INSAN TAULADAN
“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah “. ( Q.S. Al Ahzab 21 )
KEADILAN DAN KEJUJURAN RASULULLAH SAW.
Sifat keadilan dan kejujuran Nabi saw.
telah terkenal dalam riwayatnya. Bahkan, ketika belum diangkat menjadi Nabi
utusan Allah, kedua sifat beliau itu sudah dikenal oleh masyarakat kota Mekah.
Sehingga, beliau diberi gelar al-amin, yakni orang terpercaya atau jujur. Dalam
melakukan keadilan, Nabi saw. tidak pernah membedakan orang. Karena keadilan
dan kejujuran beliau dalam memutuskan, maka banyak orang yang merasa puas
terhadap keputusannya. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari sahabat Ali r.a., ia
berkata,“ Rasulullah adalah manusia yang paling adil.
Mereka yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad
saw. itu seorang yang adil dan jujur dalam setiap tindakannya, terutama
keputusan hukumnya, bukan saja para kawannya atau para pengikutnya. Bahkan,
orang-orang yang memusuhi beliau mengakuinya juga.
KEBENARAN NABI S.A.W.
sejarah telah mengenal sifat kebenaran Nabi Muhammad saw..Sejak masa kecil nya, beliau tidak pernah berdusta, sehingga penduduk kota Mekah memberinya gelar al-Amin, orang yang terpercaya. Orang yang pernah berdusta, tidak akan diberi gelar al-Amin, karena ia tidak dipercaya.Telah kami sebutkan riwayat ketika terjadi perselisihan dan pertengkaran di antara para ketua kaum Quraisy, tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad di tempat semula. Mereka akhirnya memutuskan bahwa orang yang berhak meletakkan Hajar Aswad itu ialah siapa saja yang pertama masuk ke masjid pada pagi hari.
Kebetulan
yang masuk pertama kali masuk ke masjid pada pagi hari itu ialah Nabi Muhammad,
yang ketika itu belum diangkat menjadi Nabi. Karena itu, mereka berkata, “Ini
al-Amin, ini dia al-Amin”.Kemudian Rasulullah saw. dipilih untuk menengahi perselisihan
di antara mereka. Maka, beliau meletakkan Hajar Aswad di atas sorbannya. Lalu
para ketua kamu Quraisy disuruh memegang
ujung sorban untuk mengangkat Hajar Aswad bersama-sama. Mendengar keputusan
beliau me ngenai soal itu, mereka semua mereka puas.
Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa beliau ketika itu adalah orang yang sudah dikenal dan dapat dipercaya karena kebenaran dan kejujurannya.
Setelah Muhammad diangkat menjadi nabi dan rasul Allah, Abu
Jahal sangat memusuhi seruan beliau. Maka, pada suatu saat karena yakin bahwa
Nabi Muhammad bukan seorang pendusta, maka ia berkata kepada beliau ,
”Sesungguhnya kami tidak mendustakan engkau, Muhammad, tetapi kami mendustakan
apa-apa yang engkau bawa.”
Akhnas bin Suraiq pernah berjumpa dengan Abu Jahal pada hari
peperangan di Badar. Maka, ia berkata
kepada Abu Jahal,”Ya Abal Hakam! Di sini tidak ada orang selain kau dan aku,
yang mendengarkan omongan kita berdua.
Hendaklah engkau memberitahukan kepadaku tentang keadaan Muhammad yang
sebenarnya, apakah beliau itu
seorang yang benar atau seorang yang pendusta?” Abu Jahal
menyahut secara jujur, “Demi Allah, Muhammad
itu sesungguhnya seorang yang benar dan beliau tidak pernah berdusta
sekali pun.”
Jadi, Abu Jahal sendiri, yang terkenal sangat memusuhi dakwah
Nabi Muhammad saw., telah mengakui
kebenaran dan kejujuran beliau.Karena, kalau Nabi saw. adalah pendusta, tentu
tidak akan diangkat menjadi nabi utusan Allah, sebab sifat seorang nabi itu harus
benar.
KEBIJAKAN DAN
KESEMPURNAAN AKAL NABI SAW.
Kebijakan atau kecerdasan dan kesempurnaan akal pikiran Nabi
saw.,tidak dapat diragukan lagi oleh siapa saja yang berakal sehat, sekalipun ia seorang yang awam. Jelasnya,
barangsiapa yang suka memperhatikan urusan-urusan Nabi saw. yang tidak berhubungan
dengan wahyu atau kenabian
beliau, dengan penuh perhatian yang didasarkan kesucian jiwa, niscaya ia tidak akan ragu-ragu untuk mengakui kebijakan, kecerdasan,
ketinggian, dan kesempurnaan akal pikiran beliau yang tiada bandingnya.
Dalam hal ini, Wahab bin Munabbih, seorang yang terkenal
mengerti kitab-kitab agama yang terdahulu (sebelum Al-Qur’an), pernah
mengatakan secara jujur, “Saya pernah membaca tujuh puluh satu kitab dari pada
kitab-kitab Tuhan yang diturunkan kepada para utusan-Nya yang ter dahulu, maka
saya mendapati didalamnya didalamnya dengan jelas bahwa
Nabi Muhammad saw. itu adalah seorang yang paling sempurna
akalnya dan paling tinggi kebijaksanaan pikiran nya.”
PENGAMPUNAN NABI SAW
Nabi saw. pernah dianiaya oleh penduduk Thaif yang begitu kejam
dan ganas. Namun, ketika mereka akan
dijatuhi siksa oleh Allah dan Malaikat Jibril pun menawarkan bantuan untuk menghancurkan mereka, maka beliau
menolaknya, dan bersabda, ” Bahkan saya berharap
semoga Allah melahirkan dari keturunan mereka itu orang yang
menyembah-Nya, dan tidak menyekutu kan
sesuatu pun dengan-Nya.” Selanjutnya beliau bersabda,”Ya allah, tunjukkanlah
kepada ka umku ke jalan yang lurus
karena mereka tidak mengetahui.”
Diriwayatkan bahwa
ketika Nabi saw. dilukai wajahnya
dan dipecahkan giginya
oleh pihak musuh dalam Perang
Uhud, maka sebagian sahabatnya
sangat marah melihat peristiwa
yang menyedihkan itu, lalu mereka berkata,
“ Alangkah baiknya engkau jika berdoa agar mereka ditu runkan
siksa.”Beliau menjawab, “ Sesungguhnya aku tidak diutus sebagai pengutuk, tetapi
aku diutus sebagai penyeru ( kepada petunjuk yang benar ) dan rahmat. Ya
Allah, tunjukkanlah kepa da kaum ku, karena sesungguhnya mereka tidak
mengetahui.”
Demikianlah di antara sifat pengampunan Nabi saw. terhadap
orang-orang yang menyakiti atau
menganiaya beliau. Adapun di antara riwayat-riwayat lainnya ialah ketika
Nabi saw. Menaklukkan kota Mekah, beliau mengampuni banyak gembong kaum Quraisy
yang sangat memusuhi dakwah baliau, sesudah sesudah mereka menyerah dan memeluk
Islam.
KESABARAN DAN KEMAMPUAN MENAHAN AMARAHNYA
Sifat kesabaran dan penahanan marah Nabi saw. terhadap orang
yang merintangi dan memusuhi dakwah beliau, oleh para ulama dan para sarjana
ahli tarikh telah dicatat dengan cukup sempurna. Sejak Nabi saw. menyampaikan
dakwah dan seruannya kepada penduduk Mekah sampai bebera pa tahun lamanya,
tidak sedikit gangguan, ejekan, caci maki, penghinaan, pukulan, dan lemparan
batu yang diterima oleh beliau. Semua itu dilakukan oleh orang-orang yang
memusuhi beliau dan umumya mereka itu
adalah famili beliau sendiri yang tidak sudi menerima seruan beliau. Bahkan, pernah juga beliau akan dibunuh oleh
salah seorang di antara mereka, tetapi
selama itu beliau ta han dan ulet dalam menghadapi mereka itu. Sehingga,
ada sahabat yang mengatakan, sebagai
mana telah diriwayatkan oleh Abu’sy Syekh: “ Rasulullah saw. adalah manusia
yang sangat ulet dalam menahan marah”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dari Isma’il bin Iyasy, ia
berkata, “ Rasulullah saw. adalah manusia yang paling tahan terhadap
cacia-cacian orang lain. ”
KETAWADHUANNYA
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dengan isnadnya dari Abu Umamah r.a. bahwa ia berkata : ”Rasulullah saw.pernah datang kepada kami (para sahabat ),sambil memegang sebuah tongkat. Maka, berdirilah kami untuk menghormati beliau, lalu beliau bersabda, ”Janganlah kamu berdiri seperti orang-orang yang selain bangsa Arab berdiri, sebagian mereka memuliakan sebagaiannya”.
Al-Qadhi dalam asy-Syifaa’ meriwayatkan bahwa Abu Hurairah r.a.
berkata, ” Pada suatu hati aku masuk ke
pasar bersama Rasulullah saw.,lalu beliau membeli beberapa helai seluar.
Sesudah pen jual itu mengetahui bahwa yang membeli kainnya adalah Nabi
saw.,maka meloncatlah ia. Lalu, ia
memegang tangan beliau sambil mengecupnya, tetapi seketika itu beliau menarik
tangannya sam bil bersabda,”Yang seperti
ini adalah perbuatan orang-orang ‘Ajam terhadap para rajanya, padahal aku ini
bukan seorang raja.Aku ini hanya seorang laki-laki dari bangsamu”.
Kemudian beliau mengambil kain seluar tadi, lalu aku hendak
membawakannya, tetapi beliau tidak menyerahkannya sambil bersabda,”Orang yang
mempunyai sesuatu itu lebih berhak dengan
sesu atu itu dan membawanya sendiri.”
Dalam riwayat at-Tirmidzi disebutkan bahwa Anas r.a.
berkata : ”Tidaklah ada seseorang yang lebih dicintai oleh mereka (para sahabat)
daripada (cinta mereka) kepada Rasulullah saw. Tetapi, apabila mereka melihat beliau datang, mereka
itu tidak berdiri menghormat karena
mereka mengetahui ketidaksukaan
beliau pada yang demikian itu ”.
Begitu tinggi akhlak beliau, semoga kita bisa menauladaninya, Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar