KEMULIAAN AKHLAK RASULULLAH
Katakanlah : “ Sesungguhnya aku
ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku : " Bahwa sesungguhnya
Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah
ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya ". ( Q.S. Al
Kahfi )
Sebagai utusan akhir zaman Nabi
Muhammad s.a.w. adalah manusia biasa. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa
beliau memiliki postur tubuh sedang, perutnya ramping ( tidak gendut ),
berkulit halus, berambut hitam dengan sedikit uban, tidak terlampau keriting
atau lurus, panjangnya sebatas bahu, berdada lebar, suka senyum dan berwajah
tampan.
Jalannya tegap, jika berjalan suka
berdampingan dengan para sahabat, suka membawa barang bawaannya sendiri. Bila berbicara
jelas kata katanya sehingga mudah difahami bagi yang mendengarnya.
BERAKHLAK
MULIA
Sebagai
Nabi beliau memiliki modal yang jarang dimiliki para pimpinan pada umumnya,
yakni ketinggian dan kemuliaan akhlak, dengan kemuliaan akhlak inilah misinya
mudah diterima, karena dengan kemuliaan akhlak akan menyentuh siapa saja yang
dihadapinya. Artinya satunya kata dengan perbuatan.
“ Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah “. ( Q.S. Al Ahzab 21 )
SEDERHANA DALAM KESEHARIAN
Dalam keseharian nampak
kesederhanaannya, beliau nampak sebagai kepala keluarga bersahaja, tidak suka
main perintah kepada istrinya. Jika pakaian beliau koyak atau robek, Rasulullah
s.a.w. menambal dan menjahitnyanya sendiri, juga memerah susu kambing untuk
keperluan keluarga atau dijual. Beliau juga menyapu rumah sendiri.
MEMBANTU ISTRI
Setiap
pulang ke rumah, bila tidak ada makanan yang siap dimakan, sambil tersenyum beliau
menyingsingkan lengan bajunya membantu istrinya di dapur.
MEMBANTU URUSAN RUMAH
TANGGA
‘Aisyah r.a. menceritakan : ” Jika Nabi di rumah, beliau selalu
membantu urusan rumah tangga. Jika mendengar azan, beliau cepat cepat berangkat
ke masjid dan cepat pulang kembali sesudah selesai sholat “.
TIDAK ADA MAKANAN LANGSUNG
PUASA
Suatu pagi Rasulullah s.a.w. pulang,
namun tidak ada makanan untuk sarapan beliau bertanya : “ Belum ada sarapan ya Khumaira (
wahai yang kemerah merahan ) ? “. ‘Aisyah r.a. menjawab : “ Belum ada Ya Rasulallah ”. Rasulullah s.a.w. berkata : ” Kalau begitu
saya puasa saja hari ini ”, tanpa sedikitpun tergambar rasa kesal di wajahnya. Sikap beliau ini sangat sesuai dengan sabdanya : “ Sebaik baik lelaki adalah yang paling
baik dan lemah lembut terhadap isterinya ”.
BATU MNGUCAPKAN
SALAM
Berkat
ketinggian akhlaknya sampai batu batu pada mengucap salam kepada beliau. Jabar
bin Samurah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. bersabda : “ Aku bisa mengenal batu batu yang biasa
mengucapkan salam kepadaku, bahkan ketika aku belum menjadi Rasul, bahkan
sekarangpun aku bisa mengenalinya ”. ( H.R.Muslim )
DIANTARA MUKJIZATNYA
Diantara
mukjizatnya beliau bisa memanggil batu atas permintaan Ikrimah bin Abu Jahal
r.a. karena ingin membuktikan ke Rasulan beliau.
Ikrimah
bin Abu Jahal r.a. berkata : " Jika
kamu memang benar seorang Nabi, maka panggilah batu yang ada diseberang itu
agar berenang dan tidak tenggelam ! ". Kemudian Nabi mengisyaratkan
tangannya dan batu itu pun terlepas dari tempatnya dan mengapung di atas air
hingga sampai kepada Nabi s.a.w. Begitu menyaksikan, Ikrimah bersaksi atas ke Rasulannya,
Nabi berkata kepadanya : " Ini cukup bagimu ". Ikrimah berkata :
" Batu itu kembali lagi hingga ke tempatnya semula ".
MINTA IZIN BERZINA
Karena bijaksana beliau, ketika ada seorang meminta izin
untuk berzina, beliau tidak serta merta melarangnya, namun diajak berfikir dulu.
Suatu ketika
Rasulullah didatangi oleh seorang pemuda yang ingin berzina, dia berkata :
" Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk berzina (mendengar itu) orang orang
mencelanya dan berkata : “ Cukup..cukup “. Kemudian Nabi bersabda : “ Suruh dia mendekat ! ”. Kemudian pemuda
itu mendekati Rasulullah hingga jaraknya
dekat sekali, kemudian duduk.
DIAJAK
BERFIKIR
Setelah itu Nabi
berkata kepadanya : “ Apakah kamu suka jika perzinaan terjadi pada ibumu ? ”.
Pemuda itu menjawab : “ Tidak demi Allah ”. Nabi melanjutkan pertanyaan nya : “
Demikian pula orang lain, mereka tidak suka jika perzinaan terjadi pada ibu ibu
mereka ”. Nabi bertanya kembali : “ Apakah engkau suka jika perzinaan terjadi
pada puterimu ? ”. Dia menjawab : “ Tidak
demi Allah”. Nabi menjawab : “ Demikian pula orang lain, mereka tidak
suka jika perzinaan terjadi pada puteri puteri mereka ”. Nabi bertanya kembali
: “ Apakah engkau suka jika perzinaan terjadi pada saudara perempuanmu ? ”.
Pemuda itu menjawab : “ Tidak demi Allah ”. Nabi menjawab : “ Demikian pula
orang lain, tidak suka perzinaan terrjadi pada saudara perempuan mereka ”. Nabi
bertanya kembali : “ Apakah engkau suka jika perzinaan terjadi pada saudara
wanita ayahmu (bibi dari pihak ayah) ? ”. Pemuda itu menjawab : “ Tidak demi
Allah ”. Nabi menjawab : “ Demikian pula orang lain, tidak suka perzinaan
terjadi pada bibi mereka ”. Nabi bertanya kembali : “ Apakah engkau suka jika
perzinaan terjadi pada saudara wanita ibumu (bibi dari pihak ibu) ? ”. Pemuda
itu menjawab : “ Tidak demi Allah ”. Nabi menjawab : “ Demikian pula orang
lain, tidak suka perzinaan terjadi pada bibi mereka ”.
DIDO’AKAN
NABI
Kemudian Nabi
meletakkan tangannya pada tubuh pemuda itu dan berdoa : “ Ya Allah ampunilah
dosanya, sucikanlah hatinya dan jagalah kemaluannya ”.
Setelah doa ini,
pemuda itu tidak pernah terpikirkan dengan perbuatan zina sedikitpun. Pemuda
ini adalah pemuda yang jujur, pemuda yang takut bermaksiat kepada Allah. Dia
tidak ingin nafsunya yang menggebu gebu menjadikannya terjatuh dalam
perzinahan.
Nabi bersabda : " Tidaklah pezina melakukan zina di saat
berzina sedangkan dia dalam keadaan beriman ".
MENCIUM TANGAN
TUKANG BATU
Saat mendekati Madinah, di sudut jalan
Rasulullah s.a.w. berjumpa seo
rang tukang batu, tangannya melepuh, kulitnya
merah kehitam hitaman
karena terpanggang
matahari. Kemudian Rasulullah bertanya : “ Kenapa
tanganmu kasar sekali ? ", tukang batu menjawab : " Ya
Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, kemudian belahan batu itu
saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga
saya, karena itulah tangan saya kasar ".
Kemudian Rasulullah s.a.w. menggenggam tangannya dan menciumnya
seraya bersabda : " Inilah
tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama lamanya “. Begitu besar penghargaan Rasulullah s.a.w. terhadap orang yang giat
berusaha dengan keringatnya dalam mencari nafkah, sehingga tidak meminta minta,
sehingga Nabi sudi menciumnya. Rasulullah
s.a.w. tidak
pernah mencium tangan para pemimpin
Quraisy, pemimpin
Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra
dan tukang batu itu.
KETEGUHANNYA
Setelah putus asa menghalangi Nabi Muhammad dengan cara
kekerasan, Abu Jahal mendatangi Abu Thalib, paman Rasulullah, agar Nabi Muhammad
mau memilih, gadis tercantik, harta kekayaan, atau kedudukan terhormat, asal
mau menghentikan misinya. Kemudian Abu Thalib menyampaikan tawaran Abu Jahal
kepada Nabi saw. Dengan tegas Nabi menjawab : “ Demi Allah, wahai pamanku, andaikata
diletakan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku, supaya saya menghentikan
menegakan kebenaran, saya takkan surut, sampai tercapai kemenangan atau saya
hancur binasa dalam perjuangan ”. Itulah
kegigihan dan ketangguhan Rasulullah s.a.w. walau diiming iming denan
tawaran menggiurkan.
PEMAAF
Dalam suatu peperangan Nabi kelelahan beliau duduk di bawah
sebatang pohon tanpa sebilah senjata pun. Seorang pendekar musyirikin muncul di hadapannya sambil mengacungkan
pedangnya : “ Hai Muhammad siapa sekarang yang menyelamatkanmu dari ancaman pedangku
? ”. Nabi tersentak menjawab dengan tenang : “ Sebagai manusia, aku tidak punya
daya, tiada lagi yang akan melindungi diriku kecuali Allah ? ”. Da’tsur
menggigil mendengarnya pedangpun terjatuh, dengan sigapnya Nabi mengambil
pedangnya, kemudian mengacungkannya kepada Da’tsur. “ Nah kini siapa yang
menyelamatkanmu dari pedangku ? ”. Dengan bibir bergetar Da’tsur menjawab. “ Hanya
engkau Muhammad yang dapat menyelamatkanku, sungguh hanya engkau belaka ”. Namun
Nabi segera menyerahkan pedangnya kembali pada Da’tsur. Akhirnya Da’tsur memeluk
Islam, dan menjadi pahlawan pembela agama.
Demikian tinggi akhlak Rasulullah s.a.w. sehingga Islam cepat
tersebar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar