Jumat, 11 Desember 2015

     

INSAN TAULADAN

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah . (  Q.S. Al  Ahzab  21 )

KEADILAN DAN KEJUJURAN RASULULLAH SAW.
Sifat keadilan dan kejujuran Nabi saw. telah terkenal dalam riwayatnya. Bahkan, ketika belum diangkat menjadi Nabi utusan Allah, kedua sifat beliau itu sudah dikenal oleh masyarakat kota Mekah. Sehingga, beliau diberi gelar al-amin, yakni orang terpercaya atau jujur. Dalam melakukan keadilan, Nabi saw. tidak pernah membedakan orang. Karena keadilan dan kejujuran beliau dalam memutuskan, maka banyak orang yang merasa puas terhadap keputusannya. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari sahabat Ali r.a., ia berkata,“ Rasulullah adalah manusia yang paling adil.
Mereka yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw. itu seorang yang adil dan jujur dalam setiap tindakannya, terutama keputusan hukumnya, bukan saja para kawannya atau para pengikutnya. Bahkan, orang-orang yang memusuhi beliau mengakuinya juga.


KEBENARAN NABI S.A.W. 

sejarah telah mengenal sifat kebenaran Nabi Muhammad saw..Sejak masa kecil nya, beliau tidak pernah berdusta, sehingga penduduk kota Mekah memberinya gelar al-Amin, orang yang terpercaya. Orang yang pernah berdusta, tidak akan diberi gelar al-Amin, karena ia tidak dipercaya.Telah kami sebutkan riwayat ketika terjadi perselisihan dan pertengkaran di antara para ketua kaum Quraisy, tentang siapa yang berhak  meletakkan Hajar Aswad di tempat semula. Mereka akhirnya memutuskan bahwa orang yang berhak meletakkan Hajar Aswad itu ialah siapa saja yang pertama masuk ke masjid pada pagi hari.

Kebetulan yang masuk pertama kali masuk ke masjid pada pagi hari itu ialah Nabi Muhammad, yang ketika itu belum diangkat menjadi Nabi. Karena itu, mereka berkata, “Ini al-Amin, ini dia al-Amin”.Kemudian Rasulullah saw. dipilih untuk menengahi perselisihan di antara mereka. Maka, beliau meletakkan Hajar Aswad di atas sorbannya. Lalu para ketua kamu Quraisy disuruh  memegang ujung sorban untuk mengangkat Hajar Aswad bersama-sama. Mendengar keputusan beliau me ngenai soal itu, mereka semua mereka puas.
Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa beliau ketika itu  adalah orang yang sudah dikenal  dan dapat dipercaya karena kebenaran dan kejujurannya.
Setelah Muhammad diangkat menjadi nabi dan rasul Allah, Abu Jahal sangat memusuhi seruan beliau. Maka, pada suatu saat karena yakin bahwa Nabi Muhammad bukan  seorang  pendusta, maka ia berkata kepada beliau , ”Sesungguhnya kami tidak mendustakan engkau, Muhammad, tetapi kami mendustakan apa-apa yang engkau bawa.”
Akhnas bin Suraiq pernah berjumpa dengan Abu Jahal pada hari peperangan di Badar.   Maka, ia berkata kepada Abu Jahal,”Ya Abal Hakam! Di sini tidak ada orang selain kau dan aku, yang mendengarkan omongan kita berdua.    Hendaklah engkau memberitahukan kepadaku tentang keadaan Muhammad yang sebenarnya, apakah  beliau  itu  seorang  yang  benar atau seorang yang pendusta?” Abu Jahal menyahut secara jujur, “Demi Allah, Muhammad  itu sesungguhnya seorang yang benar dan beliau tidak pernah berdusta sekali pun.”
Jadi, Abu Jahal sendiri, yang terkenal sangat memusuhi dakwah Nabi Muhammad saw., telah mengakui kebenaran dan kejujuran beliau.Karena, kalau Nabi saw. adalah pendusta, tentu tidak akan diangkat menjadi nabi utusan Allah, sebab sifat seorang nabi itu harus benar.

KEBIJAKAN DAN KESEMPURNAAN AKAL NABI SAW.
Kebijakan atau kecerdasan dan kesempurnaan akal pikiran Nabi saw.,tidak dapat diragukan lagi oleh siapa saja yang  berakal sehat,  sekalipun ia seorang yang awam.  Jelasnya,   barangsiapa yang suka memperhatikan urusan-urusan Nabi saw. yang tidak  berhubungan  dengan     wahyu atau kenabian beliau, dengan penuh perhatian yang didasarkan kesucian jiwa, niscaya ia   tidak akan ragu-ragu   untuk mengakui kebijakan, kecerdasan, ketinggian, dan   kesempurnaan   akal pikiran beliau yang tiada bandingnya.
Dalam hal ini, Wahab bin Munabbih, seorang yang terkenal mengerti kitab-kitab  agama    yang terdahulu (sebelum Al-Qur’an), pernah mengatakan secara jujur, “Saya pernah membaca tujuh puluh satu kitab dari pada kitab-kitab Tuhan yang diturunkan kepada para utusan-Nya yang ter dahulu, maka saya mendapati didalamnya didalamnya dengan jelas  bahwa  Nabi  Muhammad  saw. itu adalah seorang yang paling sempurna akalnya dan paling tinggi kebijaksanaan pikiran nya.”

PENGAMPUNAN NABI SAW
Nabi saw. pernah dianiaya oleh penduduk Thaif yang begitu kejam dan ganas.    Namun, ketika mereka akan dijatuhi siksa oleh Allah dan Malaikat Jibril pun menawarkan bantuan untuk  menghancurkan mereka, maka beliau menolaknya, dan bersabda, ” Bahkan  saya berharap  semoga Allah melahirkan dari keturunan mereka itu orang yang menyembah-Nya, dan tidak  menyekutu kan sesuatu pun dengan-Nya.” Selanjutnya beliau bersabda,”Ya allah, tunjukkanlah kepada  ka umku ke jalan yang lurus karena mereka tidak mengetahui.”
Diriwayatkan   bahwa ketika Nabi saw.  dilukai  wajahnya  dan  dipecahkan  giginya  oleh  pihak musuh dalam Perang Uhud,  maka sebagian  sahabatnya  sangat  marah melihat peristiwa yang menyedihkan itu, lalu mereka berkata,  “ Alangkah baiknya engkau jika berdoa agar mereka ditu runkan siksa.”Beliau menjawab, “ Sesungguhnya aku tidak diutus sebagai pengutuk,  tetapi  aku diutus sebagai penyeru ( kepada petunjuk yang benar ) dan rahmat. Ya Allah, tunjukkanlah kepa da kaum ku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”
Demikianlah di antara sifat pengampunan Nabi saw. terhadap orang-orang yang menyakiti atau  menganiaya beliau. Adapun di antara riwayat-riwayat lainnya ialah ketika Nabi saw. Menaklukkan kota Mekah, beliau mengampuni banyak gembong kaum Quraisy yang sangat memusuhi dakwah baliau, sesudah sesudah mereka menyerah dan memeluk Islam.

      

         KESABARAN DAN KEMAMPUAN MENAHAN AMARAHNYA

Sifat kesabaran dan penahanan marah Nabi saw. terhadap orang yang merintangi dan memusuhi dakwah beliau, oleh para ulama dan para sarjana ahli tarikh telah dicatat dengan cukup sempurna. Sejak Nabi saw. menyampaikan dakwah dan seruannya kepada penduduk Mekah sampai bebera pa tahun lamanya, tidak sedikit gangguan, ejekan, caci maki, penghinaan, pukulan, dan lemparan batu yang diterima oleh beliau. Semua itu dilakukan oleh orang-orang yang memusuhi beliau  dan umumya mereka itu adalah famili beliau sendiri yang tidak sudi menerima seruan beliau.   Bahkan, pernah juga beliau akan dibunuh oleh salah seorang di antara mereka, tetapi   selama itu beliau ta han dan ulet dalam menghadapi mereka itu. Sehingga, ada sahabat yang mengatakan,     sebagai mana telah diriwayatkan oleh Abu’sy Syekh: “ Rasulullah saw. adalah  manusia  yang  sangat  ulet dalam menahan marah”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dari Isma’il bin Iyasy, ia berkata, “ Rasulullah saw. adalah manusia yang paling tahan terhadap cacia-cacian orang lain. ”


KETAWADHUANNYA

Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dengan isnadnya dari Abu Umamah r.a. bahwa ia berkata : ”Rasulullah saw.pernah datang kepada kami (para sahabat ),sambil memegang sebuah tongkat. Maka, berdirilah kami untuk menghormati beliau, lalu beliau bersabda,  ”Janganlah kamu berdiri seperti orang-orang yang selain bangsa Arab berdiri, sebagian mereka memuliakan sebagaiannya”.

Al-Qadhi dalam asy-Syifaa’ meriwayatkan bahwa Abu Hurairah r.a. berkata,  ” Pada suatu hati aku masuk ke pasar bersama Rasulullah saw.,lalu beliau membeli beberapa helai seluar. Sesudah pen jual itu mengetahui bahwa yang membeli kainnya adalah Nabi saw.,maka meloncatlah ia. Lalu,   ia memegang tangan beliau sambil mengecupnya, tetapi seketika itu beliau menarik tangannya   sam bil bersabda,”Yang seperti ini adalah perbuatan orang-orang ‘Ajam terhadap para rajanya, padahal aku ini bukan seorang raja.Aku ini hanya seorang laki-laki dari bangsamu”.
Kemudian beliau mengambil kain seluar tadi, lalu aku hendak membawakannya, tetapi beliau tidak menyerahkannya sambil bersabda,”Orang yang mempunyai sesuatu itu lebih berhak dengan  sesu atu itu dan membawanya sendiri.”
Dalam riwayat at-Tirmidzi disebutkan bahwa Anas r.a. berkata : ”Tidaklah ada seseorang yang lebih dicintai oleh mereka (para sahabat) daripada (cinta mereka) kepada Rasulullah saw. Tetapi,  apabila mereka melihat beliau datang, mereka itu tidak berdiri menghormat karena  mereka   mengetahui ketidaksukaan beliau pada yang demikian itu ”.
Begitu tinggi akhlak beliau, semoga kita bisa menauladaninya, Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar