PERAN ISTERI NABI
“ Dan diantara
tanda tanda kekuasaan Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir “. ( Q. S. Ar Rum 21 )
Isteri adalah wanita pendamping
hidup yang halal digauli disebabkan adanya ikatan pernikahan. Pernikahan
menunjukkan tanda Kemurahan dan Kekuasaan Nya, berbekal rasa kasih dan sayang
yang merupakan karunia Nya.
Adanya isteri diharapkan jiwa menjadi
tenteram, peran isteri sangat penting dalam kehidupan, karena ikut menentukan
sukses suami dimasa datang.
Demikian pula halnya dengan Rasulullah
s.a.w., beliau juga menikah sebagai tauladan agar diikuti umatnya, karena nikah merupakan fithrah manusia
yang tidak bisa diingkarinya.
Dengan adanya isteri bisa berbagi
rasa, bermusyawarah guna memecahkan masalah, karena memang demikian kodrat
manusia. Beban akan terasa lebih ringan bila dibagi dua, dari pada disangga
sendirian saja.
KHODIJAH YANG HARTAWAN
Khodijah adalah
seorang bangsawan quraisy dan saudagar kaya, sempat dua kali menjanda. Muhammad
salah satu pegawainya yang cukup jujur dan berhasil dalam melaksanakan bisnis Khodijah,
akhirnya Khodijah terpikat karena kemuliaan akhlaknya. Sehingga Muhammad yang
belum diangkat jadi Nabi, pada usia 25 tahun dipersunting Khodijah yang 40
tahun usianya.
DIFITNAH
Karena Siti Khadijah
seorang janda kaya, keluarlah tuduhan miring dari mulut mereka yang dengki hatinya.
“ Muhammad mengawini Khadijah dengan
maksud menutupi kemiskinannya, karena sejak kecil papa dan sengsara. Dengan
mengawini Khadijah akan tercapailah segala keinginannya “.
Tuduhan tersebut ternyata
salah, karena bila Muhammad menginginkan kekayaannya, mengapa bukan Muhammad
yang meminangnya ?.
MENOLAK PINANGAN
Siti Khadijah
beberapa kali dipinang, tetapi semua ditolaknya. Karena Khadijah sadar lamaran mereka hanya lantaran
mengincar kekayaannya.
Akhirnya pilihan Siti
Khadijah jatu pada Muhammad bin Abdullah, seorang pemuda Quraisy yang papa
sengsara, tetapi jujur dengan gelar “ Al Aminnya ”.
BERAKHLAK MULIA
Perkawinan Muhammad dengan
seorang janda yang 40 tahun usianya, merupakan rencana yang Maha Kuasa. Seorang
janda tentulah banyak pengalaman dalam berumah tangga, dengan demikian Muhammad
ikut pula menyerapnya.
Apalagi Khodijah usianya 15 tahun lebih
tua, dengan demikian akan lebih dewasa, lebih sabar dalam mendampinginya,
sehingga khodijah disamping menjadi isteri sekaligus menjadi pembimbing
Muhammad dalam mendewasakannya.
Ketika turun wahyu pertama Muhammad
sempat ketakutan, karena Malaikat Jibril yang belum dikenalnya, datang
menjumpai dan langsung mendekapnya, bahkan memerintah untuk membacanya.
Sampai sampai beliau pulang dan
meminta Khodijah menyelimutinya. Khodijah pun menghibur dan mengajaknya kerumah
Waroqoh bin Naufal seorang pendeta yang juga familinya. Ketika waroqoh membuka
kitab biybelnya (yang masih asli), ternyata makhluk yang datang tadi malam adalah
Namus ( Jibril ). Yang memberikan wahyu pertama, dengan demikian “ Muhammad
adalah Nabi akhir zaman “ kata
Waroqoh.
PENYANDANG DANA
Khodijah adalah isteri sholihah,
ketika Muhammad sedang duka ia sanggup menghiburnya, ketika Muhammad diangkat
menjadi Nabi, ia sudi mengorbankan hartanya guna membantu Nabi dalam menyiarkan
agama. Pantas ketika Khodijah wafat beliau sangat sedih sekali, sehingga tahun
itu disebut tahun kesedihan.
SITI AISYAH BINTI ABU
BAKAR
Menurut riwayat Ibnu
Sa’ad dan Ibnu Ashim dari Siti Aisyah sendiri, ia berkata:
“ Waktu Khadijah
wafat, datanglah Khaulah binti Hakim, istri Ustman bin Mazh’un ra., kepada Nabi
s.a.w ia berkata : “ Apakah Tuan tidak mau menikah “.“
“ Waktu Khadijah
wafat, datanglah Khaulah binti Hakim, istri Ustman bin Mazh’un ra., kepada Nabi
s.a.w ia berkata : “ Apakah Tuan tidak mau menikah “.“ Dengan siapa ? “ Jawab
Nabi. Khaulah berkata : “ Kalau Tuan mau, seorang gadis dan jika Tuan mau,
seorang janda “. Nabi s.a.w. bertanya : “ Siapakah gadis itu “. Khaulah
menjawab : “ Anak perempuan seorang yang sangat tuan cintai, yaitu Aisyah binti
Abu Bakar “. Nabi bertanya : “ Siapakah janda itu ? ”. Khaulah menjawab
: “ Saudah binti Zam’ah yang telah beriman kepada Tuan dan mengikuti pimpinan
Tuan “. Nabi bersabda kepada Khaulah : “ Pergilah dan terangkanlah keduanya
kepadaku “.
DEMI UKHUWWAH DAN
PENGKADERAN
Perkenalan Nabi s.a.w.
dengan Siti Aisyah berlangsung di Mekkah sebulan setelah pernikahan beliau
dengan Saudah. Pada tahun kedua Hijriyah, baru dilangsungkan pernikahan beliau
dengan Siti Aisyah di Madinah. Ketika itu Nabi s.a.w berusia 50 tahun, sedang
Siti Aisyah baru 13 tahun masih gadis remaja.
Pernikahan Nabi s.a.w.
dengan Siti Aisyah atas keinginan ayahnya, Abu Bakar Shiddiq r.a., guna mempererat
tali persaudaraan, dan untuk memberikan pemahaman berbagai macam ajaran Islam
yang berhubungan dengan masalah kewanitaan.
TUDUHAN MIRING
Orang yang benci
kepada Islam memfitnah bahwa pernikahan beliau dengan Siti Aisyah sebagai pemuas
nafsu belaka, karena tertarik kecantikan
wajahnya.
Tuduhan tersebut
tidak terbukti, karena Siti Aisyah ketika dikenalkan dengan Nabi saw, baru
berusia 7 tahun. Dalam usia tujuh tahun, kecantikan wajahnya belum terlihat
dengan nyata.
Nabi s.a.w. bukanlah tipe laki laki hidung belang, karena laki laki
hidung belang, pasti tak akan sabar menunggunya.
Pernikahannya dengan
Siti Aisyah dilakukan mengingat jasa ayahnya dalam menegakkan Islam. Nabi s.a.w,
sendiri berharap Siti Aisyah dapat menjadi pemimpin kaum wanita, dengan menyampaikan
ajaran beliau mengenai masalah kewanitaan.
Dengan menikahi Siti
Aisyah, disatu sisi sebagai pendamping dilain sisi sebagai kader yang dapat
menyampaikan risalah agama, sepeninggal suaminya.
CERDAS
Siti Aisyah berotak
cerdas, cepat dalam memahami ajaran agama, seorang ibu yang pandai dan ahli
tentang hukum islam, terutama dalam hal kewanitaan.
Ketika Nabi s.a.w.
wafat, Siti Aisyah masih berusia 26 tahun, sehingga menjadi tumpuan pertanyaan
para ibu khususnya yang berkenaan dengan masalah wanita.
KAMUS BERJALAN
Dengan demikian pernikahannya
yang masih muda, mengandung hikmah besar
bagi kemajuan Islam, walau Nabi s.a.w. sudah wafat . Masih ada penerus yang
bisa menjadi tumpuan pertanyaan mengenai soal agama, karena ‘Aisyah memang menguasainya,
Aisyah termasuk banyak meriwayatkan
hadits dari Nabi s.a.w..
AMANAT ITU BERAT
Ketika Islam telah jaya dibawah kepemimpinan
Rasulullah s.a.w. beliau tetap saja hidup dalam rumah sederhana,
terbuat dari tanah liat dan beberapa kamar yang menghadap ruang tengah. Beliau masih
juga menyapu rumah, menjahit pakaian dan menambal sandalnya sendiri.
Guna mensejahterakan umatnya, Rasulullah s.a.w. menata sistem kenegaraan
berdasar agama, bukan pada garis keturunan seperti sebelumnya. Maka beliau
menunjuk beberapa sahabat untuk memegang jabatan.
Karena tidak mendapat jabatan, Abu Dzar meminta pada Nabi. Atas
permintaan ini, dengan penuh kelembutan beliau bersabda : “ Wahai Abu Dzar aku
sungguh menyayangimu seperti aku menyayangi diriku sendiri. Engkau memiliki
kelemahan, sedang jabatan adalah amanat yang berat. Ketahuilah bahwa pada hari
kiamat nanti, para pemangku jabatan akan merasakan penyesalan yang besar,
kecuali yang dapat melaksanakan dengan sungguh sunguh dan penuh keikhlasan “.
“ Kalau begitu berilah aku nasehat ya Rasulullah “, “ Ingatlah olehmu
lima hal, sayangilah orang miskin jadilah sahabat mereka. Lihatlah orang lebih
rendah darimu dan jangan melihat yang diatasmu. Sambunglah tali shilaturrahim
walau orang itu menjauhimu. Katakan kebenaran walaupun pahit. Dan
perbanyak mengucapkan laa haula walaa
quwwata ilaa billah ( tidak ada daya dan kekuatan melainkan beserta Allah
).
MUTIARA HADITS
HARAM BAU SYUR
Rasulullah s.a.w. bersabda : “
Wanita mana saja yang menuntut cerai kepada suaminya tanpa ada alasan, maka
haram atasnya bau syurga “. ( H.R. Abu Dawud )
WANITA MUNAFIQ
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa
Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Wanita yang suka menuntut cerai dan suka
membangkang adalah wanita munafiq “. ( H.R. An Nasai )
Begitu
beratnya resiko wanita yang suka minta cerai, sehingga diharamkan bau
syurga, apalagi memasukinya. Bahkan ditambah pula dengan cap munafik, termasuk
wanita yang suka membangkang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar