KOREKSI SEJARAH TENTANG SYEH SITI JENAR
Berbagai kesimpang siuran sejarah tentang syeh Siti Jenar beredar, guna meluruskannya kami menukil sumber dari murid beliau sendiri ( Muhammad Abdullah Burhanpuri ), yang menulis secara langsung tentang kesaksiannya ketika menjadi muridnya. Semoga menjadi pencerah tentang keberadaan sejarah beliau yang sebenarnya.
Berbagai kesimpang siuran sejarah tentang syeh Siti Jenar beredar, guna meluruskannya kami menukil sumber dari murid beliau sendiri ( Muhammad Abdullah Burhanpuri ), yang menulis secara langsung tentang kesaksiannya ketika menjadi muridnya. Semoga menjadi pencerah tentang keberadaan sejarah beliau yang sebenarnya.
NAMA
Nama asli adalah Sayyid
Hasan ’Ali Al Husaini, kelahiran Persia, Iran. Setelah dewasa mendapat
gelar Syaikh Abdul Jalil. Ketika berdakwah ke Caruban, mendapat gelar Syaikh
Siti Jenar atau Syaikh Lemah Abang.
NASAB
Nasabnya bersambung
sampai ke Rasulullah s.a.w., dari jalur Sayyidah Fathimah Az Zahra binti
Muhammad. Dengan demikian merupakan keturunan ke 13 Rasulullah s.a.w.
Lahir sekitar 1404 M di Persia, Iran. Sejak kecil berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al Qur’an dan Tafsir. Hafal Al-Qur’an di usia 12 tahun.
Lahir sekitar 1404 M di Persia, Iran. Sejak kecil berguru kepada ayahnya Sayyid Shalih dibidang Al Qur’an dan Tafsir. Hafal Al-Qur’an di usia 12 tahun.
MUKIM DI MALAKA
Ketika
berusia 17 tahun, bersama ayahnya berdakwah dan berdagang ke Malaka. Di Malaka
ayahnya diangkat menjadi Mufti Malaka dibawah pimpinan Sultan Muhammad Iskandar
Syah. Akhirnya Syaikh Siti Jenar dan ayahnya bermukim di Malaka.
Pada
akhir tahun 1425 M. Sayyid Shalih beserta anak dan istrinya pindah ke Cirebon.
Di Cirebon Sayyid Shalih menemui sepupunya Sayyid Kahfi bin Sayyid Ahmad.
Posisi
Sayyid Kahfi di Cirebon sebagai Mursyid sekaligus penasehat Agama Islam
Kesultanan Cirebon. Sayyid Kahfi kemudian mengajarkan ilmu Ma’rifatullah kepada
Siti Jenar yang pada waktu itu berusia 20 tahun.
Setelah
wafatnya Sayyid Kahfi, Siti Jenar diberi amanat untuk menggantikannya sebagai
Mursyid, di antara murid muridnya adalah: Muhammad Abdullah Burhanpuri, Ali
Fansuri, Hamzah Fansuri, Syamsuddin Pasai, Abdul Ra’uf Sinkiliy, dan lain lain.
KESALAHAN SEJARAH TENTANG SITI JENAR
1. Menganggap bahwa Syaikh Siti Jenar berasal dari cacing. Dalam
sebuah naskah klasik, Serat Candhakipun Riwayat jati : Adapun diceritakan kalau
Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia
memang manusia yang akrab dengan rakyat jelata, bertempat tinggal di desa Lemah
Abang….
2. “ Ajaran
Manunggaling Kawulo Gusti ” yang diidentikkan kepada Syaikh Siti Jenar oleh
beberapa penulis sejarah adalah bohong, tidak berdasar. Istilah itu berasal
dari Kitab kitab Primbon Jawa.
Padahal dalam Suluk Syaikh Siti
Jenar, beliau menggunakan kalimat “ Fana’
wal Baqa “, sangat beda penafsirannya dengan “ Manunggaling Kawulo Gusti “.
Istilah Fana “ Wal Baqa “ merupakan ajaran tauhid, yang merujuk pada Firman
Allah : ” Kullu syai’in Haalikun Illa
Wajhahu ” ( Segala sesuatu itu akan rusak dan binasa kecuali Dzat Allah ). Dengan
demikian Syaikh Siti Jenar adalah penganut ajaran Tauhid murni.
3. Dalam beberapa buku diceritakan
bahwa Syaikh Siti Jenar meninggalkan
Sholat, Puasa Ramadhan, Sholat Jum’at, Haji dsb.
Syaikh
Burhanpuri dalam Risalah Burhanpuri halaman 19 membantahnya dia berkata : “ Saya
berguru kepada Syaikh Siti Jenar selama 9 tahun, saya melihat dengan mata
kepala saya sendiri, bahwa dia adalah pengamal Syari’at Islam Sejati, bahkan
sholat sunnah yang dilakukan Syaikh Siti Jenar adalah lebih banyak dari pada
manusia biasa. Tidak pernah bibirnya berhenti berdzikir “ Allah..Allah..Allah ”
dan membaca Shalawat nabi, tidak pernah dia putus puasa Daud, Senin Kamis,
puasa Yaumul Bidh, dan tidak pernah saya melihat dia meninggalkan sholat Jum’at
”.
4. Beberapa penulis menyatakan bahwa kematian Syaikh Siti Jenar, dibunuh oleh
Wali Songo, dan mayatnya berubah menjadi anjing.
Bantahan saya : “ Ini suatu
penghinaan kepada seorang Waliyullah, seorang cucu Rasulullah s.a.w.. Sungguh
amat keji dan biadab, seseorang yang menyebut Syaikh Siti Jenar lahir dari
cacing dan meninggal jadi anjing.
Jika ada penulis menulis seperti
itu, berarti dia tidak berfikir jernih. Dalam teori Antropologi atau Biologi
Quantum sekalipun. Manusia lahir dari manusia dan akan wafat sebagai manusia.
Maka saya meluruskan riwayat ini berdasarkan riwayat para ulama’, kyai dan
ajengan yang terpercaya kewara’annya.
WAFAT DALAM KEADAAN SUJUD KETIKA
TAHAJJUD
Mereka berkata bahwa Syaikh Siti Jenar meninggal dalam kondisi sedang
bersujud di Pengimaman Masjid Agung Cirebon, setelah sholat tahajjud, para
santri baru mengetahui saat akan melaksanakan sholat shubuh “.
5.Kisah Syaikh Siti Jenar dibunuh oleh Sembilan Wali adalah bohong. Tidak
memiliki literatur primer. Cerita itu hanyalah cerita fiktif yang ditambah tambahi,
agar kelihatan dahsyat dan laku bila dijadikan film atau sinetron.
6.Bantahan saya : “ Wali Songo adalah penegak Syari’at Islam
di tanah Jawa. Padahal dalam Maqaashidus syarii’ah diajarkan bahwa Islam
itu memelihara kehidupan. Tidak boleh membunuh seorang jiwa yang mukmin yang di
dalam hatinya ada Iman kepada Allah. Tidaklah
mungkin 9 waliyullah yang suci dari keturunan Nabi Muhammad s.a.w. akan
membunuh waliyullah dari keturunan yang sama. Tidak bisa diterima akal
sehat ”.
POLITIK MEMECAH BELAH
Pengelabuhan
sejarah ini, menurut ahli Sejarah Islam Indonesia (Azyumardi Azra) merupakan ulah
Penjajah Belanda, untuk memecah belah umat Islam agar selalu bertikai antara : 1.
Kelas Santri (diidentikkan dengan 9 Wali). 2. Kelas Priyayi (diidentikkan dengan Raden Fattah,
Sultan Demak). 3. Kelas Abangan (diidentikkan
dengan Syaikh Siti Jenar)
NnnN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar