MUSH’AB BIN UMAIR
GUGUR MENDEKAP
PANJI DENGAN KEDUA LENGAN
TERPOTONG
“Diantara orang orang
mukmin itu ada orang orang
yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Maka di antara mereka ada yang gugur dan di antara
mereka ada (pula) yang menunggu nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)”.
(Q.S. Al Ahzab (33) : 23)
Berbagai sifat dan sikap mulia dimiliki para shahabat
Nabi s.a.w., berkat didikan dan ketauladan beliau, sehingga para shahabat memiliki
karakter spesifik dalam penampilan kesehariannya.
Salah
seorang diantaranya adalah Mush’ab bin Umair, walau semula dibesarkan
dikalangan hartawan, dia sudi meninggalkan kemewahan dunia dan mengisinya
dengan lembaran hidup yang bermanfaat bagi perkembangan agama Islam.
NAMA
Nama lengkap
Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdul Manaf Al Ab dari Al Qurasyi, bergelar
Safir al Islam (duta besar Islam), Mush’ab al Khair (orang baik), Mush’ab al
Qari’ (penghafal Al Quran).
KELUARGA HARTAWAN
Termasuk sahabat
yang dikenal pemberani, lahir dan dibesarkan dikalangan keluarga kaya, termasuk
pemuda Mekkah berwibawa, berwajah tampan, berakhlak lembut, teguh pendirian,
suka pada parfum yang paling harum baunya.
KOKOH PENDIRIAN
Termasuk
yang mula mula memeluk Islam. Ibunya Khonnas binti Malik, seorang wanita
Quraisy memiliki kekayaan berlimpah, sang ibu menangisinya agar dia mau murtad,
namun Mush’ab menolaknya dengan halus dan sopan.
Rasulullah
s.a.w. memujinya dikala umat Islam bersedih melihat Mush’ab menjadi miskin,
mengenakan pakaian sangat
sederhana, makanpun seadanya.
DUTA PERTAMA
Merupakan duta besar Islam pertama dalam Islam,
Rasulullah s.a.w. pernah mengutusnya bersama 12 orang laki laki dari Yatsrib
(Madinah) yang telah memeluk Islam pada Bai’at Aqabah l, dalam rangka
mengajarkan Islam kepada penduduk Madinah.
SUKSES BERDAKWAH
Tercatat
banyak orang memeluk Islam melalui Mush’ab, diantaranya Usaid bin Hudhair,
Sa’ad bin Muadz keduanya adalah pemimpin kabilah. Setelah mukim selama 6 bulan
di Madinah, Mush’ab kembali ke Mekkah bersama 72 orang penduduk Madinah yang memeluk
Islam.
Orang pertama yang mendirikan sholat jum’ah dalam Islam.
Dia meninggalkan Madinah dan tidak ada satu rumahpun melainkan di dalamnya telah
disebut nama Allah (dzikir).
BERGELAR AL KHAIR
Kaum
Muslimin menggelarinya dengan sebutan Mush’ab Al Khair (orang baik) dan Rasulullah s.a.w. juga pernah
mendo’akannya.
Rasulullah s.a.w. mempersaudarakan dengan Abu Ayyub Al
Anshari, juga
dipercaya membawa panji Nabi s.a.w. dalam perang Badar dan Uhud.
PEMBAWA PANJI
Membawa panji merupakan kehormatan bagi seorang prajurit,
karena panji merupakan lambang kebesaran dan pergerakan pasukan. Tidak setiap
orang bisa membawanya, kecuali ditunjuk karena dipercaya. Ketika tiba saat perang
Uhud Mush’ab bin Umair dipercaya sebagai pembawa panji kebesaran Nabi s.a.w.
TANGAN KANAN TERPOTONG
Dengan
gagah, perkasa dan bangganya Mush’ab bin Umair membawa panji sebagai lambang
kebesaran pasukan Islam menerobos maju dengan sigapnya.
Melihat lambang kebesaran pasukan Islam berkibar di
tangan Mush’ab bin Umair, seorang prajurit kafir Ibnu Qumai’ah dengan geram dan
sadisnya menebas tangan kanan Mush’ab dengan pedangnya hingga lepas terpotong, diikuti
derasnya kucuran darah yang memerah, panjipun ikut terpental jatuh terjerembab
ke tanah.
TANGAN KIRI TERPOTONG
Walau
tangan kanan terpotong disertai kucuran darah begitu derasnya, tanpa
menghiraukan rasa sakit, berkat kegigihan dan semangat jihadnya Mush’ab dengah sigapnya
mengambil panji dengan tangan kirinya, demi tetap berkibarnya lambang kebesaran
umat Islam yang menjadi kebanggaan agamanya.
Melihat
kegigihan, keteguhan dan kepahlawanan Mush’ab bin Umair dalam memegang panji, dengan
darah tetap mengucur deras di tangan kanannya, tidak membuat Ibnu Qumai’ah
merasa iba. Justru membuat dendamnya makin membara, kebenciannya makin memuncak.
Dengan garangnya bagai singa kelaparan, dia meloncat sambil menebaskan pedang
ke tangan kiri Mush’ab, sehingga tangan kirinya terpental lepas, diikuti
derasnya kucuran darah, panjipun terhempas ke tanah.
MENDEKAP PANJI
Walau
kedua tangannya terputus, tanpa menghiraukan rasa sakit Mush’ab
bin Umair tidak rela
membiarkan panji lambang kebesaran pasukan Islam tergeletak di tanah. Sambil
terhuyung huyung lemah, namun dengan gigih dan sigapnya Mush’ab memungut kembali
panji dengan sisa kedua lengan atasnya yang terus mengucurkan darah dan kemudian
.......mendekapkan panji kedadanya.
GUGUR
SEBAGAI SYAHID
Melihat
keteguhan dan ketegaran Mush’ab yang menunjukkan jiwa ksatria dalam
mempertahankan panji kebesaran agamanya, membuat hati Ibnu Qumai’ah makin panas
membara penuh kebencian, tanpa memperdulikan sisa kedua lengan Mush’ab yang
terus mengucurkan darah dengan derasnya.
Ibnu
Qumai’ah tanpa rasa iba, dengan teganya .......membidik punggung Mush’ab bin
Umair yang lemah tak berdaya dengan anak panahnya, sehingga membuat tubuh Mush’ab
roboh bergelimang darah, dengan panji masih melekat didadanya dalam degapan
sisa kedua lengannya, dan ......gugur sebagai prajurit syahid di tahun 3 H di
usia sekitar 40 tahun. Allaahu Akbar.
MIRIP NABI
Begitu tampan wajahnya dan mulia akhlak Mush’ab bin
Umair, bahkan sampai penampilannya pun mirip Rasulullah s.a.w., sehingga dengan
terbunuhnya Musha’b, Ibnu Qumai’ah terkecoh dan menyangka telah membunuh
Rasulullah s.a.w. sehingga sempat berteriak
dan memaklumkannya kepada khalayak ramai.
WAFAT DALAM KEMISKINAN
Betapa
sederhana kehidupan Mush’ab menjelang akhir hayatnya, sehingga setelah gugur sebagai
syahid, para sahabat tidak mendapati harta miliknya, kecuali hanya selembar
kain loreng, sehingga jika kepalanya ditutup maka bagian kakinya terbuka,
jika kakinya ditutup bagian kepalanya nampak terbuka.
Kemudian
Rasulullah s.a.w. memerintah para sahabat agar menutup kepala Mush’ab dengan kain,
dan menutup bagian kakinya dengan daun idzkhir.
Akhir
kehidupan Mush’ab disebutkan sebagaimana hadits Khabbab bin Aratti : “Bahwa Mush’ab bin Umair terbunuh pada hari perang Uhud,
sedang dia tidak meninggalkan sesuatu kecuali sehelai kain loreng, maka kalau
kami peruntukkan menutup kepalanya nampaklah kedua kakinya dan jika kami
menutup kakinya nampaklah kepalanya. Kemudian Rasulullah s.a.w. memerintah agar
menutupkan pada kepalanya dan agar kakinya kami tutup daun idzkhir “.(H.R.
jama’ah kecuali Ibnu Majah)
AYAT BERKENAAN
DENGAN MUSH’AB
Dalam
sebuah riwayat disebutkan ada ayat yang turun berkenaan dengan sikap Mush’ab sebagaimana
ayat tersebut diatas (Q.S. Al Ahzab 23). Begitu mulianya akhir kehidupan
Mush’ab bin Umair, sehingga turun ayat
berkenaan dengan nilai kebesaran jiwa dan tekadnya dalam mengejar sisa
hidupnya yagn gugur sebagai syahid.
MUTIARA HADITS
KEUTAMAAN KALIMAT TASBIH
“ Senantiasa bertasbih kepada
Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Yang Maha Suci, yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana“.
(Q.S. Al Jum'ah (62) : 1)
Tiap kalimat
thoyyibah (baik) memiliki
spesifikasi, demikian pula dengan kalimat tasbih (subhaanallaah : Allah Maha
Suci). Bukankah semua yang di langit dan bumi sama bertasbih kepada Nya.
Bertasbih artinya me Maha Sucikan Allah, meng Esakan Allah, tidak menyekutukan
Nya !.
Begitu
tingginya nilai berdzikir dengan kalimat tasbih, sampai Rasulullah s.a.w.
menyampaikan : bagi yang membaca 100 kali dalam sehari, akan ditulis baginya
1000 kebaikan atau dihapus 1000 dosanya.
Dari Sa’d bin Abi Waqqas r.a. berkata : “Ketika kami
berada di hadapan Rasulullah s.a.w. beliau bertanya : “Apakah masing masing
diantara kamu sekalian tidak mampu untuk mengerjakan seribu kebaikan setiap
hari ?“. Kemudian salah seorang diantara kami yang sedang duduk itu menanyakan
tentang bagaimana mungkin seseorang itu dapat mengerjakan seribu kebaikan.
Kemudian beliau bersabda : “Seorang yang membaca tasbih seratus kali itu dituliskan
baginya seribu kebaikan atau dihapuskan baginya seribu dosa“.
(H.R. Muslim)
Dalam
melafadzkan kalimat tasbih hendaknya tidak hanya sekedar dibibir saja, tetapi
hendaknya dihayati dan diresapi maknanya, sehingga membuahkan sikap mensucikan
Allah, meng Esakan Allah, jauh dari sikap menyekutukan Nya !.
Tidak
sampai disini saja keutamaanya, bahkan melafadzkan kalimat tasbih termasuk
bidang shodaqoh juga, betapa Murah Allah kepada hamba Nya.
Dari Abu Dzar r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda
: “Pada waktu pagi setiap persendian masing masing kamu harus disedekahi.
Setiap tasbih adalah shodaqoh, setiap tahmid adalah shodaqoh, setiap tahlil
adalah shodaqoh, setiap takbir adalah shodaqoh, amar ma’ruf (mengajak kepada
kebaikan) adalah shodaqoh dan nahi munkar (mencegah kemunkaran) adalah
shodaqoh. Semuanya itu bisa dicukupkan dengan dua rekaat Dhuha yang dia
kerjakan“. (H.R. Muslim)
Karena
tiap persendian merupakan karunia Nya, maka sebagai seorang hamba hendaknya
pandai mensyukuri dengan selalu aktif berdzikir dan melaksanakan sholat dhuha.