Rabu, 04 Februari 2015


PERAN ISTERI NABI

Dan diantara tanda tanda kekuasaan Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir  “. ( Q. S. Ar Rum 21 )
         
Isteri adalah wanita pendamping hidup yang halal digauli disebabkan adanya ikatan pernikahan. Pernikahan menunjukkan tanda Kemurahan dan Kekuasaan Nya, berbekal rasa kasih dan sayang yang merupakan karunia Nya.
Adanya isteri diharapkan jiwa menjadi tenteram, peran isteri sangat penting dalam kehidupan, karena ikut menentukan sukses suami dimasa datang.                
Demikian pula halnya dengan Rasulullah s.a.w., beliau juga menikah sebagai tauladan agar diikuti  umatnya, karena nikah merupakan fithrah manusia yang tidak bisa diingkarinya.
Dengan adanya isteri bisa berbagi rasa, bermusyawarah guna memecahkan masalah, karena memang demikian kodrat manusia. Beban akan terasa lebih ringan bila dibagi dua, dari pada disangga sendirian saja.

KHODIJAH YANG HARTAWAN
Khodijah adalah seorang bangsawan quraisy dan saudagar kaya, sempat dua kali menjanda. Muhammad salah satu pegawainya yang cukup jujur dan berhasil dalam melaksanakan bisnis Khodijah, akhirnya Khodijah terpikat karena kemuliaan akhlaknya. Sehingga Muhammad yang belum diangkat jadi Nabi, pada usia 25 tahun dipersunting Khodijah yang 40 tahun usianya.

DIFITNAH
Karena Siti Khadijah seorang janda kaya, keluarlah tuduhan miring dari mulut mereka yang dengki hatinya. “ Muhammad mengawini Khadijah dengan maksud menutupi kemiskinannya, karena sejak kecil papa dan sengsara. Dengan mengawini Khadijah akan tercapailah segala keinginannya “.
Tuduhan tersebut ternyata salah, karena bila Muhammad menginginkan kekayaannya, mengapa bukan Muhammad yang meminangnya ?.

MENOLAK PINANGAN
Siti Khadijah beberapa kali dipinang, tetapi semua ditolaknya. Karena  Khadijah sadar lamaran mereka hanya lantaran mengincar kekayaannya.
Akhirnya pilihan Siti Khadijah jatu pada Muhammad bin Abdullah, seorang pemuda Quraisy yang papa sengsara, tetapi jujur dengan gelar “ Al Aminnya ”.

BERAKHLAK MULIA
Perkawinan Muhammad dengan seorang janda yang 40 tahun usianya, merupakan rencana yang Maha Kuasa. Seorang janda tentulah banyak pengalaman dalam berumah tangga, dengan demikian Muhammad ikut pula menyerapnya.  
Apalagi Khodijah usianya 15 tahun lebih tua, dengan demikian akan lebih dewasa, lebih sabar dalam mendampinginya, sehingga khodijah disamping menjadi isteri sekaligus menjadi pembimbing Muhammad dalam mendewasakannya.
Ketika turun wahyu pertama Muhammad sempat ketakutan, karena Malaikat Jibril yang belum dikenalnya, datang menjumpai dan langsung mendekapnya, bahkan memerintah untuk membacanya.
Sampai sampai beliau pulang dan meminta Khodijah menyelimutinya. Khodijah pun menghibur dan mengajaknya kerumah Waroqoh bin Naufal seorang pendeta yang juga familinya. Ketika waroqoh membuka kitab biybelnya (yang masih asli), ternyata makhluk yang datang tadi malam adalah Namus ( Jibril ). Yang memberikan wahyu pertama, dengan demikian “ Muhammad adalah Nabi akhir zaman “ kata Waroqoh.       

PENYANDANG DANA 
Khodijah adalah isteri sholihah, ketika Muhammad sedang duka ia sanggup menghiburnya, ketika Muhammad diangkat menjadi Nabi, ia sudi mengorbankan hartanya guna membantu Nabi dalam menyiarkan agama. Pantas ketika Khodijah wafat beliau sangat sedih sekali, sehingga tahun itu disebut tahun kesedihan.

SITI AISYAH BINTI ABU BAKAR
Menurut riwayat Ibnu Sa’ad dan Ibnu Ashim dari Siti Aisyah sendiri, ia berkata:
“ Waktu Khadijah wafat, datanglah Khaulah binti Hakim, istri Ustman bin Mazh’un ra., kepada Nabi s.a.w ia berkata : “ Apakah Tuan tidak mau menikah “.“
“ Waktu Khadijah wafat, datanglah Khaulah binti Hakim, istri Ustman bin Mazh’un ra., kepada Nabi s.a.w ia berkata : “ Apakah Tuan tidak mau menikah “.“ Dengan siapa ? “ Jawab Nabi. Khaulah berkata : “ Kalau Tuan mau, seorang gadis dan jika Tuan mau, seorang janda “. Nabi s.a.w. bertanya : “ Siapakah gadis itu “. Khaulah menjawab : “ Anak perempuan seorang yang sangat tuan cintai, yaitu Aisyah binti Abu Bakar “. Nabi bertanya : “ Siapakah janda itu ? ”. Khaulah menjawab : “ Saudah binti Zam’ah yang telah beriman kepada Tuan dan mengikuti pimpinan Tuan “. Nabi bersabda kepada Khaulah : “ Pergilah dan terangkanlah keduanya kepadaku “.

DEMI UKHUWWAH DAN PENGKADERAN
Perkenalan Nabi s.a.w. dengan Siti Aisyah berlangsung di Mekkah sebulan setelah pernikahan beliau dengan Saudah. Pada tahun kedua Hijriyah, baru dilangsungkan pernikahan beliau dengan Siti Aisyah di Madinah. Ketika itu Nabi s.a.w berusia 50 tahun, sedang Siti Aisyah baru 13 tahun masih gadis remaja.
Pernikahan Nabi s.a.w. dengan Siti Aisyah atas keinginan ayahnya, Abu Bakar Shiddiq r.a., guna mempererat tali persaudaraan, dan untuk memberikan pemahaman berbagai macam ajaran Islam yang berhubungan dengan masalah kewanitaan.

TUDUHAN MIRING
Orang yang benci kepada Islam memfitnah bahwa pernikahan beliau dengan Siti Aisyah sebagai pemuas nafsu belaka, karena tertarik  kecantikan wajahnya.
Tuduhan tersebut tidak terbukti, karena Siti Aisyah ketika dikenalkan dengan Nabi saw, baru berusia 7 tahun. Dalam usia tujuh tahun, kecantikan wajahnya belum terlihat dengan nyata. 
Nabi s.a.w. bukanlah tipe laki laki hidung belang, karena laki laki hidung belang, pasti tak akan sabar menunggunya.
Pernikahannya dengan Siti Aisyah dilakukan mengingat jasa ayahnya dalam menegakkan Islam. Nabi s.a.w, sendiri berharap Siti Aisyah dapat menjadi  pemimpin kaum wanita, dengan menyampaikan ajaran beliau mengenai masalah kewanitaan.
Dengan menikahi Siti Aisyah, disatu sisi sebagai pendamping dilain sisi sebagai kader yang dapat menyampaikan risalah agama, sepeninggal suaminya.

CERDAS
Siti Aisyah berotak cerdas, cepat dalam memahami ajaran agama, seorang ibu yang pandai dan ahli tentang hukum islam, terutama  dalam hal kewanitaan.
Ketika Nabi s.a.w. wafat, Siti Aisyah masih berusia 26 tahun, sehingga menjadi tumpuan pertanyaan para ibu khususnya yang berkenaan dengan masalah wanita.

KAMUS BERJALAN
Dengan demikian pernikahannya yang masih muda, mengandung hikmah  besar bagi kemajuan Islam, walau Nabi s.a.w. sudah wafat . Masih ada penerus yang bisa menjadi tumpuan pertanyaan mengenai soal agama, karena ‘Aisyah memang menguasainya,  Aisyah termasuk banyak meriwayatkan hadits dari Nabi s.a.w..
        



                                                        KISAH TAULADAN
AMANAT ITU BERAT

Ketika Islam telah jaya dibawah kepemimpinan Rasulullah s.a.w. beliau          tetap saja hidup dalam rumah sederhana, terbuat dari tanah liat dan beberapa kamar yang menghadap ruang tengah. Beliau masih juga menyapu rumah, menjahit pakaian dan menambal sandalnya sendiri.
Guna mensejahterakan umatnya, Rasulullah s.a.w. menata sistem kenegaraan berdasar agama, bukan pada garis keturunan seperti sebelumnya. Maka beliau menunjuk beberapa sahabat untuk memegang jabatan.
Karena tidak mendapat jabatan, Abu Dzar meminta pada Nabi. Atas permintaan ini, dengan penuh kelembutan beliau bersabda : “ Wahai Abu Dzar aku sungguh menyayangimu seperti aku menyayangi diriku sendiri. Engkau memiliki kelemahan, sedang jabatan adalah amanat yang berat. Ketahuilah bahwa pada hari kiamat nanti, para pemangku jabatan akan merasakan penyesalan yang besar, kecuali yang dapat melaksanakan dengan sungguh sunguh dan penuh keikhlasan “.
“ Kalau begitu berilah aku nasehat ya Rasulullah “, “ Ingatlah olehmu lima hal, sayangilah orang miskin jadilah sahabat mereka. Lihatlah orang lebih rendah darimu dan jangan melihat yang diatasmu. Sambunglah tali shilaturrahim walau orang itu menjauhimu. Katakan kebenaran walaupun pahit. Dan perbanyak  mengucapkan laa haula walaa quwwata ilaa billah ( tidak ada daya dan kekuatan melainkan beserta Allah ).          

                            MUTIARA HADITS
                                         HARAM BAU SYUR
Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Wanita mana saja yang menuntut cerai kepada suaminya tanpa ada alasan, maka haram atasnya bau syurga “. ( H.R. Abu Dawud )
                                                     
                                 WANITA MUNAFIQ
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda : “ Wanita yang suka menuntut cerai dan suka membangkang adalah wanita munafiq “. ( H.R. An Nasai )
Begitu beratnya resiko wanita yang suka minta cerai, sehingga diharamkan bau syurga, apalagi memasukinya. Bahkan ditambah pula dengan cap munafik, termasuk wanita yang suka membangkang.   
                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar