ETIKA BERTAMU
“Hai orang
orang
yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta
izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu,
agar kamu (selalu) ingat “. (Q.S.
An Nur (24) : 27)
Begitu lengkap
dan sempurnanya ajaran agama Islam, sehingga tidak hanya memberikan tuntunan
beribadah kepada Allah saja, tetapi cara bertamupun diajarkan pula.
Mengapa
demikian rinci agama memberikan tuntunan cara bertamu ?. Bukankah rumah
merupakan milik seseorang yang harus dijaga haqnya, keberadaan dan
kerahasiaannya ?!. Untuk itu agama memberikan tuntunan dengan cara : memberi
salam dan meminta izin memasukinya.
PENUH
HIKMAH
Melihat rincinya tuntunan seakan ajaran agama ribet dan menyulitkan,
pada hal ajaran agama justru memudahkan
dan penuh hikmah :“Kami
tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah”. (Q.S. Thaha
(20) : 2). Dengan
demikian jelas bahwa tuntunan agama diturunkan tidak untuk membuat susah
apalagi menyulitkan.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam”. (Q.S. Al Anbiya (21) : 107). Bahkan
tuntunan agama merupakan rahmat, tidak hanya untuk manusia bahkan untuk segenap
alam.
1. MENGUCAPKAN SALAM
Ketika ziyarah (berkunjung) ada etika yang
harus dilakukan, diantaranya memberi salam kepada penghuninya juga meminta izin untuk memasukinya.
“Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam
kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu)
ingat”. (Q.S. An Nuur (24) : 27).
Dari Kildah ibn al Hambal r.a. dia
berkata : “Aku mendatangi Rasu
lullah s.a.w. lalu aku masuk ke
rumahnya tanpa mengucap salam. Maka Rasulullah s.a.w. bersabda : “Keluar dan
ulangi lagi dengan mengucapkan ‘assalamu’alaikum boleh aku masuk ?”. (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi)
2.MINTA IZIN
Rasulullah s.a.w.
mengajarkan bahwa batasan untuk meminta izin bertamu maksimal tiga kali. Dari Abu Musa Al Asy’ary
r.a. dia berkata : “Rasulullah s.a.w. bersabda : “Minta izin masuk rumah itu
tiga kali, jika diizinkan untuk kamu (masuklah) dan jika tidak maka
pulanglah !”. (H.R.
Bukhari dan Muslim)
Rumah
adalah haq mutlak pemiliknya, mengizinkan dan tidaknya merupakan haq pemilik
rumah, untuk itu mohon hati hati dan bersabar bila tidak diizinkan masuk,
mengapa ?. Bukankah rumah dan keadaan isinya, mungkin banyak rahasia yang
mungkin tidak boleh diketahui orang lain !.
Untuk itu agama menjaga kerahasiannya.
Termasuk ketika mengucapkan salam,
bila sampai 3 kali tidak ada sahutan (jawaban) dari tuan rumah maka seharusnya
kembali.
3. KETUKAN TAK MENGGANGGU
Begitu telitinya para sahabat dalam mengamalkan etika bertamu,
sampai cara mengetukpun berhati hati, artinya tidak mengetuk dengan keras dan
kasar, yang bisa membuat si empunya rumah kaget tak karuan.Anas bin Malik r.a. :
“Kami di masa Nabi s.a.w. mengetuk pintu dengan kuku
kuku”. (H.R. Bukhari). Dengan cara lembut dan halus tidak akan
mengganggu tuan rumah yang mungkin sedang istirahat (tidur). Demikian santunnya
tuntunan agama sehingga tuan rumah tidak terganggu keberadaannya.
4.TIDAK MENGHADAP PINTU
Bahkan ketika bertamupun ada tuntunan lagi
yang jarang difahami, yakni tidak langsung berada pas didepan pintu (agak menyamping).
Dari Abdullah bin Bisyr ia berkata : “Adalah Rasulullah s.a.w. apabila mendatangi pintu suatu
kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya di depan
pintu, tetapi berada di sebelah kanan atau kirinya dan mengucapkan assalaANmu’alaikum… assalamu’alaikum…”. (H.R. Abu Dawud).
Posisi ini diajarkan Rasulullah s.a.w. mungkin si tuan rumah belum
siap dan belum rapi keadaannya (mungkin posisi bajunya dan lain lain),
sehingga tak
membuat tuan rumah malu.
5. TIDAK MENGINTIP
Terkadang bahkan sering terjadi, ketika setelah mengucapkan salam
kok tidak ada jawaban dari tuan rumah, kemudian dengan entengnya mengintai
intai keadaan rumah, hal ini sebenarnya sangat terlarang !. Namun karena kurang
memahami tuntunan agama banyak yang melakukannya.
Begitu tinggi nilai menutup rahasia rumah tangga, begitu besar
dosa mengintai keadaan rumah orang lain, sampai Rasulullah s.a.w. mengizinkan melakukan
tindakan cukup keras sebagaimana sabdanya : “Andaikan ada orang melihatmu di rumah tanpa izin, engkau melemparnya dengan batu kecil lalu kamu
cungkil matanya, maka tidak ada dosa bagimu”. (H.R.
Bukhari)
Begitu jelek dan hinanya mengintai (ngintip) keadaan rumah orang lain, sehingga
Rasulullah s.a.w. mengizinkan untuk melempar dengan batu bahkan mencungkil matanya. Demikian
tinggi penghargaan agama terhadap haq dan kerahasian rumah tangga !.
HATI HATI !
Bahkan dilain kesempatan
ketika ada seseorang yang mengintai rumah beliau, dengan sigapnya beliau
bersiap dengan busur anak panah, ini menandakan
betapa geram dan tidak sukanya beliau kepada yang suka mengintai ngintai rumah
orang lain.
“Dari Anas bin Malik r.a.
sesungguhnya ada seorang laki laki mengintip sebagian kamar Nabi s.a.w. lalu
Nabi berdiri menuju kepadanya dengan membawa anak panah yang lebar atau
beberapa anak panah yang lebar dan seakan akan aku melihat beliau menanti
peluang untuk menusuk orang itu”. (H.R. Bukhari)
IKUTI TUNTUNAN AGAMA SECARA TOTAL
“Hai orang orang yang beriman, masuklah kamu ke
dalam Islam keseluruhan dan janganlah kamu turut langkah langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. Al Baqarah (2) : 208).
Dengan
demikian jelas bahwa tuntunan agama tidak hanya sebatas berhubungan dengan Allah saja, tetapi
hubungan dengan manusia harus diperhatikan dan dijaga juga, jika tidak akan
ditimpa kehinaan baik di dunia (dijauhi, dibenci, tidak dihormati), apalagi di
akherat kelak. .
“Mereka diliputi kehinaan di
mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama)
Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia ……”. (Q.S. Ali Imran (3) : 112). Semoga kita berhati hati dan tidak
sembrono dalam mengamalkan ajaran agama Nya.
KISAH TAULADAN
bUDAK YANG IKUT MEMANDIKAN JASAD RASULULLAH
Saat Nabi Muhammad s.a.w. berusia 63 tahun (12 Rabiul Awal), Allah memanggilnya untuk meninggalkan dunia selama lamanya. Saat itu umat Islam di seluruh penjuru dunia diliputi kesedihan. Ada yang ikhlas, ada juga yang tak menerima kenyataan tersebut,
seperti Umar bin Khattab. "Siapa yang bilang Rasulullah sudah wafat, akan
aku tebas batang lehernya!" ancam Umar. Namun akhirnya Umar bisa menerima
keputusan Allah tersebut.
Tak sedikit sahabat dan umat Rasulullah s.a.w. yang bersedia memandikan
manusia paling agung di dunia tersebut. Salah satu yang beruntung adalah
Syuqran seorang budak.
Dikutip dari
buku Bilik bilik Cinta Muhammad, karya Nizar Abazhah mengungkapkan, tak sedikit
sahabat yang dicegah mendatangi prosesi pemandian tersebut. Namun Syuqran
berhasil menjadi bagian dari prosesi tersebut.
Hal ini menjadi kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri bagi
Syuqran. Selain memandikan, Syuqran juga ikut turun ke liang lahat kekasih
Allah tersebut saat prosesi pemakaman.
Dia bentangkan
pada jenazah Beliau beludru yang biasa dipakai untuk sajadah salat sambil
berkata : "Demi Allah takkan ada lagi yang memakai (beludru) ini
peninggalanmu Rasulullah".
MUTIARA
DO’A
DO’A KELUAR RUMAH
Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barang
siapa yang keluar dari rumahnya lalu berdo’a” :
بِسْمِ اللَّهِ
تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
BISMILLAAHI TAWAKKALTU
‘ALALLOH LAA HAULA WALAA
QUWWATA ILLAA BILLAAH
(Dengan nama Allah aku berserah kepada Nya, tidak ada daya
dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). “Niscaya
pada saat itu dikatakan kepada Nya : “Aku mencukupkanmu, Aku menjagamu, Aku memberikan
petunjuk kepadamu dan menyelamatkanmu
dari gangguan syetan”. (H.R. Abu Daud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar