAH
Walau secara matematis harta
berkurang ketika disedekahkan, namun pada hakekatnya tidak berkurang.
“Harta tidak akan berkurang
dengan sedekah. Dan seorang hamba yang
pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya”. (H.R. Muslim)
Ternyata banyak terbukti dan terjadi bahwa tidak ada orang jadi jatuh miskin
lantaran suka berinfak, justru hartanya makin berlimpah karena nilai
kebarokahan dibaliknya.
DIPANGGIL KE
SYURGA LEWAT PINTU KHUSUS
Karena keutamaan berinfak, sampai kelak akan dipanggil oleh salah satu pintu syurga. “Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah,
maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu syurga : “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. (H.R. BukharI Muslim)
MENGHINDARKAN
SETAN DALAM JUAL BELII
Dalam berjual beli sering terjadi ketidak jujuran, kecurangan, penipuan sehingga menimbulkan
pertikaian, agar terhindar dari masalah ini maka hendaknya jangan lupa dalam
berjual beli dihiasi dengan sedekah. “Wahai para pedagang sesungguhnya setan dan dosa keduanya
hadir dalam jual beli, maka hiasilah jual beli kalian dengan sedekah”. (H.R. Tirmidzi)
YANG HALAL
Karena sedekah merupakan amal kebaikan, maka dalam
melaksanakannya harus berasal dari sumber yang baik pula (halal). Karena
sesuatu yang halal sangat berharga di sisi Allah, sampai Allah menerima dengan
tangan kanan Nya. Dari Abu Huraira r.a. ia berkata :
“Rasulullah s.a.w. bersabda : “Siapa yang bersedekah dengan sebiji korma yang
berasal dari usahanya yang halal dan baik, maka sesungguhnya Allah
menerima sedekah tersebut dengan tangan kanan Nya kemudian Allah menjaga dan
memeliharnya untuk pemiliknya seperti seseorang di antara kalian yang menjaga
dan memelihara anak kudanya. Hingga sedekah tersebut menjadi sebesar gunung”.
(H.R. Muttafaq’alaih).
Maka dalam bersedekah jangan coba coba dari hasil yang
haram. Bukankah masih ada yang beranggapan bahwa dengan berinfak walau dengan hasil
yang haram masih bisa diterima, sehingga dengan sembrononya tetap melakukan
kecurangan (pemalsuan, mengurangi timbangan, korupsi dll) dengan harapan bahwa
sebagian hasil kecurangannya akan diinfakkan, agar dapat menghapus kecurangan
yang dilakukan. Ini jelas pemahaman yang salah !!!.
DISEMPURNAKAN BALASANNYA
Berinfak yang
didasari hanya mengharap ridlo Allah (bukan mengharap pujian / penghargaan),
maka kelak akan menerima balasan yang sempurna. "Dan kamu tidak menafkahkan, melainkan
karena mencari keridhaan Allah dan sesuatu yang kamu belanjakan, kelak akan
disempurnakan balasannya sedang kamu sedikitpun tidak akan
dianiaya". (Q.S. AI Baqarah (2) : 272)
KISAH TAULADAN
SEHAT JASMANI RUHANI
DAN LINGKUNGAN
Profesor Doctor Zakiyah Darojat
dalam bukunya “Islam dan kesehatan mental” memaparkan bahwa pengertian sehat
menurut W.H.O. (Badan kesehatan dunia dibawah naungan P.B.B.) meliputi tiga
aspek : sehat jasmani, sehat ruhani dan sehat lingkungan.
Sehat
jasmani sudah sama difahami, namun ternyata masih ada aspek lagi yang perlu
diketahui, yakni sehat ruhani. Ternyata sehat jasmani saja tidak cukup
memenuhi. Apalah arti sehat jasmani bila tidak dapat mengendalikan diri,
sehingga membuat onar disana sini, karena masih suka mendzalimi, ini akibat
bila hanya memperhatikan kesehatan jasmani, tanpa memperdulikan kesehatan
ruhani !.
Bahkan tak cukup hanya sehat jasmani dan
ruhani saja, bahkan lingkunganpun harus sehat
sekali. Apalah artinya bila sehat jasmani dan ruhani, bila lingkungan
sekitar tidak sehat menyertai, berakibat membuat resah dan tak nyaman
dihati.
Para
pakar kesehatan W.H.O. pada tahun 1959, merumuskan bahwa orang yang memiliki
sehat mental atau ruhani memiliki delapan ciri : 1. Ia dapat menyesuaikan secara
konstruktif pada kenyataan meskipun kenyataan itu buruk. 2. Ia dapat
memperoleh kepuasan dari perjuangan. 3. Ia merasa lebih puas untuk memberi
daripada menerima. 4. Secara relatif
ia bebas dari rasa tegang dan cemas. 5. Ia dapat berhubungan dengan orang
orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan. 6. Ia dapat menerima
kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran untuk hari kemudian. 7. Ia
dapat menjuruskan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif. 8. Ia mempunyai daya kasih sayang yang besar dan yang
penting juga mempunyai keinginan untuk disayangi.
R Rumusan tersebut dipaparkan para ahli kesehatan
pada Abad 20, karena
luas dan sempurnanya ajaran Islam, hal tersebut sudah diajarkan sejak 14 abad
silam, bahkan diikuti dengan ketauladanan sang Nabi akhir zaman.
Bukankah dalam ibadah puasa
misalnya, diajarkan berlapar dan dahaga, agar bisa menumbuhkan rasa kasih
sayang kepada si miskin ?. Bukankah dalam berpuasa ditekankan pula
semangat berinfaq (bukan meminta) ?. Bukankah dalam berpuasa dituntunkan agar
menjaga dari sikap tak terpuji ?. Dengan demikian bila ibadah dilaksanakan
menurut tuntunan maka jelas akan membuahkan jiwa jadi tenteram dan bahagia,
sikap yang menumbuhkan kesehatan jiwa dan lingkungan sekitarnya !.
Subhaanallaah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar