Selasa, 01 Desember 2015


KOREKSI SEJARAH TENTANG SYEH SITI JENAR

Berbagai kesimpang siuran sejarah tentang syeh Siti Jenar beredar, guna meluruskannya kami menukil sumber dari murid beliau sendiri ( Muhammad Abdullah Burhanpuri ), yang menulis secara langsung tentang kesaksiannya ketika menjadi muridnya. Semoga menjadi pencerah tentang keberadaan sejarah beliau yang sebenarnya.

NAMA  
Nama asli adalah Sayyid Hasan ’Ali Al Husaini, kelahiran Persia, Iran. Setelah dewasa mendapat gelar Syaikh Abdul Jalil. Ketika berdakwah ke Caruban, mendapat gelar Syaikh Siti Jenar atau Syaikh Lemah Abang.  

NASAB
Nasabnya bersambung sampai ke Rasulullah s.a.w., dari jalur Sayyidah Fathimah Az Zahra binti Muhammad. Dengan demikian merupakan keturunan ke 13 Rasulullah s.a.w.
Lahir sekitar 1404 M di Persia, Iran. Sejak kecil  berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al Qur’an dan Tafsir. Hafal Al-Qur’an di usia 12 tahun.

MUKIM DI MALAKA
Ketika berusia 17 tahun, bersama ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka. Di Malaka ayahnya diangkat menjadi Mufti Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar Syah. Akhirnya Syaikh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka.
Pada akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak dan istrinya pindah ke Cirebon. Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya Sayyid Kahfi bin Sayyid Ahmad.
Posisi Sayyid Kahfi di Cirebon sebagai Mursyid sekaligus penasehat Agama Islam Kesultanan Cirebon. Sayyid Kahfi kemudian mengajarkan ilmu Ma’rifatullah kepada Siti Jenar yang pada waktu itu berusia 20 tahun.
Setelah wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai Mursyid, di antara murid muridnya adalah: Muhammad Abdullah Burhanpuri, Ali Fansuri, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai, Abdul Ra’uf Sinkiliy, dan lain lain.

KESALAHAN SEJARAH TENTANG SITI JENAR
1. Menganggap bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Dalam sebuah naskah klasik, Serat Candhakipun Riwayat jati : Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata, bertempat tinggal di desa Lemah Abang….
2. “ Ajaran Manunggaling Kawulo Gusti ” yang diidentikkan kepada Syaikh Siti Jenar oleh beberapa penulis sejarah adalah bohong, tidak berdasar. Istilah itu berasal dari Kitab kitab Primbon Jawa.
Padahal dalam Suluk Syaikh Siti Jenar, beliau menggunakan kalimat “ Fana’ wal Baqa “, sangat beda penafsirannya dengan “ Manunggaling Kawulo Gusti “. Istilah Fana “ Wal Baqa “ merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman Allah : ” Kullu syai’in Haalikun Illa Wajhahu ” ( Segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah ). Dengan demikian Syaikh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid murni.
3. Dalam beberapa buku diceritakan bahwa Syaikh Siti Jenar meninggalkan Sholat, Puasa Ramadhan, Sholat Jum’at, Haji dsb.
Syaikh Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantahnya dia berkata : “ Saya berguru kepada Syaikh Siti Jenar selama 9 tahun, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa dia adalah pengamal Syari’at Islam Sejati, bahkan sholat sunnah yang dilakukan Syaikh Siti Jenar adalah lebih banyak dari pada manusia biasa. Tidak pernah bibirnya berhenti berdzikir “ Allah..Allah..Allah ” dan membaca Shalawat nabi, tidak pernah dia putus puasa Daud, Senin Kamis, puasa Yaumul Bidh, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jum’at ”.
4. Beberapa penulis menyatakan bahwa kematian Syaikh Siti Jenar, dibunuh oleh Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi anjing.  
Bantahan saya : “ Ini suatu penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah s.a.w.. Sungguh amat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syaikh Siti Jenar lahir dari cacing dan meninggal jadi anjing.  
Jika ada penulis menulis seperti itu, berarti dia tidak berfikir jernih. Dalam teori Antropologi atau Biologi Quantum sekalipun. Manusia lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia. Maka saya meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat para ulama’, kyai dan ajengan yang terpercaya kewara’annya.      

WAFAT DALAM KEADAAN SUJUD KETIKA TAHAJJUD
Mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon, setelah sholat tahajjud, para santri baru mengetahui saat akan melaksanakan sholat shubuh “.
5.Kisah Syaikh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah bohong. Tidak memiliki literatur primer. Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang ditambah tambahi, agar kelihatan dahsyat dan laku bila dijadikan film atau sinetron.
6.Bantahan saya : “ Wali Songo adalah penegak Syari’at Islam di tanah Jawa. Padahal dalam Maqaashidus syarii’ah diajarkan bahwa Islam itu memelihara kehidupan. Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang mukmin yang di dalam hatinya ada Iman kepada Allah. Tidaklah mungkin 9 waliyullah yang suci dari keturunan Nabi Muhammad s.a.w. akan membunuh waliyullah dari keturunan yang sama. Tidak bisa diterima akal sehat ”.

POLITIK MEMECAH BELAH
Pengelabuhan sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia (Azyumardi Azra) merupakan ulah Penjajah Belanda, untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai antara : 1. Kelas Santri (diidentikkan dengan 9 Wali). 2. Kelas Priyayi (diidentikkan dengan Raden Fattah, Sultan Demak). 3. Kelas Abangan (diidentikkan dengan Syaikh Siti Jenar) 

            NnnN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar